AS Dapat Kutukan dan Ancaman Serangan Balik dari Iran

AS Dapat Kutukan dan Ancaman Serangan Balik dari Iran

Rolando Fransiscus Sihombing - detikKalimantan
Minggu, 22 Jun 2025 17:00 WIB
Iranian Foreign Minister Abbas Araghchi addresses a press conference in Kuwait City on October 22, 2024. (Photo by Yasser Al-Zayyat / AFP)
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. Foto: AFP/YASSER AL-ZAYYAT
Balikpapan -

Amerika Serikat (AS) telah melancarkan serangan ke fasilitas nuklir milik Iran dengan kekuatan militer besar. Dalam operasi tersebut, AS mengerahkan enam pesawat pengebom siluman B-2 untuk menggempur situs nuklir Fordow. Pesawat-pesawat tersebut menjatuhkan total 12 bom GBU-57A/B, yang dikenal sebagai 'bunker buster' karena kemampuannya menembus benteng bawah tanah.

Dikutip detikNews dari laman CNN, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pun mengutuk serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik negaranya. Ia menilai aksi militer tersebut sebagai tindakan yang melampaui batas dan menegaskan bahwa Iran berhak membela kedaulatan nasionalnya.

"Peristiwa pagi ini keterlaluan dan akan memiliki konsekuensi yang kekal," tulisnya di X, Minggu (22/6/2025). Ia pun menyebut bahwa serangan itu adalah perilaku melanggar hukum dan kriminal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sesuai dengan Piagam PBB dan ketentuan-ketentuannya yang memungkinkan tanggapan yang sah untuk membela diri, Iran memiliki semua pilihan untuk mempertahankan kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya," lanjutnya.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran mengatakan AS telah memulai perang berbahaya melawan Iran dengan menyerang fasilitas nuklir, menurut pernyataan yang dibagikan oleh kantor berita Iran, Tasnim.

"Dunia tidak boleh lupa bahwa Amerika Serikat-lah yang, di tengah-tengah proses diplomatik, mengkhianati diplomasi," kata pernyataan kementerian luar negeri. Mereka menggambarkan Israel sebagai perilku genosida dan melanggar hukum, serta menuduh AS melancarkan perang berbahaya melawan Iran.

Dikatakan bahwa serangan itu merupakan pelanggaran piagam PBB dan hukum internasional. Kementerian setempat juga memperingatkan bahwa adalah hak sah Iran untuk sepenuhnya, dan melawan agresi militer AS untuk membela keamanan dan kepentingan nasional Iran dengan segala cara yang diperlukan.

Respons PBB dan Pemimpin-pemimpin di Amerika Latin

Di sisi lain, sejumlah negara di kawasan Amerika Latin juga menyuarakan kritik terhadap serangan yang dilancarkan AS. Beberapa negara menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi tersebut dan menyerukan pentingnya penyelesaian damai.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kekhawatirannya bahwa ketegangan di kawasan bisa semakin meningkat pasca serangan tersebut. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia sangat khawatir dengan serangan AS terhadap Iran. Guterres menyerukan perdamaian dan memperingatkan agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di kawasan yang bergejolak itu.

"Saya sangat khawatir dengan penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini. Ini adalah eskalasi yang berbahaya di kawasan yang sudah berada di ujung tanduk--dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Antonio Guterres.

"Ada risiko yang semakin besar bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali--dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi warga sipil, kawasan, dan dunia," sambungnya.

Guterres mendesak semua negara anggota PBB untuk melakukan de-eskalasi, sesuai dengan kewajiban mereka terhadap piagam PBB dan hukum internasional. "Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi," tulisnya.

Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel mengutuk serangan tersebut dalam sebuah posting di X, memperingatkan bahwa hal itu dapat memperluas konflik di wilayah tersebut.

"Kami mengutuk keras pemboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran, yang merupakan eskalasi berbahaya dari konflik di Timur Tengah," tulisnya.

"Agresi ini sangat melanggar Piagam PBB dan hukum internasional dan menjerumuskan manusia ke dalam krisis dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah," tambah dia.

Begitupun dengan Presiden Chili, Kementerian Luar Negeri Venezuela, Kementerian Luar Negeri Kolombia, hingga Kelompok Palestina Hamas mengutuk serangan AS terhadap Iran. Kelompok Palestina yang memiliki hubungan kuat dengan Iran itu mengatakan serangan itu melanggar semua norma dan konvensi internasional, serta meminta pertanggungjawaban AS dan Israel.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads