Pupuk Kulit Udang, Primadona Petani Kampung Enam Tarakan

Pupuk Kulit Udang, Primadona Petani Kampung Enam Tarakan

Oktavian Balang - detikKalimantan
Jumat, 21 Mar 2025 20:00 WIB
Petani di Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara telah lama memanfaatkan pupuk organik dalam bertani. Pupuk tersebut berbahan kulit udang.
Petani di Kampung Enam/Foto: Oktavian Balang/detikcom
Tarakan -

Petani di Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara telah lama memanfaatkan pupuk organik dalam bertani. Pupuk tersebut berbahan kulit udang.

Ketua Kelompok Tani Kampung Enam, Tani Ferri Simon mengungkapkan penggunaan pupuk kulit udang telah berlangsung sejak zaman orang tua mereka bertani. Mereka menetap di wilayah tersebut sejak 1966 dan terus melanjutkan praktik pertanian ramah lingkungan hingga kini.

"Jadi penggunaan kulit udang sejak awal mereka mendiami tempat ini," ujar Ferri kepada detikKalimantan, Senin (17/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menegaskan mayoritas petani di Kampung Enam mengandalkan pupuk organik. Khususnya kulit udang, yang dinilai aman untuk konsumsi masyarakat.

"Tergantung dari tanaman, tapi di Kampung Enam didominasi pupuk alami yakni kulit udang, karena lahan kami tidak berpindah-pindah," tambahnya.

Ferri menjelaskan hasil panen mereka dijual di Pasar Gusher, Kota Tarakan. Namun, ia mengakui faktor cuaca khususnya hujan sering memengaruhi harga sayuran.

"Kalau hujan, harga sayuran melonjak tinggi karena sayuran jadi busuk. Tapi selama puasa, sayuran justru murah," imbuhnya.

Ia juga mencatat adanya penurunan pembeli untuk komoditas sayur sawi selama periode tersebut. Meski pernah menerima bantuan pupuk NPK, Ferri mengaku petani di Kampung Enam tidak menggunakannya.

"Struktur tanah di sini tidak cocok, terasa keras," ungkapnya.

Menurutnya, saat pertama dan kedua kali menggunakan NPK, hasil panen masih baik. Namun, pada penggunaan ketiga, tanaman justru layu seperti mati.

"Kami tidak tahu pasti penyebabnya, apakah tanah sudah tidak gembur lagi. Akhirnya kami kembali ke pupuk kandang," jelas Ferri.

Petani di Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara telah lama memanfaatkan pupuk organik dalam bertani. Pupuk tersebut berbahan kulit udang.Petani di Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara telah lama memanfaatkan pupuk organik/ Foto: Oktavian Balang/detikcom

Pupuk Organik Kulit Udang

Kepala Bidang Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan, Nur Rahmi Majid menyambut baik inisiatif petani Kampung Enam dalam memanfaatkan pupuk organik kulit udang.

Menurut Nur, pupuk ini sangat cocok untuk lahan pertanian di Tarakan Timur karena mampu memperbaiki tekstur tanah yang memiliki tingkat keasaman tinggi.

"Pupuk udang bisa memperbaiki tekstur tanah. Untuk tanaman sayuran, umur panennya cepat, tak sampai sebulan sudah bisa dipanen, jadi tidak perlu dipacu dengan pupuk kimia," kata Nur kepada detikKalimantan, Jumat (21/3/2025).

Ia menambahkan sayuran yang dihasilkan minim kontaminasi pestisida, sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat. Nur menegaskan pihaknya sedang berupaya mengubah pola pikir petani agar tidak bergantung pada pupuk kimia.

"Kami pelan-pelan ubah mindset petani supaya tidak tergantung pada pupuk kimiawi," ujarnya.

Ia juga menyoroti mahalnya harga pupuk NPK non-subsidi, yang bisa mencapai Rp 800.000 per karung. Sementara NPK subsidi hanya Rp 100.000.

"Bayangkan selisihnya dengan hasil panen. Kalau petani pintar memanfaatkan limbah atau pupuk kompos, itu jauh lebih hemat," tambahnya.

Memanfaatkan Limbah Organik

Di Tarakan Utara, ada pula petani yang sukses menanam cabai dengan memanfaatkan limbah organik. "Awalnya mereka mengolah lahan dengan limbah, sehingga penggunaan NPK bisa ditekan," ungkap Nur.

Salah satu petani cabai di Kelurahan Juata bahkan mampu memanen hingga 30 kali dalam satu siklus produksi. "Harga cabai kemarin bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram. Dengan pupuk kotoran hewan, mereka bisa untung besar tanpa banyak menggunakan NPK," jelasnya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan juga telah memberikan bantuan berupa kotoran hewan (KOHE) kepada para petani untuk mendukung pertanian organik.

"Ini yang dipakai untuk tanaman cabai di Juata, dan hasilnya lumayan," tutur Nur.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads