Pertumbuhan Ekonomi Kaltim 2025 Diprediksi Positif Meski Melambat

Pertumbuhan Ekonomi Kaltim 2025 Diprediksi Positif Meski Melambat

Yuda Almerio - detikKalimantan
Kamis, 20 Mar 2025 19:30 WIB
Ilustrasi kapal tongkang tanpa muatan batu bara di Sungai Mahakam.
Ilustrasi kapal tongkang tanpa muatan batu bara di Sungai Mahakam. Foto: Yuda Almerio/detikKalimantan
Samarinda -

Bank Indonesia memprediksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) pada 2025 bakal melambat dalam kisaran 5,4-6,2 persen bila dibanding tahun lalu sebesar 6,17 persen year on year (yoy).

Sejumlah faktor menjadi penyebab situasi tersebut. Salah satunya dari sektor pertambangan yang memegang kontribusi pertumbuhan ekonomi di Bumi Mulawarman sebesar 40 persen pada 2024.

"Permintaan ekspor batu bara Kaltim dari negara mitra dagang saat ini memang melambat," ujar Kepala Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia Kaltim Widi Budihartanto kepada detikKalimantan pada Kamis (20/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu negara mitra dagang Kaltim ialah China. Widi mengungkapkan saat ini sektor industri di Cina sedang melambat akibat penerapan peningkatan tarif dagang Amerika Serikat. Kondisi ini menyebabkan permintaan batu bara dari Kaltim ikut tertahan.

"Persaingan dengan negara lain juga menjadi pemicu, seiring harga batu bara Indonesia yang dianggap kurang kompetitif," sebutnya.

Kendati melambat, sektor perdagangan batu bara Kaltim disebut bakal tetap tumbuh positif. Hal ini mengingat masih ada pasar lain seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand yang masih punya minat dengan emas hitam dari Benua Etam.

"Lainnya ialah ada permintaan batu bara domestik yang juga diprakirakan masih cukup kuat seiring implementasi kebijakan insentif pemerintah untuk tarif listrik di awal tahun," terangnya.

Widi pun tetap optimistis karena sejumlah indikator Lapangan Usaha (LU) utama mendorong munculnya tren tersebut. Misalnya industri pengolahan, pertanian, dan konstruksi.

Khusus industri pengolahan, terdapat rencana operasional kilang minyak terbesar se-Indonesia, RDMP RU V Balikpapan pada triwulan III 2025. Ini akan menjadi akselerasi utama kuatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun ini. Di samping itu, implementasi kebijakan B40 juga berpotensi meningkatkan produksi CPO Kaltim untuk memenuhi kebutuhan domestik.

"Tentunya peningkatan produksi industri turunan kelapa sawit juga ditopang oleh ketersediaan bahan baku lebih tinggi seiring kondisi cuaca yang membaik," sebutnya.

Kemudian dari LU pertanian. Sejumlah implementasi kebijakan pertanian dan pangan dari pemerintah pusat seperti peningkatan alokasi anggaran pupuk subsidi serta kebijakan lainnya diprakirakan akan mendorong peningkatan produksi pada 2025.

Sementara itu, target investasi Kaltim pada tahun ini untuk sektor konstruksi tercatat sebesar Rp 79,86 triliun lebih tinggi dari realisasi pada 2024 senilai Rp 76,3 T. Mega proyek IKN juga diprakirakan bakal ikut mendorong pertumbuhan di sektor ini.

"Ketiga sektor tersebut diprakirakan akan memberikan andil paling besar pada pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2025," pungkasnya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads