Pilu Pasien Anak di Krayan Tahan Sakit 4 Jam Tunggu Pesawat ke Tarakan

Pilu Pasien Anak di Krayan Tahan Sakit 4 Jam Tunggu Pesawat ke Tarakan

Oktavian Balang - detikKalimantan
Kamis, 20 Nov 2025 13:01 WIB
Orang tua pasien anak di Krayan saat mendampingi anaknya di RSU Kota Tarakan.
Orang tua pasien anak di Krayan saat mendampingi anaknya di RSU Kota Tarakan. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Nunukan -

Seorang anak di Kecamatan Krayan Barat, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), mengalami kecelakaan sepeda. Namun, anak tersebut kesulitan mendapatkan perawatan medis karena akses menuju fasilitas kesehatan yang kurang memadai.

Sang ibu, Dayang Bernapas, menceritakan awalnya sang anak jatuh dari sepeda ketika jam istirahat sekolah pada Selasa (11/11). Stang sepeda mengenai bagian perut dan menyebabkan anaknya muntah-muntah. Dayang segera membawa anaknya ke mantri desa hingga pos kesehatan tentara, tetapi sedang tidak ada petugas kesehatan yang siaga.

Dayang kemudian membawa anaknya ke Rumah Sakit Pratama di Krayan. Selama perjalanan 20 menit, kata Dayang, anaknya harus menahan sakit karena mobil berguncang melewati akses jalan yang berlumpur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jaraknya mungkin hanya 20 menit, tapi kondisi jalannya setengah baik, setengah jelek karena lumpur. Sedikit mobil kena lubang, anak saya nangis 'Aduh sakit'," kata Dayang ditemui di Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT) pada Rabu (19/11/2025).

Fasilitas di Rumah Sakit Pratama terbatas dan tidak ada alat rontgen. Anak Dayang dirujuk ke Tarakan. Untuk bisa menuju Tarakan, mereka harus naik pesawat. Mereka dijadwalkan terbang pada Rabu pukul 12.00 Wita, tetapi pesawat baru tiba di Krayan 3 jam kemudian.

Setelah tiba di Tarakan, diketahui dari dokter bahwa kondisi anaknya lebih parah dari dugaan awal. Menurut Dayang, masalah ini tidak terdeteksi ketika di Krayan karena fasilitas yang minim.

Dayang pun berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kondisi fasilitas kesehatan di daerah perbatasan, supaya warga tidak lagi harus terbang jauh-jauh untuk mendapatkan perawatan dan penanganan medis. Ia juga berharap sarana transportasi bisa lebih memadai sehingga mempermudah warga ketika harus dirujuk ke luar Krayan.

"Kami minta tolong perhatikan kondisi kami di Krayan. Alat medis yang lengkap dan pesawat, itu yang paling kami butuhkan," ujarnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Bedah RSUKT dr. Ihya Rahawarin, Sp.B FICS AIFO-K yang menangani pasien menjelaskan bahwa diagnosa awal sebagai akut abdomen. Namun setelah diperiksa lebih lanjut, korban ternyata mengalami peritonitis akibat ruptur organ (organ robek).

"Ada organ yang robek di dalam yang menyebabkan pendarahan hebat," jelas Ihya kepada detikKalimantan, Rabu (19/11/2025) malam.

Kondisi organ yang robek (ruptur) itulah yang memicu pendarahan masif. Tim dokter pun langsung mengambil tindakan cepat sesaat setelah pasien mendarat di Tarakan pada sore hari.

"Saat datang, kami langsung persiapkan operasi cito (segera) untuk menghentikan pendarahannya. Malam harinya langsung kita operasi untuk menghentikan pendarahannya. Puji Tuhan, saat ini kondisinya bisa pulih pelan-pelan," tambahnya.

Menurut Ihya, keterlambatan penanganan akibat kendala transportasi sangat fatal. Saat tiba, Hemoglobin (HB) pasien anjlok drastis dari angka 11 menjadi 6, menandakan banyaknya darah yang tumpah di rongga perut.

"Keterlambatan 3 sampai 4 jam menunggu pesawat itu membuat darah semakin banyak terkumpul di perut. Ini memicu shock hypovolemic (syok akibat kehilangan darah) yang mengancam nyawa. Jujur, saya sudah edukasi ke keluarga sebelum operasi, bahwa ada potensi pasien meninggal di meja operasi karena kondisinya sangat tidak stabil," tegas Ihya.

Meski operasi berjalan lancar dan korban berangsur pulit, Ihya menekankan bahwa survival rate atau tingkat keselamatan berbanding terbalik dengan waktu penanganan.

"Semakin lama tertunda, semakin sulit operasi dilakukan karena kami harus menyedot darah yang sudah membanjiri rongga perut untuk menemukan sumber lukanya," tambahnya.

Terkait adanya anggapan perbedaan diagnosa antara fasilitas kesehatan di Krayan dan di Tarakan, Ihya mengatakan diagnosa dari RS Pratama Krayan tidak salah. Namun, diagnosa itu masih bersifat umum karena keterbatasan alat diagnostik.

"Sebenarnya bukan berbeda, hanya memperjelas saja. Di sana (Krayan) mereka menduga akut abdomen, itu benar. Cuma kami di sini lebih spesifik karena hasil operasi menunjukkan detail adanya cedera organ tertentu," jelasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video IDAI Tekankan Pentingnya Akses Pelayanan Kesehatan di RI"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads