Camat Krayan, Roni Firdaus membeberkan kondisi ekonomi wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Ia mengaku hampir 99 persen barang kebutuhan di toko-toko Krayan dipasok dari Malaysia.
Akibatnya perputaran ekonomi bergeser. Uang negara termasuk miliaran rupiah dari Dana Desa (ADD), dipastikan lari ke negara tetangga setiap tahunnya.
"Coba keliling dan lihat isi warung, bisa dikatakan 99 persen barang dari Malaysia," ujar Roni kepada detikKalimantan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roni merinci, barang-barang yang didatangkan dari Malaysia mencakup hampir seluruh kebutuhan dasar. Mulai dari sembako seperti gula, minyak goreng, dan tepung, hingga seluruh material bangunan seperti semen, besi, paku, dan atap seng.
"Yang datang dari Indonesia itu cuma rokok, Kopi Kapten dan barang ringan-ringan aja," ucap Roni.
Ketergantungan ini, menurutnya, disebabkan oleh masalah logistik dan disparitas harga yang ekstrem. Roni mencontohkan, harga satu sak semen jika didatangkan dari Tarakan, Indonesia bisa mencapai jutaan rupiah karena tingginya ongkos angkut pesawat.
"Semisal, harga normal semen di Tarakan Rp 80 ribu/sak dengan berat 50 kg. Lalu diterbangkan ke Krayan dengan ongkos Rp 15 ribu/kg. Kali saja dengan berat barang, bisa dikatakan hampir Rp 1 Juta lebih," jelasnya.
Camat Krayan memaparkan analisisnya mengenai aliran uang Dana Desa (ADD) yang tidak bisa dihindari. Dengan total 89 desa di Krayan, dana untuk pembangunan fisik dipastikan dibelanjakan untuk material dari Malaysia.
"Saya ambil gambaran terkecil saja. Di Krayan ini ada 89 desa. Dikali saja dari 800 juta per desa dan anggaplah 30 persennya itu untuk pembangunan," kata Roni.
"200 juta untuk pembangunan, di kali 89 desa itu sudah berapa M? Satu tahun itu uangnya sudah saya pastikan lari ke Malaysia. Kenapa lari ke Malaysia? Ya semua barang diambil dari sana. Bangun jalan tani, perlu semen, perlu besi," sambungnya.
Aliran uang keluar ini, juga berdampak pada perbankan. Ia menyebut uang tunai di bank Bank Pembangunan Daerah Krayan selalu habis ditarik dan tidak pernah kembali masuk sebagai simpanan, karena langsung dibelanjakan di Malaysia.
"Boleh dicek di bank BPD Krayan atau Nunukan nanti. Jadi uang perputaran perekonomian di Krayan tidak masuk ke Bank, melainkan uangnya lari ke Malaysia, karena dibelanjakan disana. Malahan dari Bank di Daerah kirim uang terus ke Krayan, karena uangnya ngendap di Jiran. Inilah kondisi sebenarnya," cerita Roni.
Ia menambahkan, ironi ini sudah berlangsung lama. Bahkan, Roni menyebut aspal untuk proyek jalan yang diresmikan Presiden Jokowi serta material untuk pembangunan bandara juga didatangkan dari Malaysia.
"Kami berharap pemerintah pusat memberikan perlakuan khusus dan mempercepat pembangunan infrastruktur jalan tembus serta PLBN Krayan untuk mengatasi masalah ini," pungkasnya.
(aau/aau)
