Program Makanan Bergizi (MBG) yang akan beroperasi di Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), tidak mau mengambil risiko terkait keamanan pangan. Sebelum program berjalan, seluruh pekerja di tiga lokasi MBG wajib mengikuti pelatihan dan sertifikasi Food Handler atau Penjamah Makanan.
Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama antara CV Putra Borneo Membangun, Yayasan Solusi Membangun Bangsa, dengan instruktur yang didatangkan langsung dari Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPP) Kota Samarinda di bawah naungan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).
"Jadi kami di sini sebagai pengajar untuk sertifikasi food handler. Food handler itu seperti penjamah makanan istilahnya. Jadi penjamah makanan ini mereka harus disertifikasi," ujar Instruktur dari BPP Kota Samarinda Junaidy saat dikonfirmasi, Kamis (13/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Junaidy menegaskan pelatihan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sangat mendesak. Tujuannya adalah untuk membekali para pekerja dengan pengetahuan cara menanggulangi penyakit yang ditimbulkan dari makanan sejak dini.
"Urgensi pelatihan ini didasari oleh banyaknya insiden keracunan yang terjadi di program MBG di wilayah lain. Nah ini kenapa diadakan pelatihan. Gunanya selain mereka mendapat sertifikasi, mereka mendapat pengetahuan cara menanggulangi hal-hal yang terjadi," jelasnya.
Pelatihan ini digelar secara maraton. Setiap lokasi MBG akan mendapat pelatihan intensif selama 4 hari atau setara dengan 40 jam pengajaran. Dengan total 3 lokasi MBG, pelatihan akan berlangsung selama 12 hari.
"Ini sudah dilaksanakan dari hari Senin tadi. Hari Senin ini sudah hari ke-3. Jadi batch 1-nya sudah melaksanakan selama 3 hari. Mungkin 1 hari lagi sudah selesai dan masuk batch ke-2," jelasnya.
Junaidy memastikan pelatihan tidak hanya berisi teori di kelas. Peserta langsung diajak simulasi total, mempraktikkan seluruh alur kerja di dapur MBG.
"Jadi tidak sekedar teori dan juga ada simulasinya. Seperti melaksanakan kegiatan MBG dari masuk sampai pelaksanaan memasak, mencuci, bahkan mendistribusikan hasil dari pengolahan makanan tadi," paparnya.
Proses simulasi mencakup pengemasan, distribusi ke sekolah, hingga proses pembersihan akhir. Kehadiran penuh selama 4 hari menjadi syarat mutlak kelulusan. Junaidy menyebut, peserta yang tidak hadir penuh dipastikan tidak akan lulus dan tidak berhak mendapatkan sertifikat.
"Bagi yang lulus, mereka akan mendapatkan sertifikasi resmi yang diakui secara nasional. Sertifikat ini dikeluarkan langsung oleh Kemenaker, BPP Kota Samarinda, dan Badan Nasional Sertifikasi Profesional (BNSP)," terangnya.
Para pekerja MBG di Sebuku ini akan menjadi yang pertama di Kaltara yang memiliki sertifikasi resmi dari BNSP untuk program yang bermitra dengan pemerintah.
"Betul, ini satu-satunya yang bermitra dengan pemerintah, yang sebelumnya mungkin dari perorangan atau mandiri," ujarnya.
Program MBG di Sebuku ini diharapkan menjadi proyek percontohan (pilot project) yang sukses di Kaltara. Junaidy berharap program ini bisa berkembang ke titik-titik lain di wilayah tersebut.
"Kalau untuk tempatnya luar biasa ya Pak. Karena MBG ini sebetulnya sangat cocok untuk di daerah-daerah pelosok, bukan daerah kota. Karena kan sangat mendukung lah untuk program gizi buat anak-anak di daerah-daerah seperti ini," tuturnya.
