Umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali, memiliki tradisi spiritual yang sangat kaya dan penuh filosofi. Di antara sekian banyak hari suci, Hari Raya Galungan dan Kuningan menjadi salah satu rangkaian perayaan yang paling ditunggu.
Berdasarkan kalender Saka Bali, keduanya dirayakan setiap 210 hari sekali, menandai momen kemenangan Dharma(kebenaran) atas Adharma (kejahatan). Tahun 2025, Galungan dan Kuningan akan dirayakan dua kali, pertama pada April-Mei, dan kedua pada November.
Makna Filosofis Hari Raya Galungan
Dikutip dari Kementerian Agama RI, secara etimologis, kata 'Galungan' berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung atau menang. Hari ini diperingati sebagai kemenangan Dharma atas Adharma, sekaligus momen untuk menyatukan kekuatan spiritual dalam diri manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umat Hindu meyakini bahwa pada Hari Galungan, para leluhur turun ke bumi untuk memberikan berkat dan perlindungan bagi keturunannya. Karena itu, sejak sehari sebelumnya (dikenal sebagai Penampahan Galungan) umat Hindu melakukan berbagai persiapan ritual, termasuk penyembelihan hewan sebagai simbol pengendalian diri dari sifat-sifat buruk manusia.
Ciri khas yang hadir saat Galungan adalah deretan penjor atau bambu melengkung yang dihiasi janur, hasil bumi, dan persembahan. Penjor melambangkan wujud rasa syukur ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa atas kemakmuran dan kehidupan.
Menariknya, menurut Lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan telah dirayakan sejak tahun 882 Masehi (Saka 804) pada masa Raja Sri Jaya Kesunu. Lontar tersebut menuliskan:
"Punang aci Galungan ika ngawit... tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya."
yang berarti, "Perayaan Hari Raya Galungan pertama kali berlangsung pada Rabu Kliwon, Wuku Dungulan, tahun 804 Saka."
Makna dan Tradisi Hari Raya Kuningan
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan sebagai penutup rangkaian upacara suci. Tahun 2025, Kuningan pertama jatuh pada Sabtu, 3 Mei 2025, dan Kuningan kedua pada Sabtu, 29 November 2025.
Kata 'Kuningan' berasal dari 'kuning', warna yang melambangkan kemuliaan, kesucian, dan kesejahteraan. Pada hari ini, umat Hindu memanjatkan doa dan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para Dewata, memohon keselamatan, kemakmuran, serta kebahagiaan lahir batin.
Persembahan pada Kuningan biasanya berwarna kuning yang terbuat dari nasi yang dicampur kunyit, minyak kelapa, dan daun pandan. Umat juga memasang tamiang, kolem, dan endong sebagai simbol perlindungan spiritual yang maknanya:
Tamiang melambangkan cakra Dewa Wisnu sebagai pelindung.
Kolem melambangkan senjata Dewa Mahadewa.
Endong menggambarkan kantong perbekalan para Dewata.
Uniknya, seluruh upacara Kuningan harus selesai sebelum tengah hari (pukul 12.00), karena setelah itu para Dewa diyakini telah kembali ke Swarga (kahyangan).
Rangkaian Upacara Galungan dan Kuningan
Perayaan Galungan dan Kuningan tidak hanya berlangsung satu hari, melainkan melalui serangkaian ritual. Berikut rangkaiannya:
- Tumpek Wariga (25 hari sebelum Galungan): Hari pemujaan Sang Hyang Sangkara, Dewa pelindung tumbuh-tumbuhan. Umat memberi bubuh (bubur) berwarna sebagai simbol cinta kasih terhadap alam.
- Sugihan Jawa dan Sugihan Bali: Hari penyucian dunia luar (Bhuana Agung) dan diri sendiri (Bhuana Alit), dilakukan dengan pembersihan lingkungan, mandi suci, serta memohon tirta (air suci).
- Penyekeban: Hari menahan hawa nafsu dan mengekang diri dari perbuatan buruk.
- Penyajan: Hari pemantapan diri menghadapi godaan adharma.
- Penampahan Galungan: Hari persiapan Galungan, pembuatan penjor, dan penyembelihan hewan simbol pengendalian nafsu kebinatangan.
- Hari Raya Galungan: Umat melakukan persembahyangan di rumah dan pura, serta berziarah ke kuburan keluarga (mamunjung ka setra).
- Umanis Galungan: Hari penuh suka cita untuk bersilaturahmi, melaksanakan ngelawang (tarian barong dari rumah ke rumah untuk menolak bala).
- Hari Pemaridan Guru dan Ulihan: Hari untuk memohon anugerah kepada Sang Hyang Siwa Guru dan menyambut kembalinya para leluhur ke kahyangan.
- Pemacekan Agung: Hari untuk meneguhkan iman dan keteguhan batin setelah perayaan Galungan.
- Hari Kuningan: Hari persembahan terakhir kepada para Dewa dan leluhur, memohon berkah kesejahteraan serta kebahagiaan.
- Hari Pegat Wakan: Penutup rangkaian, ditandai dengan mencabut dan membakar penjor, lalu menanam abunya di pekarangan sebagai simbol kembali ke kesucian.
Jadwal Hari Raya Galungan dan Kuningan 2025
Disadur dari laman Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI, berikut jadwal Hari Raya Galungan dan Kuningan 2025:
Galungan I: Rabu, 23 April 2025
Penampahan Galungan: Selasa, 22 April 2025
Umanis Galungan: Kamis, 24 April 2025
Kuningan I: Sabtu, 3 Mei 2025
Galungan II: Rabu, 19 November 2025
Penampahan Galungan: Selasa, 18 November 2025
Umanis Galungan: Kamis, 20 November 2025
Kuningan II: Sabtu, 29 November 2025
Dengan hati yang bersih dan pikiran yang terang, umat Hindu meyakini bahwa Dharma akan selalu menang, dan kemenangan sejati adalah saat seseorang mampu mengendalikan dirinya sendiri.
Melalui perayaan ini, umat Hindu diharapkan memperkuat iman, mempererat persaudaraan, serta menumbuhkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala anugerah yang diberikan bagi semesta.
Simak Video "Video Bubaran Wisata Bedugul saat Libur Kuningan, Kendaraan Berjubel di Badung"
[Gambas:Video 20detik]
(aau/aau)
