Pahlawan dari Tanah Banjar Itu Bernama Pangeran Antasari

Pahlawan dari Tanah Banjar Itu Bernama Pangeran Antasari

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Rabu, 05 Nov 2025 09:05 WIB
Pangeran Antasari. Foto: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Timur
Foto: Pangeran Antasari. Foto: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Timur
Banjarmasin -

Namanya Pangeran Antasari. Ialah pahlawan nasional yang memulai gerakan dari tanah Banjar, Kalimantan Selatan.

Pangeran Antasari yang memiliki nama asli Gusti Inu Kartapati adalah pahlawan nasional bangsa. Ia dikenal sebagai pejuang yang berperan sebagai lokomotif dan menjadi sosok pencetus dari Perang Banjar.

Dalam perang tersebut, Pangeran Antasari memperjuangkan kepentingan masyarakat dan membasmi kezaliman para penjajah. Ia wafat pada 11 Oktober 1862, namun namanya masih harum hingga kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wajah Pangeran Antasari kita kenal terdapat pada uang lembaran Rp 2 ribu edaran lawas. Selain itu, namanya juga diabadikan menjadi nama jalan di wilayah Jakarta Selatan. Jalanan dengan panjang 4 km tersebut menjadi akses penting dengan turut dibangun jalan layang non tol.

Tentang Pangeran Antasari

Dirangkum dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap oleh Mirnawati, Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara oleh Gamal Komandoko, dan Horizon IPS oleh Drs Sudjatmoko Adisukarjo dkk, Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi Martapura.

Tahun kelahirannya masih diperdebatkan, sebab beberapa sumber literatur hingga ada pula yang menulis tahun 1809. Namun yang pasti, Pangeran Antasari adalah keturunan bangsawan.

Ia adalah putra Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir dengan Gusti Hadijah. Ia lahir dari keluarga pemimpin pergerakan dan agama. Pangeran Antasari juga memiliki adik perempuan bernama Ratu Antasari.

Pangeran Antasari tumbuh menjadi tokoh pejuang yang sangat dihormati dan dikagumi, berkat kepribadiannya yang baik. Karakternya menjadi panutan dari berbagai kalangan masyarakat, khususnya di Kalimantan Selatan.

Pada 14 Maret 1862, Pangeran Antasari dinobatkan menjadi pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar. Ia menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Pangeran Antasari harus menggantikan ayahnya yang ditangkap dan dibuang oleh Belanda. Ia kemudian menjadi pemimpin yang dipatuhi rakyatnya serta mampu melakukan pergerakan untuk mengusir penjajah.

Pecahnya Perang Banjar Melawan Adu Domba Penjajah

Ilustrasi perang banjar.Ilustrasi perang banjar. Foto: JP de Veer/wikimedia commons.

Pada tahun 1859, Belanda memecah belah rakyat Banjar dengan adu domba. Campur tangan pihak Belanda dalam urusan kerajaan di Banjarmasin membuat Pangeran Antasari merasa terpanggil untuk melawan Belanda.

Sikap antipati Pangeran Antasari terhadap Belanda terlihat manakala ia lebih senang tinggal bersama rakyat daripada keluarga kesultanan. Campur tangan Belanda semakin memuncak saat Belanda mengangkat Sultan Tamjid menjadi pemimpin Kesultanan Banjarmasin dan mengabaikan Pangeran Hidayat yang lebih berhak.

Belanda mengangkat Sultan Tamjidillah sebagai Sultan Banjar karena sengaja mengadu domba. Pangeran Hidayat akhirnya bergabung dengan Pangeran Antasari.

Pada saat itu Pangeran Antasari telah diangkat oleh rakyat menjadi sultan. Dengan demikian, Pangeran Antasari mempunyai kewenangan untuk melawan Belanda.

Pangeran Antasari bersama pendukungnya melawan Belanda. Peperangan pun tidak terelakkan. Penyerangan Pangeran Antasari pada tanggal 18 April 1859 dengan tujuan merusak benteng Pengaron membuat Belanda menjadi kalang kabut.

Pangeran Antasari bersama rakyat Banjar menuntut Pangeran Hidayatullah yang seharusnya naik tahta menjadi Sultan Banjar. Sejak saat itulah, Pangeran Antasari bersama rakyatnya mengadakan perlawanan kepada penjajah Belanda.

Namun, Belanda semakin gencar melakukan politik adu domba di lingkungan istana sehingga membuat rakyat Banjar semakin terpecah belah dan saling bermusuhan. Pangeran Antasari semakin prihatin menyaksikan kondisi rakyatnya yang terpecah-belah.

Perang Banjar meletus pertama kali pada 18 April 1859. Menurut buku Atlas Pahlawan Indonesia oleh Gamal Komandoko, pangeran Antasari memimpin sekitar 6.000 orang. Belanda dibuat kerepotan menghadapi serangan rakyat Banjar di bawah komando sang pangeran.

Selanjutnya pada 25 April 1859 Pangeran Antasari memimpin 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron. Dia memimpin prajurit Banjar menyerang pos-pos Belanda lainnya bahkan berhasil meledakkan dan menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda beserta pemimpinnya.

Semboyan yang sangat populer dari Pangeran Antasari adalah 'Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting', artinya pantang menyerah sampai titik darah penghabisan. Semboyan ini memberikan semangat juang dalam melawan penjajah dan menjadi ruh perlawanan rakyat saat memerangi penjajahan Belanda dalam Perang Banjar.

Suatu ketika Pemerintah Kolonial Belanda menawarkan perundingan kepada Pangeran Antasari dan menjanjikan akan memberi kemewahan dan kenikmatan hidup untuknya. Namun ia menolak keras perundingan tersebut. Seruannya untuk mengusir Belanda pun semakin menggema.

Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Pangeran Antasari Wafat karena Sakit

Pada tahun 1861, Belanda berhasil menangkap dan membuang Pangeran Hidayatullah ke Cianjur, Jawa Barat. Namun, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangan melawan penjajah meski saat itu usianya sudah cukup tua.

Dia bersama pasukannya berperang di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Namun, pada tahun 1862 saat Pangeran Antasari bersama pasukannya sedang mempersiapkan perang terjadilah wabah penyakit cacar.

Wabah tersebut menjangkit pasukannya, termasuk Pangeran Antasari, ditambah dengan sakit paru-paru yang dideritanya. Menjelang wafatnya, ia masih sempat memimpin prajurit-prajuritnya untuk mempersiapkan serangan melawan Belanda.

Pada tanggal 11 Oktober 1862, perjuangan Antasari terhenti karena meninggal dunia di Bayan Begak, Kalimantan Selatan. Jasadnya kemudian dikebumikan di Banjarmasin, di daerah hulu sungai Barito. Setelah itu, Pangeran Antasari dimakamkan di Taman Makam Perang Banjar (Kompleks Makam Pangeran Antasari), Banjarmasin Utara.

Perjuangan dalam melawan penjajah dilakukannya hampir sepanjang hidup. Jasa dan perjuangannya pun diabadikan dalam berbagai sarana dan prasarana, instansi atau lembaga yang menunjukkan penghargaan kepada Pangeran Antasari.

Pada 23 Maret 1968, Direktorat Kepahlawanan Nasional, Departemen Sosial Republik Indonesia menganugerahi Pangeran Antasari gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan. Hal ini diberikan berkat jasa dan pengabdiannya yang telah berjuang melawan penjajah dan merebut kemerdekaan.

Halaman 2 dari 2
(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads