Menyingkap Peran Jong Borneo dalam Sumpah Pemuda

Menyingkap Peran Jong Borneo dalam Sumpah Pemuda

Khairun Nisa - detikKalimantan
Selasa, 28 Okt 2025 07:59 WIB
Bukti keberadaan Jong Borneo dalam sejarah.
Bukti keberadaan Jong Borneo dalam sejarah. Foto: arsip dok Mansyur
Banjarmasin -

Dalam Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda, sejumlah organisasi kepemudaan turut berperan. Namun hampir tak pernah terdengar keterlibatan Jong Borneo. Benarkah Jong Borneo tidak terlibat?

Diungkapkan Sejarawan Kalimantan Selatan, Mansyur, Jong Borneo turut berperan dalam Kongres Pemuda II yang menjadi titik lahirnya Sumpah Pemuda. Adapun pemuda Kalimantan yang menghadiri Kongres itu ialah Masri dan George Obos (juga dikenal dengan George Obus).

"Bukti keberadaan Jong Borneo tertulis dalam Koran Soerabaijasch handelsblad 02 Januari 1929, halaman 10," ujar akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tersebut kepada detikKalimantan, Selasa (28/10/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun isinya berbunyi bahwa "Fusi di bawah kelompok pemuda. Dengan kongres dari Jong Java, yang berlangsung di Djokdja, dibentuk komite, yang bertanggung jawab atas penggabungan klub-klub pemuda (Persatuan Perhimpunan Pemoeda Indonesia). Jong Java, juga Jong Sumatranen Bond dan Pemoeda Indonesia mempelopori penggabungan klub-klub pemuda Indonesia. Asosiasi Jong Ambon, Jong Minahasa dan Jong Borneo akan dimintai pendapatnya kemudian."

Namun, Mansyur tak dapat memastikan kehadiran kedua pemuda asal Kalimantan itu dalam Kongres Pemuda II apakah sebagai pribadi, atau mewakili organisasi yang ada di Kalimantan. Sebab Obos adalah kaum pelajar yang aktif berorganisasi di Surabaya.

"Menurut Achmad Darmawie dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928, pemuda Borneo dari Kalimantan Selatan diwakili oleh Misri," ungkap Mansyur.

Sedangkan, untuk kehadiran George Obos dipastikan oleh Anggraini Antemas. George Obos merupakan Putra Kalimantan Tengah, kehadirannya dikonfirmasi melalui tulisan Anggraini dengan judul "Mutiara Nusantara Seri Kalimantan Selatan".

Namun demikian, peristiwa Sumpah Pemuda bukanlah satu momen yang selesai begitu saja. Justru setelah kongres, perwakilan Kalimantan membawa pergerakan kepemudaan yang baru.

"Sejalan dengan perkembangan pergerakan kebangsaan yang terjadi setelah berlangsungnya Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, maka beberapa organisasi kepemudaan lokal yang berwatak kedaerahan di Kalimantan Selatan mulai mengembangkan diri ke arah kebangsaan," tutur Mansyur.

Melalui kehadiran itu, pergerakan serta perubahan di Tanah Borneo terus terasa. Pemuda Borneo semakin aktif berperan dalam memerdekakan Kalimantan. Para pemuda menyadari, kemerdekaan dapat diraih melalui persatuan dan kebangsaan.

"Sumpah Pemuda telah mendorong terbentuknya Sarekat Kalimantan menjadi Barisan Indonesia (Bindo), Persatuan Sopir menjadi Bond Indonesische Chauffeur (BIC), Sarekat Islam menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Akan tetapi, ada pula beberapa organisasi lainnya tetap dengan nama yang bercorak kedaerahan dan keagamaan," jelas Mansyur.

Di antaranya, Partai Ekonomi Kalimantan (PEK), Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Musyawaratutthalibin. Namun, aktivitas-aktivitasnya tak dapat dipandang remeh, sebab kerap berlawanan dengan kebijakan pemerintah Kolonial.

Dalam dunia kepanduan terjadi pula pergeseran ke arah kebangsaan, di antaranya Borneo Padvinder Organisatie (BPO) meluaskan ruang geraknya menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia, yakni pada saat Perguruan Taman Siswa berdiri di Marabahan.

"Selain menjadi murid Taman Siswa mereka juga tetap menjadi anggota Kepanduan Bangsa Indonesia," tutur Mansyur.

Adapun diantara antara tokoh kepanduan di Marabahan adalah M Ruslan yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Pemuda Marabahan dan Sarekat Kalimantan di Marabahan.

Halaman 2 dari 2
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads