Penuh Canda! 5 Pemuka Agama Gaungkan Toleransi di Irau Malinau

Penuh Canda! 5 Pemuka Agama Gaungkan Toleransi di Irau Malinau

Oktavian Balang - detikKalimantan
Jumat, 24 Okt 2025 08:00 WIB
Lima tokoh pemuka agama turut tampil menggaungkan toleransi dengan penuh canda di acara Irau Malinau 2025.
Lima tokoh pemuka agama turut tampil menggaungkan toleransi dengan penuh canda di acara Irau Malinau 2025. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Malinau -

Suasana Panggung Padan Liu Burung di Malinau, Kalimantan Utara, terasa berbeda pada Kamis (23/10) malam. Panggung yang biasanya menampilkan hiburan dan kebudayaan, kali ini diisi oleh lima pemuka agama sekaligus dalam sesi ngobrol bareng yang sarat pesan toleransi.

Acara interaktif yang dimulai pukul 20.42 Wita ini mengusung tema 'Kasihi Penciptamu, Kasihi Sesamamu'. Dipandu oleh presenter Kamidia Radisti, diskusi ini bertujuan meningkatkan keharmonisan dan toleransi di Bumi Intimung.

Alih-alih kaku dan serius, dialog lintas iman ini justru berlangsung cair dan penuh canda. Para tokoh agama yang hadir sukses mengocok perut penonton dengan banyolan-banyolan segar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka adalah Ustadz H Abey Ghifran (Islam), Pdt Marcel Saerang (Kristen Protestan), Romo Antonius Antara, Pr (Katolik), Yan Mitha Djaksana (Hindu), dan Bhikkhu Dhammasubho Mahathera (Buddha).

Suasana semakin cair ketika mereka berkelakar ingin membentuk boy band. Sontak, seluruh penonton yang hadir tertawa terbahak-bahak. Candaan tak berhenti di situ. Pdt. Marcel Saerang bahkan melontarkan lelucon soal kehidupan pernikahan para tokoh agama.

"Ustad bisa istri 4, tapi kasihan Bhante dan Romo yang tidak bisa menikah," celetuknya, yang langsung disambut tawa riuh. Kamis (23/10).

Meski penuh lelucon, pesan utama soal persatuan sebagai Beranda NKRI tersampaikan dengan kuat. Para tokoh agama sepakat bahwa perbedaan keyakinan bukanlah alasan untuk berpisah, melainkan untuk saling membangun dan tolong-menolong.

"Kita adalah satu keluarga, jika satu tersakiti maka semua akan merasakan," ujar Pdt. Marcel Saerang.

Ustadz Abey Ghifran menambahkan bahwa agama harus menjadi alasan untuk saling membangun.

"Perbedaan untuk saling menjaga. Refleksi malam ini adalah upaya pemimpin untuk saling menghargai kepada sesama," katanya.

Para pemuka agama juga menekankan bahwa iman sejati harus selaras dengan perbuatan. Romo Antonius Antara menegaskan,

"Iman tanpa perbuatan hasilnya nol. Orang yang mencintai dirinya pasti mencintai orang lain."

Pesan serupa disampaikan Bhikkhu Dhammasubho dengan analogi yang unik.

"Iman adalah imun. Orang yang baik, pasti imunitasnya baik. Imun, iman, amin, aman," tuturnya.

Perwakilan Hindu, Yan Mitha Djaksana, menyoroti konsep Tri Hita Karana, yakni pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan seluruh alam semesta.

"Selain menjaga sesama manusia, (kita juga harus) menjaga seluruh alam semesta," ujarnya.

Acara mencapai puncaknya saat Ustadz Abey Ghifran mengajak keempat pemuka agama lain beserta Bupati Malinau untuk bergandeng tangan. Ia lalu mengajak seluruh penonton melakukan hal yang sama sebagai simbol persatuan.

"Kebaikan akan memiliki jalan pulang," seru Ustadz Abey. Saya akan menceritakan kepada dunia jika Malinau dapat menjaga toleransi," seru dia di hadapan para masyarakat Malinau yang antusias dalam menyaksikan dialog 5 tokoh agama.

Momen haru tersebut ditutup dengan doa bersama dan seluruh hadirin yang memadati Panggung Padan Liu Burung serentak berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya.




(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads