Pasukan khusus TNI adalah satuan elite yang dibentuk untuk melaksanakan operasi militer dengan tingkat kesulitan tinggi. Mereka ditempa melalui pendidikan keras, latihan berstandar internasional, dan pengalaman operasi nyata.
Masing-masing matra TNI memiliki pasukan khusus sendiri, namun ada juga satuan khusus yang berisi gabungan dari tiga matra TNI. Simak penjelasannya berikut ini, dirangkum dari situs resmi TNI.
1. Pasukan Elite TNI AD
Dari jajaran TNI AD, pasukan elite yang paling dikenal adalah Kopassus. Selain itu, masih ada pasukan khusus lainnya, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kopassus
Komando Pasukan Khusus atau Kopassus berdiri pada 16 April 1952. Kopassus identik dengan baret merahnya.
Bernama awal Kesatuan Komando TT III/Siliwangi, satuan ini lahir dari kebutuhan menghadapi pemberontakan RMS dan DI/TII, dengan Kolonel A.E. Kawilarang sebagai salah satu tokoh pendirinya. Namanya lalu berubah menjadi RPKAD, Kopassandha, hingga akhirnya resmi menjadi Kopassus.
Dalam sejarahnya, Kopassus terlibat dalam berbagai operasi penting, mulai dari Trikora, Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Operasi Seroja di Timor Timur, hingga pembebasan sandera Mapenduma.
Reputasi internasional pun diraih ketika Discovery Channel Military menobatkan Kopassus sebagai pasukan elit terbaik ketiga dunia pada 2008.
Sat-81/Gultor
Di bawah Kopassus terdapat Satuan 81/ Penanggulangan Teror (Gultor) yang dibentuk pada 1982. Satuan ini memiliki spesialisasi dalam penanggulangan terorisme, termasuk pembebasan sandera dan operasi rahasia.
Latihan intensif kerap dilakukan, seperti simulasi pembebasan sandera di bandara dan objek vital nasional. Dengan kemampuan tersebut, Sat-81/Gultor menjadi ujung tombak TNI dalam menghadapi ancaman teror modern.
Tokoh utama yang membentuk Sat-81/Gultor adalah Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto saat masih aktif di Kopassus. Keduanya ditugaskan oleh Jenderal Benny Moerdani untuk mengikuti pendidikan anti-teror di Jerman sebelum membentuk Sat-81/Gultor.
Taipur Kostrad
Intai Tempur (Taipur) adalah unit pengintai tempur di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Meski bukan pasukan khusus penuh seperti Kopassus, Taipur memiliki kemampuan infiltrasi medan, pengintaian strategis, dan penyerangan terbatas.
Prajuritnya dilatih dengan standar komando, termasuk teknik survival, navigasi medan, dan serangan senyap. Dalam beberapa operasi, Taipur dilibatkan untuk mendukung satuan tempur utama dalam misi pengamanan perbatasan dan operasi anti-gerilya di daerah konflik.
2. Pasukan Elite TNI AL
Dari jajaran TNI AL, terdapat beberapa satuan elite dengan kemampuan khusus, yakni sebagai berikut:
Korps Marinir
Korps Marinir TNI AL lahir pada 15 November 1945 di Tegal dengan nama Corps Mariniers. Pada 1948 namanya berubah menjadi KKO AL, sebelum akhirnya kembali menjadi Korps Marinir pada 1975. Marinir identik dengan warna baret ungu.
Marinir memiliki tugas pokok sebagai pasukan pendarat amfibi, pertahanan pantai, serta pengamanan pulau-pulau terluar strategis. Pendidikan Komando Marinir (Dikko) menjadi tahap penting dalam membentuk prajurit Marinir. Siswa Dikko Angkatan ke-173, misalnya, melaksanakan latihan tahap hutan dan gunung yang mencakup jungle survival, infiltrasi, hingga perang kota.
Detasemen Taifib
Batalyon Intai Amfibi (Taifib) atau kini disebut Detasemen Taifib berada di bawah Korps Marinir. Dibentuk pada 1961 sebagai pasukan pengintai, Taifib beranggotakan prajurit pilihan dari Marinir.
Taifib memiliki kemampuan melakukan infiltrasi pantai, pengintaian strategis, hingga operasi khusus laut-darat. Dalam beberapa operasi, Taifib bekerja sama dengan Kopaska.
Beberapa penugasan yang pernah dijalankan Taifib antara lain Operasi Seroja di Timor Timur, Operasi Cinta Damai di Aceh, serta Operasi Tinombala di Sulawesi Tengah.
Kopaska
Komando Pasukan Katak atau Kopaska didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung Operasi Trikora. Kini Kopaska berada di bawah Komando Armada TNI AL.
Pasukan ini memiliki kemampuan khusus dalam demolisi bawah air, sabotase kapal, dan infiltrasi pantai. Dalam perkembangannya, Kopaska juga terlibat dalam operasi amfibi bersama Taifib.
Selain kemampuan tempur, Kopaska juga dikenal karena keahliannya dalam misi penyelamatan dan evakuasi bawah air, termasuk pencarian korban kecelakaan laut dan pengamanan objek vital maritim.
Denjaka
Jika TNI AD punya Sat-81/Gultor, TNI AL punya Detasemen Jala Mangkara atau Denjaka. Dibentuk pada 1984, Denjaga merupakan pasukan anti-teror maritim gabungan Marinir dan Kopaska.
Denjaka memiliki tugas utama melaksanakan operasi sabotase laut, pembebasan kapal yang dibajak, serta kontra-teror maritim. Latihan rutin dilakukan di laut dan pantai untuk menjaga kesiapan operasional satuan ini.
Denjaka dikenal memiliki kemampuan lintas matra yang mencakup operasi laut, darat, dan intelijen. Prajuritnya dilatih untuk menyusup melalui perairan, menyerbu dari udara, dan bertempur di darat dalam skenario penanggulangan teror yang kompleks.
Selain itu, identitas pasukan ini sangat tertutup, latihannya sering dirahasiakan, hingga jarang terekspos publik.
3. Pasukan Elite TNI AU
Dari jajaran TNI AU, ada Kopasgat dan Satbravo 90. Berikut penjelasannya.
Kopasgat
Komando Pasukan Gerak Cepat atau Kopasgat adalah pasukan elite dari TNI AU yang identik dengan baret oranye. Pertama kali dibentuk sebagai Pasukan Gerak Tjepat (PGT) pada 1947, namanya pernah diubah menjadi Paskhas, namun pada 2022, dikembalikan menjadi Kopasgat.
Setiap prajurit Kopasgat wajib memiliki kualifikasi para, komando, dan kematraudaraan. Tugas utama Kopasgat adalah merebut dan mempertahankan pangkalan udara, melaksanakan operasi lintas udara, serta mendukung operasi udara-darat.
Satbravo 90
Seperti Sat-81/Gultor dan Denjaka, Satuan Bravo 90 atau Satbravo 90 dibentuk pada 1990 sebagai unit anti-teror udara di bawah Kopasgat. Satuan ini memiliki kemampuan lintas matra.
Satbravo 90 juga memiliki kemampuan operasi udara ekstrem, termasuk penerjunan free fall dari ketinggian 10.000 kaki, penyusupan malam hari, dan pembebasan sandera di pesawat terbang.
4. Koopsus TNI
Komando Operasi Khusus TNI atau KOOPSUS termasuk satuan baru di TNI, karena baru dibentuk 30 Juli 2019 melalui Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2019. Ini adalah gabungan dari pasukan khusus TNI AD, AL, dan AU.
Koopsus berada langsung di bawah kendali Panglima TNI, memungkinkan pengerahan cepat dalam menghadapi ancaman strategis. Selaku pimpinan adalah Dankoopssus berpangkat bintang dua.
Tugas utama Koopsus adalah menyelenggarakan operasi khusus untuk menyelamatkan kepentingan nasional, baik di dalam maupun luar wilayah NKRI. Fokus utamanya adalah penanggulangan terorisme, pembebasan sandera, dan operasi berskala tinggi yang membahayakan ideologi, kedaulatan, dan keselamatan bangsa.