Salmonella Ditemukan pada MBG di Jabar, Ahli Ingatkan Risiko Bakteri Lain

Nasional

Salmonella Ditemukan pada MBG di Jabar, Ahli Ingatkan Risiko Bakteri Lain

Sarah Oktaviani Alam - detikKalimantan
Senin, 29 Sep 2025 11:20 WIB
Naya Raisa Nuraini, 14, lies on a velbed while receiving treatments for food poisoning after eating government-sponsored free school meals, at a makeshift clinic inside a districts hall in Bandung, West Java province, Indonesia, September 25, 2025. REUTERS/Willy Kurniawan
Korban keracunan MBG di Bandung Barat. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Balikpapan -

UPTD Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat telah mengumumkan hasil uji laboratorium makanan yang memicu keracunan massal siswa sekolah usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). Temuan ini juga turut disorot oleh ahli kesehatan. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FK UI) membeberkan sejumlah bakteri lain yang berpotensi muncul dan menyebabkan keracunan.

Dilansir detikNews, dua bakteri tersebut yakni Salmonella sp dan Bacillus cereus. Bakteri-bakteri ini memiliki sifat pembusuk. Kepala UPTD Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr. Ryan Bayusantika Ristandi menjelaskan bakteri-bakteri ini sangat tinggi perkembangbiakannya dalam kondisi tertentu.

"Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi," jelasnya, Minggu (28/9/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Dr df Ari Fahrial Syam, SpPPD-KGEH mengungkapkan bahwa bakteri Salmonella termasuk salah satu pemicu keracunan makanan yang paling sering ditemui. Gejala keracunan akibat kontaminasi bakteri ini termasuk muntah-muntah dan diare.

"Salmonella adalah bakteri yang umum ditemukan pada bahan pangan seperti telur dan daging unggas, terutama jika tidak dimasak dengan sempurna," jelasnya dalam keterangannya, dilansir detikHealth, Senin (29/9/2025).

Menurut Prof Ari, Salmonella sp memiliki masa inkubasi 12-24 jam. Dalam kondisi tertentu, inkubasinya bisa lebih lama tetapi tidak lebih dari 48 jam. Kontaminasi bisa terjadi sejak proses penanganan bahan baku makanan, pengolahan, hingga distribusi makanan.

"Kalau telur atau ayam tidak dimasak sampai matang, maka bakterinya tidak mati. Ini sangat berisiko jika disajikan dalam jumlah besar," ujarnya.

Bila tidak ditangani dengan segera, kata Prof Ari, Salmonella sp dapat menyebabkan infeksi saluran cerna. Penyakit ini dikenal dengan istilah salmonellosis. Gejala umumnya diare, demam, mual, muntah, hingga kram perut.

Sementara itu, bakteri Bacillus cereus umumnya ditemukan pada susu dan nasi goreng yang dibiarkan terlalu lama dalam suhu ruang. Bacillus cereus memiliki masa inkubasi yang lebih singkat lagi, antara 1-5 jam.

Bakteri lain yang juga perlu diwaspadai yakni clostridium perfringens yang umumnya ditemukan pada daging sapi, unggas, kacang-kacangan, kuah daging, kepiting, dan kerang. Kemudian clostridium botulinum mungkin ditemukan pada makanan kaleng yang tidak diolah dan disimpan dengan benar.

"Penyajian makanan yang seharusnya tetap dipertahankan di atas 65 derajat celcius, sementara untuk memanaskan makanan wajib berada di atas 85 derajat celcius," pesan dia.

Baca selengkapnya di sini.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads