Maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) disoroti Anggota DPRD Kalimantan Barat, Arif Rinaldi. Menurut dia, uang rakyat yang jumlah besar akan terbuang sia-sia jika kontrol penyediaan dan pendistribusian MBG lemah.
"Jangan sampai uang rakyat yang begitu besar nilainya justru terbuang sia-sia hanya karena lemahnya kontrol di lapangan," ujarnya, Minggu (28/9/2025).
Ia menekankan, evaluasi berkala wajib dilakukan. Hal ini mengingat anggaran yang dikucurkan negara untuk program MBG jumlahnya sangat besar. Dengan pengawasan yang ketat, dana tersebut bisa benar-benar tepat sasaran dan memberi manfaat maksimal bagi generasi muda. Bukan seperti saat ini yang terjadi kasus keracunan di sejumlah daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Arif, pentingnya pengawasan dan evaluasi berkelanjutan. Karena dalam pelaksanaan penyediaan maupun pendistribusian MBG masih terdapat oknum yang hanya mengejar keuntungan pribadi tanpa memikirkan kualitas makanan yang diberikan kepada pelajar.
"Inilah yang justru merugikan tujuan besar program MBG. Kalau kualitas makanan menurun, maka manfaatnya juga tidak maksimal," tegasnya.
Ia menambahkan, program ini sudah melibatkan pihak-pihak berkompeten, termasuk para ahli gizi. Kehadiran tenaga ahli menjadi penting untuk memastikan menu yang disajikan sesuai standar gizi yang dibutuhkan anak-anak sekolah.
Dengan begitu, tujuan utama program, yakni meningkatkan kualitas kesehatan dan daya konsentrasi pelajar, dapat tercapai. Ia pun menilai peran ahli gizi harus diperkuat agar benar-benar mengontrol kualitas menu yang disajikan di sekolah.
Selain itu, koordinasi antara Badan Gizi Nasional (BGN) dengan pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan. Bagi DPRD, keterlibatan dalam monitoring sangat penting agar pengawasan bisa lebih merata hingga ke tingkat sekolah.
"Koordinasi dari pusat ke daerah jangan hanya berhenti di tataran administratif. DPRD juga perlu dilibatkan untuk mengawasi langsung agar program ini benar-benar berjalan sesuai target," katanya.
Arif optimistis, jika semua pihak menjalankan perannya dengan baik, MBG akan menjadi program unggulan yang tidak hanya memperbaiki gizi pelajar, tetapi juga menciptakan multiplier effect bagi ekonomi lokal. Selain memiliki manfaat besar baik dari sisi gizi pelajar, kata Arif, program ini bermanfaat bagi perputaran ekonomi daerah.
"Kalau pengelolaan dan pengawasannya baik, manfaatnya akan jauh lebih besar. Anak sehat, pintar, ekonomi masyarakat juga tumbuh," ujarnya.
Menurutnya, MBG dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. Mulai dari tenaga pengolah makanan, distributor bahan baku, hingga petani dan pelaku UMKM lokal turut merasakan dampak positif.
"Di balik penyediaan makanan bergizi, ada rantai ekonomi yang ikut bergerak. Petani sayur, peternak, nelayan, hingga pedagang kecil semuanya bisa mendapatkan manfaat," jelas Arif.
(aau/aau)