Habib Rizieq Shihab (HRS) akhirnya dapat mengisi Maulid Akbar di Tarakan tadi malam, meski sempat mendapatkan penolakan sejumlah masyarakat. Di tengah hujan lebat, HRS tetap membakar semangat jemaah.
Hujan lebat mengguyur lokasi Tabligh Akbar di Jalan Sebengkok Tiram, Tarakan, sekitar pukul 22.00 Wita. Namun jemaah tidak menyurutkan semangat para jemaah.
HRS yang tampil sebagai penceramah utama justru membakar semangat jemaah dengan menolak dipayungi dan menyerukan persatuan umat. Dia kembali teringat dengan aksi 212 yang memiliki semangat serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ingat aksi 212? 7 lebih orang yang hadir saat diguyur hujan nggak bubar, Saudara!" seru Habib Rizieq dari atas panggung, Sabtu (21/9/2025) disambut pekik takbir oleh massa yang bertahan di bawah guyuran hujan.
"Siap lanjut? Atau nunggu hujan berhenti baru lanjut? Takbir!" tegasnya yang langsung dijawab "Lanjut!" oleh para jemaah.
Dalam ceramahnya, Habib Rizieq menekankan konsep persaudaraan dalam Islam yang tidak diikat oleh darah, suku, maupun budaya, melainkan oleh iman.
"Kita nggak peduli mau orang Arab, mau Cina, mau India, mau Melayu, mau Dayak, mau Papua, mau Sunda, mau Jawa. Apapun suku kita, selama kita beriman kepada Allah, kita semua bersaudara, betul?" kata Habib Rizieq yang kembali dijawab gemuruh "Betul!" dan takbir.
![]() |
Ia kemudian mengibaratkan persaudaraan umat Islam bagaikan satu tubuh, sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakannya.
"Nabi katakan, orang yang beriman itu bagaikan jasad yang satu," jelasnya. "Saya bertanya, kalau di tangan kita ada bisul, bengkak, sakit, biasanya kepala ikut pusing tidak? Badan meriang tidak? Yang sakit tangan, yang pusing kepala. Yang sakit tangan, mata tidak bisa tidur. Begitulah umat Islam!"
Dari perumpamaan itu, Habib Rizieq mengajak umat untuk memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Menurutnya, persaudaraan harus diwujudkan dalam aksi nyata, seperti membantu kaum miskin, mengajarkan mereka yang belum paham agama, hingga mencegah kemungkaran.
"Kalau ada saudara kita yang miskin, laparnya harus jadi lapar kita. Kalau ada yang bodoh, kita wajib ajarkan. Bahkan kalau ada saudara kita yang suka maksiat, jangan dibiarkan! Selamatkan dia, cegah dia dari kemungkarannya karena kita cinta, jangan sampai dia masuk neraka," tegasnya.
Di akhir ceramahnya, ia menyinggung bahwa dakwahnya yang tegas dalam mencegah kemungkaran sering kali membuatnya dicap sebagai sosok radikal.
"Tapi gara-gara saya berdakwah begini, dibilang radikal, teroris," pungkasnya.
(bai/bai)