Warga Krayan Nunukan Tanam Padi dan Pisang di Jalan Poros Berlumpur

Warga Krayan Nunukan Tanam Padi dan Pisang di Jalan Poros Berlumpur

Oktavian Balang - detikKalimantan
Rabu, 17 Sep 2025 16:30 WIB
Warga tanam padi dan pisang di jalan rusak berlumpur di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara.
Warga tanam padi dan pisang di jalan rusak berlumpur di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara. Foto: Dok. Istimewa
Nunukan -

Sebuah video viral di media sosial menunjukkan aksi unik sekaligus menyedihkan yang dilakukan warga di Krayan, Kabupaten Nunukan. Aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap pemerintah karena lambannya penanganan infrastruktur di wilayah perbatasan Indonesia.

Dalam video unik ini juga menunjukkan dua kejadian dalam satu frame. Dalam video tersebut, terlihat seorang masyarakat menanam padi dan pohon pisang di tengah jalan poros yang berlumpur, dan satunya seorang pria menggunakan Pakaian Dinas Harian (PDH) yang terjebak dalam kubangan lumpur dalam.

Menurut Kepala Desa Pa' Kemut, Mardanis, kondisi jalan ini sudah rusak parah selama bertahun-tahun dan sulit untuk dilewati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jalanannya itu jalan poros ke kecamatan sama sekolah. Jalan itu sudah enggak layak digunakan. Makanya ditanami sama warga, pohon pisang sama padi," ujar Mardanis dikonfirmasi detikKalimantan, Selasa (17/9/2025).

Mardanis menambahkan bahwa kondisi jalan tersebut memang sudah terjadi sejak lama. Meskipun sempat diperbaiki, lumpur dan genangan air kembali memenuhi jalan saat hujan turun.

"Kasihan pegawai camat dan anak sekolah jika hendak turun kerja maupun sekolah, kaki mereka penuh lumpur karena harus melewati lumpur dan " ungkap Mardanis.

Menurutnya, kedalaman lumpur di jalan tersebut bisa mencapai setengah meter. Bahkan, saat dilintasi mobil, kedalamannya bisa mencapai satu meter. Kondisi ini menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat setempat.

"Kalau motor atau mobil lewat, susah sekali. Kedalamannya bisa setengah meter lebih, kalau mobil lalu di situ, mau satu meter itu, Pak," katanya.

Mardanis juga menyebutkan bahwa kondisi jalan ini adalah serba salah. Jika hujan, jalan berubah menjadi kubangan lumpur. Sebaliknya, saat musim kemarau, jalanan sangat berdebu dan mengganggu pernapasan.

"Jalanan rusak bukan hanya di titik itu saja, masih banyak lagi yang rusak," bebernya sambil menghela nafas.

Mardanis menceritakan bahwa warga sudah beberapa kali melakukan upaya perbaikan secara swadaya. Mereka bergotong royong menggunakan cangkul, bahkan dibantu oleh pegawai kecamatan, guru, dan siswa yang sering melintasi jalan tersebut.

"Selama ini kan diperbaiki, itu, pekerjaan masyarakat manual pakai cangkul, sama pegawai kecamatan, sama guru-guru SMP. Karena siswa juga lewat situ," jelasnya.

Meskipun kondisi jalan sudah sangat memprihatinkan, Mardanis mengaku bahwa perbaikan jalan poros ini sudah sering diajukan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) desa dan kecamatan setiap tahun.

"Itu sering masuk Musrenbang setiap tahun, sudah masuk itu," tegasnya.

Sayangnya, hingga kini belum ada realisasi nyata dari pemerintah. Masyarakat yang merasa frustrasi pun memilih cara protes yang viral ini untuk menarik perhatian pemerintah, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat.

"Warga memang sengaja menanam padi dan pisang karena sudah bosan di janji oleh pemerintah," tambahnya.

Mardanis berharap pemerintah bisa segera memperbaiki jalan ini karena merupakan akses vital bagi ribuan warga, termasuk anak sekolah dan pegawai yang setiap hari harus melewatinya.

"Jelas, akses jalan rusak akan mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat, terutama bagi mereka yang membawa hasil kebun atau barang bawaan lainnya" tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads