Bukan Dianiaya tapi Berkelahi, Kasus Santri di Kubu Raya Berakhir Damai

Bukan Dianiaya tapi Berkelahi, Kasus Santri di Kubu Raya Berakhir Damai

Ocsya Ade CP - detikKalimantan
Rabu, 17 Sep 2025 10:32 WIB
Mediasi kasus perkelahian antarsantri di Kubu Raya.
Mediasi kasus perkelahian antarsantri di Kubu Raya. Foto: Dok. Polres Kubu Raya
Kubu Raya -

Perkelahian antarsantri Pondok Pesantren (Ponpes) Asy Sayfi'iyah, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) berakhir damai. Kabar santri dibully tenaga pendidiknya juga terbantahkan.

Sebelumnya viral seorang santri menjadi korban kekerasan oleh kakak kelasnya, JR. Akibat perbuatan itu, korban berinisial AR mengalami memar dan lebam di tubuhnya. Kemudian, beredar isu santri dibully oleh tenaga pendidiknya.

Kapolsek Sungai Kakap Ipda Dollas Zimmi melalui Kasubsi Penmas Polres Kubu Raya Aiptu Ade mengatakan yang terjadi antarsantri sebenarnya perkelahian, bukan penganiayaan seperti kabar yang beredar. Kemudian, kabar yang menyebut adanya bullying oleh tenaga pendidik pondok pesantren adalah hoaks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Faktanya, yang terjadi adalah perkelahian antarsantri. Saat ini keduanya sudah berdamai, bahkan sudah kembali berteman dan beraktivitas normal di pondok," ujar Ade dalam keterangannya, Rabu (17/9/2025).

Upaya mencari titik terang ini awalnya dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Desa Punggur Kecil Aipda Deni Ardiansyah bersama Kepala Dusun Kenanga Baharudin serta pengurus RW setempat. Hasilnya, tidak ditemukan adanya tindakan kekerasan dari tenaga pendidik pondok pesantren terhadap santri tersebut.

Hasil pendataan di lapangan dan keterangan sejumlah saksi, peristiwa itu bermula pada Selasa (9/9) sekitar pukul 10.00 WIB. Seorang tenaga pendidik yang sedang melakukan pengecekan santri untuk tidur siang mendapati dua santri sedang bergurau.

"Saat itu, kedua santri ditegur. Salah satu santri tidak terima dan melakukan tindak tidak terpuji terhadap temannya. Aksi itu kemudian berujung perkelahian dengan rekannya sesama santri," jelas Ade.

Perkelahian berhasil dilerai oleh pengasuh ponpes. Namun, salah satu santri yang belakangan diketahui berinisial AR, sempat melarikan diri ke arah Sungai Bemban dan berhenti di sebuah warung.

AR menangis di lokasi dan mengaku dipukul di pondok pesantren. Jawaban spontan itu direkam warga dan videonya tersebar luas di media sosial hingga memicu kabar santri dibully tenaga pendidiknya.

Salah seorang ustaz ponpes menjemput santri tersebut. Namun, warga sempat menghalangi karenamengira santri itu benar-benar dianiaya. Akhirnya anak itu diantar pulang ke rumah ibunya. Keesokan harinya, santri tersebut kembali ke pondok untuk melanjutkan aktivitas.

Kasus ini kemudian diselesaikan melalui jalur restorative justice di Kantor Desa Punggur Kecil pada Rabu (10/9). Mediasi dihadiri orang tua kedua santri, pengurus pondok pesantren, Kepala Dusun, hingga Bhabinkamtibmas.

"Dari hasil kesepakatan, kedua belah pihak sepakat menyelesaikan persoalan dengan cara kekeluargaan (restorative justice). Kedua Belah pihak juga menandatangani surat pernyataan tanpa unsur paksaan dalam penyelesaian kasus tersebut," ujar Ade.

Ade juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi di media sosial.

"Kami harap warga tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum jelas kebenarannya. Apabila ada persoalan, sebaiknya langsung dikomunikasikan dengan pihak terkait," imbau Ade.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Pakai Sarung dan Kopiah, Ratusan Santri Lumajang Rayakan HUT RI"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads