Sebuah penyakit gangguan mental bernama hoarding disorder nampaknya dialami oleh Roger (80), lansia yang tinggal di daerah St Albans, Hertfordshire, Inggris. Rumah miliknya berada di tengah permukiman, menjadi satu-satunya rumah dengan sampah berserakan dari dalam hingga ke halaman depan.
Dikutip detikProperti dari Daily Mail, Roger memiliki kebiasaan mengumpulkan sampah, baik sampahnya sendiri, maupun sampah orang lain. Ia tinggal sebatang kara di rumah tersebut.
Rumah tersebut merupakan peninggalan dari orang tuanya. Tidak ada yang tahu di mana Roger tidur karena tumpukan sampah di dalam rumah lebih parah dari di area luar, yakni hingga ke plafon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan warga menyebut banyak sekali tikus dan lalat di rumahnya. Daily Mail mengungkapkan rumah Roger berada di daerah yang cukup diminati di Inggris. Harga rumah rata-rata di daerah tersebut seharusnya sekitar ? 700.000 atau setara dengan Rp 15,3 miliar (kurs Rp 21.950).
Tapi rumahnya jadi tak berharga, sebab ia setiap hari keluar rumah dan kembali dengan membawa tumpukan sampah. Jangan tanya seberapa berantakan dan baunya rumah tersebut. Bahkan tetangganya ikut mengeluh bau tak sedap yang sering tercium hingga ke rumah mereka.
Berbagai usaha sudah dilakukan tetangganya. Namun, Roger yang disebut autis oleh salah satu tetangga, menolak semua permintaan tersebut.
Ia menyebut, akan ada rekannya yang mengolah sampah tersebut, tetapi mereka sedang tidak bisa diganggu. Alasan tersebut tentu hanya khayalan Roger karena selama ini ia hanya hidup sendiri.
"Bukan sampah, hanya barang-barang yang perlu didaur ulang. Saya punya teman dan saya bisa mengajak mereka, tapi saya tidak ingin mengganggu mereka. Memang perlu dilakukan (daur ulang), tentu saja. Intinya adalah menata diri," kata Roger.
Pemerintah daerah setempat sudah turun tangan. Mereka membersihkan sampah di rumah Roger. Namun, ketika Roger kembali ke rumah tersebut, ia mengulangi kebiasaannya, membawa banyak sampah ke rumahnya.
Tetangga sekitar kembali mengeluh karena bau sampah yang begitu menyengat terutama saat musim panas. Surat pengaduan ke Dinas Kesehatan setempat pun tidak mengubah kebiasaan Roger.
Lebih parahnya lagi, tetangga Roger tidak ada yang bisa pindah rumah karena rumah mereka saat ini tidak dapat dijual. Tidak ada yang mau membeli rumah di daerah tersebut selama Roger masih menjadikan rumahnya sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Impian untuk pindah dan menjual properti mereka rasanya hanya mimpi belaka karena banyak iklan sudah dipasang, tetapi tidak satu pun yang berakhir hingga akad.
"Ini menjijikkan, benar-benar seperti tempat pembuangan sampah. Dalam cuaca seperti ini, rasanya seperti memasak kotoran. Berbahaya bagi kesehatan. Dalam benaknya dia pikir dia membantu mendaur ulang tetapi tidak seorang pun seharusnya hidup seperti itu," kata seorang warga kepada Daily Mail.
(aau/aau)