Keluarga Juladi Diusir Warga, Ini Perilakunya di Mata Orang Sekitar

Regional

Keluarga Juladi Diusir Warga, Ini Perilakunya di Mata Orang Sekitar

Angling Adhitya Purbaya - detikKalimantan
Selasa, 05 Agu 2025 13:00 WIB
Warga memasang spanduk ke pagar arah masuk tempat tinggal keluarga Juladi Siagian (54) di Lamongan, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (4/8/2025).
Spanduk yang dipasang oleh warga/Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Balikpapan -

Keluarga Juladi Siagian (54) di Semarang, Jawa Tengah, diusir warga. Warga sekitar merasa geram karena Juladi kerap melepasliarkan anjing peliharaannya.

Keluarga Juladi tinggal di Lamongan, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Spanduk pengusiran tersebut bertuliskan Warga RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor menolak warga atas nama Juladi Boga Siagian. Warga mengimbau untuk yang bersangkutan dapat segera pindah dari RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor.

Perilaku Juladi di Mata Warga

Dikutip detikJateng, Ketua RT setempat, Sugito, membenarkan spanduk itu dipasang oleh warga. Ia mengatakan ada keresahan warga atas perilaku Juladi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya itu kehendak warga, ada petisi juga," kata Sugito ditemui di rumahnya, Senin (4/8/2025).

Menurut Sugito, ada beberapa hal yang diresahkan warga seperti soal sejumlah anjing peliharaan Juladi yang dilepasliarkan. Kemudian soal sampah yang dijejer di pinggir jalan.

"Ada keresahan warga. Seperti memelihara anjing yang diliarkan dan soal sampah," ujarnya.

Untuk diketahui, Juladi adalah pengepul rosok. Selain soal anjing yang dilepas di lingkungan warga dan sampah yang dijejer, dalam petisi itu warga juga menyebutkan beberapa hal.

Antara lain soal Juladi yang disebut pernah mengancam warga menggunakan celurit. Kemudian soal anjingnya yang memakan peliharaan warga lain, sampah berbau, hingga tidak suka mengikuti kegiatan di lingkungan.

Tanggapan Juladi soal Pengusiran Tersebut

Juladi mengaku terkejut dengan pemasangan spanduk itu. Ia menganggap seolah-olah masalah hukumnya dihubungkan dengan konflik pribadi.

"Kenapa masalah personal digabungkan dengan masalah penyerobotan tanah. Memang penyerobotan tanah itu dari awal Sri Rejeki ini sudah melakukan intimidasi cuma digabung-gabungkan dengan orang-orang yang mungkin sentimen atau gimana ya namanya masyarakat ada yang pro dan kontra. Ada yang suka dan nggak suka dengan diri kita," ujar Juladi.

Ia juga menjelaskan soal anjing dan sampah. Menurutnya, anjing yang dikeluarkan dari tempat tinggalnya diawasi. Kemudian untuk sampah yang dijemur, itu kertas atau kardus yang basah dan setelah kering dibereskan.

"Saya jemur itu bukan sampah, itu kertas-kertas yang saya jemur ya kertas pokoknya semua kertas yang basah saya jemur setelah kering saya ambil saya bersihkan kembali. Itu pun terjadi bukan saya, warga lain pun ada yang pengepul juga jemur-jemur tapi mereka tidak meributkan entah saya kenapa," ujar Juladi.

"Itu anjing saya lepas itu saya jaga. Saya inikan, saya masukkan kalau malam. Jadi kalau keluar pun saya jaga. Cuma yang namanya kalau sudah fanatik sekali ya kami mau ngomong apa lagi. Jadi anjing itu kami masukkan kok sampai ada pintu. Jadi keluar itu kami pantau setelah itu baru kami masukkan," imbuhnya.

Sementara itu, soal dirinya yang tidak bersosialisasi dengan warga, menurutnya dirinya cukup sibuk mencari rosok dan juga memilahnya.

"Saya itu dari subuh, pagi, siang, sore mencari nafkah untuk anak istri saya bertanggung jawab. Seperti inilah habis ini pulang nyari barang saya nyortir. Kalau yang namanya kita ikut arisan, saya tidak pernah tahu karena tidak pernah diundang. Pun kalau saya kumpul ternyata kalau saya kumpul itu ngomongin orang. Terus gengsi-gengsian, terus blok-blokan. Blok-blokan daripada saya nanti terkonfrontasi pikiran saya seperti sebegitu. Lebih baik saya fokus mencari nafkah untuk anak istri saya karena ya gimana hidup kami itu begini jadi saya harus fokus," ujarnya.

Baca selengkapnya di sini.




(sun/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads