Sebanyak 5 jurnalis media besar Timur Tengah, Al-Jazeera, tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza. Serangan di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City itu dinilai sebagai pembunuhan yang sengaja ditargetkan.
Dikutip detikNews, Al-Jazeera melaporkan total jumlah korban tewas dalam kejadian tersebut ada 7 orang, termasuk di dalamnya 5 jurnalis tersebut. Mereka adalah koresponden atas nama Anas al-Sharif dan Mohammed Qreqeh, serta tiga kamerawan yakni Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa.
Kelima korban sedang berada di dalam tenda jurnalis di gerbang utama RS Al-Shifa ketika serangan terjadi. Pihak Al-Jazeera menyebut serangan ini adalah pembunuhan yang ditargetkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serangan secara terang-terangan dan terencana lainnya terhadap kebebasan pers," ungkap mereka dalam pernyataan resmi dilansir BBC, Senin (11/8/2025).
Israel mengklaim bahwa salah satu jurnalis yang menjadi target serangan mereka di Jalur Gaza merupakan pemimpin sel Hamas yang menyamar sebagai jurnalis untuk Al-Jazeera. Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengungkap jurnalis yang ditargetkan itu adalah Anas al-Sharif.
"Dia bertanggung jawab atas serangan-serangan roket terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF," klaim militer Israel dalam pernyataannya.
Pihak Israel menegaskan klaim tersebut didasarkan pada hasil investigasi intelijen dan dokumen yang ditemukan di Jalur Gaza sebagai bukti dari tuduhannya. IDF tidak menyinggung tentang empat jurnalis lainnya yang tewas dalam serangan ini.
Kepada BBC, Redaktur Pelaksana Al-Jazeera Mohamed Moawad mengatakan Anas al-Sharif merupakan jurnalis terakreditasi. Dia menjadi sumber utama agar dunia mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di Jalur Gaza.
Israel tidak mengizinkan jurnalis internasional masuk ke Jalur Gaza, sehingga banyak media kemudian mengandalkan koresponden lokal. Wartawan-wartawan lokal di Gaza dipercaya untuk menyampaikan peliputan langsung dari Jalur Gaza.
Moawad menegaskan para jurnalis yang menjadi korban itu tidak meliput di garis depan, sehingga tidak selayaknya menjadi target serangan. Dia menyebut serangan ini sebagai upaya untuk membungkam pers dan mengubur apa yang terjadi di Gaza dari mata dunia.
"Mereka menjadi target di tenda mereka, mereka tidak meliput dari garis depan. Faktanya, pemerintah Israel ingin membungkam saluran pelaporan apa pun dari dalam wilayah Gaza," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di detikNews.
(des/des)