Masyarakat di pedalaman Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim) hidup dalam kesulitan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka bertaruh nyawa melewati arus Sungai Mahakam yang deras, dan merasakan mahalnya harga bahan pokok.
Itu seperti yang disampaikan Martina Wau, Sekretaris Komisi III DPRD Mahulu saat melakukan reses dan mendatangi satu kecamatan terujung di Mahulu, yakni Long Apari. Martina mendengarkan kesedihan warga yang terpaksa menghemat beras dengan menjadikannya bubur.
"Betul, saat saya melakukan reses ada warga yang menyampaikan dia bersama keluarganya sudah 4 hari hanya bisa makan bubur, karena mau beli beras di toko tidak ada yang menjual, adapun dijual harganya sangat mahal. Sebab harga (25 kg) beras di sana tembus Rp 1 juta," ujar Martina saat dihubungi detikKalimantan, Senin (4/8/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya beras yang mahal. Gas elpiji dijual mulai dari Rp 300 ribu untuk tabung 3 kilogram dan Rp 800 ribu untuk tabung 12 kilogram.
Penyebab Mahalnya Harga Kebutuhan Pokok
Politikus dari Fraksi Partai Gerindra ini mengungkapkan mahalnya harga kebutuhan hidup di Long Apari disebabkan terbatasnya akses. Jadi, akses untuk menuju desa tersebut hanya mengandalkan jalur Sungai Mahakam.
"Jadi harganya mahal itu karena kelangkaannya. Langka itu sebab distribusinya terhambat kalau musim kemarau atau saat sungai meluap, akhirnya gak ada yang berani lewat," terangnya.
Masyarakat di sana hanya mengandalkan longboat, speedboat, dan ketinting untuk mengakses kecamatan lain dan ke tiga desa terujungnya. Sehingga untuk mendapatkan bahan pokok, mereka harus bertarung dengan jeram sungai dan penggunaan BBM yang terbatas.
"Di sana jalan benar-benar terputus, kalau terpaksa dan kondisi banjir masyarakatnya harus membuat jembatan penyeberangan sementara. Jadi melewati sungai itu memang akses utamanya, sedangkan untuk melewati sungai harus melalui riam terderasnya itu di Long Pahangai. Belum lagi BBM yang terbatas," jelasnya.
Sebagai putri daerah yang besar di Mahulu, Martina menyebut kondisi ini sudah dirasakan masyarakat Long Apari selama berpuluh tahun. Setiap tahunnya di waktu kemarau dan musim hujan, harga kebutuhan pokok pasti melonjak.
"Terutama saat musim kemarau melanda. Ini belum terlalu parah, pernah di tahun 2019 saat musim kemarau panjang lebih parah, gas elpiji 12 kg tembus di harga Rp 1 juta per tabung," ungkapnya.
Speedboat Terbalik
Saat pulang usai menjalankan reses selama 4 hari 3 malam di Kecamatan Long Apari, Martina mengalami kejadian tak terduga . Speedboat yang ia tumpangi bersama 7 orang lainnya terbalik saat melewati jeram.
"Kami ada 8 orang. Speedboat kami terbalik saat saya akan kembali ke Long Bagun pada tanggal 28 Juli," tuturnya.
Mereka semua selamat dalam insiden tersebut. Mereka diselamatkan warga yang kebetulan melintas menggunakan longboat kecil.
"Puji Tuhan muncul perahu longboat kecil dari arah hilir yang kebetulan saudara-saudara saya, Mon, Savung, Nestor dan satu kawan mereka. Perahu longboat kecil inilah yang mengevakuasi kami dari lokasi kejadian (riam panjang) ke Muara Nyan. Lalu menuju ke kampung terdekat yaitu kampung Batu Kelo, Kecamatan Long Bagun. Kemudian kami dijemput oleh keponakan saya, Karun menggunakan mobil melalui jalur darat untuk kembali ke Long Bagun Ilir," tutupnya.
Simak Video "Video Gubernur Kaltim Tepis IKN Mangkrak: Hari Ini Sudah Luar Biasa"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/bai)