Beban Pekerja Indonesia: 1 Orang Tanggung 10-11 Anggota Keluarga

Nasional

Beban Pekerja Indonesia: 1 Orang Tanggung 10-11 Anggota Keluarga

Nafilah Sri Sagita K - detikKalimantan
Jumat, 25 Jul 2025 23:00 WIB
Shot of a handsome young businessman looking bored while working on a laptop in an office
Ilustrasi pekerja. Foto: iStock
Jakarta -

Satu orang di Indonesia disebut menanggung biaya hidup rata-rata 10-11 anggota keluarga. Data ini diungkapkan Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Sekretaris Utama BKKBN Budi Setiyono.

Kondisi ini menunjukkan banyak warga Indonesia yang memikul beban finansial yang tinggi. Budi menyebut gaji tinggi pun terkadang tidak cukup.

"Ini walau gajian setinggi langit, satu orang menanggung 10 sampai 11 orang dalam satu keluarga, tentu tidak cukup dalam 30 hari," beber Budi dalam diskusi dengan awak media, Jumat (25/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga pun terpaksa harus mencari penghasilan tambahan atau meminjam ke kanan-kiri. Selain itu, 98 persen lansia ternyata tidak memiliki jaminan hari tua sehingga bergantung pada anak-anak dan cucu mereka. Budi menilai tren ini cukup mengkhawatirkan bagi keberlangsungan ekonomi.

"Tentu saja anaknya ini pontang-panting untuk membiayai hidupnya dan biaya orang tua," lanjutnya.

Beban finansial menurun ini menghasilkan kelompok masyarakat yang dikenal sebagai 'sandwich generation'. Budi membeberkan 70 persen masyarakat usia produktif tidak dapat bekerja dengan lancar karena 1 orang dibebani 10-11 orang nonproduktif.

Berdasarkan data, lanjut Budi, jumlah penduduk yang benar-benar produktif hanya sekitar 13-15 juta jiwa. Hal ini dilihat dari jumlah orang yang aktif melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak pada tahun 2025.

Urbanisasi juga memperberat kondisi kelompok usia produktif. Akses sumber daya pangan bergeser. Aktivitas pertanian, perkebunan, dan sebagainya semakin menyusut. Padahal aktivitas ini sebelumnya bisa cukup menjamin kehidupan mereka yang sudah memasuki usia tidak produktif.

"Kalau sudah seperti sekarang, sudah urbanisasi, hanya untuk sekadar makan saja harus dari punya penghasilan, kalau nggak ada, dari mana makannya? Makanya mesti minta anaknya," tuturnya.

Jika masalah ini tidak segera mendapat intervensi, Budi khawatir bonus demografi tidak akan banyak berguna ke depannya. Karena itu, dia menilai Indonesia perlu memiliki mekanisme tertentu demi memaksimalkan bonus demografi.

"Sebab kalau tidak, barangkali momentum emas yang sangat jarang terjadi dalam perjalanan suatu bangsa seperti bonus demografi itu akan berlalu begitu saja, tanpa kita manfaatkan momen tersebut," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads