Pemandangan sore hari di langit Banjarmasin beberapa waktu belakangan ini dihiasi dengan warna warni layang-layang. Dari anak hingga remaja berbondong-bondong mencari arah angin untuk menerbangkan layangan mereka.
Sejak musim libur sekolah beberapa waktu lalu, bermain layang-layang jadi tren anak sekolahan mengisi waktunya. Jika zaman sekarang banyak anak sulit lepas dari gadget dan memilih main game, bermain layangan di alam terbuka kini dipilih anak Banjarmasin.
Seperti Alfin, bocah Banjarmasin ini terlihat girang menerbangkan layang-layangnya di tanah lapang. Ia mengaku senang saat musim bermain layang-layang tiba. Katanya, ia jadi bisa berkumpul dengan teman, hingga meraup untung dari menjual layangan daur ulang.
"Jadi kalau ada layangan yang udah sobek, itu dibuat ulang pake pola yang ada menggunakan kertas minyak," cerita Alfin, Kamis (10/7/2025).
Satu layangan yang Alfin daur ulang ia hargai Rp 5 ribu. Dalam sehari, Alfin bisa mengumpulkan Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu dari berjualan layangan daur ulang.
Menggunakan jejuluk layangan atau alat untuk mengambil layangan yang tersangkut, Alfin bisa mendapatkan puluhan layangan dalam sehari. Ia terampil, membuat alat mengambil layangan itu menggunakan bambu dan tusuk sate.
"Ini membuat sendiri, pake bambu dan tusuk sate," kata Alfin.
Alatnya cukup panjang, bisa menjangkau pohon tinggi yang tak terjamah oleh tangan Alfin. Namun, ia juga harus cekatan untuk mengambil layangan yang jatuh.
Sebab, tak hanya Alfin yang menunggu ada layangan putus. Melainkan ada belasan hingga puluhan anak lain yang juga menanti hal serupa.
Namun, itu bukan masalah serius bagi Alfin. Ia tetap semangat dan terus mencoba.
Alfin juga mengaku legowo jika tak mendapatkan layangan yang putus. Ia bercerita, kalau bermain di dekat jembatan, tak jarang ada layangan yang jatuh ke air sungai. Guna mengambilnya, terkadang ia harus menceburkan diri.
"Kalau jatuhnya ke air, itu kita nyebur untuk ambil. Biasanya kalau dari kertas akan ada yang sobek, tapi masih bisa dimanfaatkan polanya," katanya.
Asa Menerbangkan Layangan dengan Aman
Saat ditanya soal benang layangan yang bisa membahayakan pengendara kendaraan, Alfin mengaku mengetahuinya. Namun, Alfin mengatakan tak ada lahan kosong yang cukup luas untuk ia dan teman-teman bisa bermain layangan.
Kalau pun ada lapangan, lokasinya kurang strategis dan kerap ditemui dalam keadaan tertutup atau terkunci. Sehingga ia dan temannya tak bisa masuk untuk bermain.
"Tau (kalau membahayakan), tapi di sini tidak ada lokasi lain lagi. Semoga segera ada lapangan yang luas, tidak ada kabel, dan dekat untuk kami bisa bermain," harap Alfin.
Alfin hanyalah satu dari banyak anak di Banjarmasin yang mengharapkan adanya lapangan bermain yang layak untuk menyalurkan hobi mereka. Salah seorang warga Banjarmasin lainnya, Alfian, menyebut anak-anak yang bermain layangan itu sebenarnya memiliki nilai positif.
Mereka tak kecanduan bermain gadget, dan tetap melestarikan permainan tradisional. Sehingga ia berharap ada lokasi yang strategis agar mereka bisa bermain dengan aman dan nyaman.
"Hanya saja terkendala lokasinya, karena di tempat umum jadi bisa membahayakan pengendara atau orang lain, bahkan diri sendiri," ucapnya.
Alfian mengharap Pemerintah Kota Banjarmasin bisa memikirkan solusi yang tepat untuk anak-anak tersebut menyalurkan hobi mereka. Agar generasi penerus Banjarmasin bisa mencetak prestasi membanggakan serta mengurangi dampak dari pergaulan negatif.
"Semoga didukung Pemko Banjarmasin dan bisa mendapat solusi yang tepat untuk anak-anak ini," harap Alfian.
(aau/aau)