5 Warga Jogja Meninggal akibat Leptospirosis hingga Juni 2025

5 Warga Jogja Meninggal akibat Leptospirosis hingga Juni 2025

Nafilah Sri Sagita K - detikKalimantan
Senin, 07 Jul 2025 14:29 WIB
MARIKINA, PHILIPPINES - SEPTEMBER 15: Residents receive cash and free medicine for turning over rats at the City Environmental Management Office (CEMO) on September 15, 2022 in Marikina, Metro Manila, Philippines. The local government of Marikina City, a suburb east of Manila, is offering money to residents in exchange for catching rodents as part of a
Ilustrasi tikus penyebab leptospirosis. Foto: Getty Images/Ezra Acayan
Yogyakarta -

Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat 18 kasus leptospirosis selama Januari-Juni 2025. Sebanyak 5 kasus di antaranya berujung pada kematian. Selain itu, tercatat ada 1 kasus virus Hanta.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sekaligus Pengelola Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan DIY, Lana Unwanah, mengatakan hujan dengan intensitas cukup tinggi berdampak pada tingginya kasus penularan bakteri yang menyebar melalui urine tikus tersebut.

"Kami sedang menyusun surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Leptospirosis, saat ini sedang dalam proses penandatanganan," ujar Lana dalam keterangan resminya, dikutip detikHealth, Senin (7/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adanya kasus kematian akibat leptospirosis salah satunya disebabkan karena pasien terlambat mendapatkan penanganan medis yang tepat. Pasien sering kali mengira dirinya mengalami penyakit lain karena gejala awal leptospirosis sering kali tidak spesifik.

Adapun gejala umum leptospirosis antara lain demam, nyeri otot terutama di betis dan paha, sakit kepala, mata merah atau kuning, iritasi, hingga diare. Sedangkan gejala awal infeksi virus Hanta biasanya berupa demam tinggi hingga 39 derajat Celsius, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, nyeri otot, kelelahan, sesak napas, jantung berdebar cepat, dan kadang muncul bintik perdarahan di wajah.

"Jika mengalami gejala-gejala tersebut, kami sangat menyarankan masyarakat segera memeriksakan diri ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat," tegas Lana.

Pihaknya juga meminta puskesmas dan rumah sakit untuk memperkuat kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi dan merespons infeksi leptospirosis dan virus Hanta secara dini, termasuk dengan memanfaatkan alat rapid test.

Selain itu, kerja sama lintas sektor juga ditekankan. Misalnya, Dinas Lingkungan Hidup diharapkan dapat memperkuat pengelolaan sampah dan limbah agar tidak menjadi sumber makanan bagi tikus.

Masyarakat diimbau melakukan pencegahan seperti berikut:

  • Menyimpan makanan dan minuman di tempat yang tertutup rapat,
  • Menjaga kebersihan rumah dan membasmi tikus,
  • Mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di area lembap atau berair,
  • Menggunakan alas kaki saat beraktivitas di tempat basah,
  • Mengelola sampah rumah tangga dengan cara yang higienis.

Artikel ini sudah tayang di detikHealth.




(naf/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads