Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan temuan delapan kasus virus Hanta di empat provinsi. Virus Hanta menyebar terutama melalui hewan pengerat seperti tikus.
Penularannya dapat terjadi saat seseorang bersentuhan dengan air liur, urine, atau kotoran tikus yang telah terinfeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak langsung dengan tikus sangat penting sebagai langkah pencegahan.
Untuk menghindari infeksi, sebaiknya jangan menyentuh tikus dalam keadaan mati maupun hidup secara langsung. Selain itu, orang-orang yang memiliki pekerjaan berisiko disarankan menggunakan pelindung diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu jika terinfeksi virus Hanta, berapa lama masa inkubasinya?
Dirangkum dari detikHealth, masa inkubasi adalah istilah medis yang mengacu pada rentang waktu antara seseorang terpapar agen infeksi dan munculnya gejala pertama. Masa inkubasi virus bergantung pada cara penularannya.
Cara penularan infeksi beragam, mulai dari menghirup droplet yang terkontaminasi seperti pada flu atau COVID-19, hingga melalui gigitan hewan yang membawa virus seperti pada rabies, maupun kontak langsung dengan sumber infeksi seperti pada virus hanta.
Infeksi virus Hanta dibagi menjadi dua jenis berdasarkan gejalanya, yaitu Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). HFRS adalah jenis infeksi virus Hanta yang paling umum, termasuk di Indonesia.
Baca juga: Begini Cara Mencegah Virus Hanta dari Rumah |
Dari delapan kasus yang ditemukan di Indonesia, semuanya tergolong HFRS. Tipe ini lebih sering dijumpai di kawasan Asia dan Eropa. Masa inkubasinya berkisar antara 1-2 minggu, dengan tingkat kematian sekitar 5-15 persen.
Gejala yang muncul yakni demam, mual, sakit kepala, mata memerah, ruam kulit, dan nyeri punggung. Dalam kasus yang berat, penderita bisa mengalami penurunan produksi urin (oliguria), bahkan tidak bisa buang air kecil (anuria), gangguan pada sistem saraf, perdarahan saluran pencernaan, hingga gangguan pada sistem pernapasan.
Sementara HPS memiliki tingkat kematian jauh lebih tinggi, yakni mencapai 60 persen. Masa inkubasi HPS umumnya berlangsung antara 14-17 hari.
Virus penyebab HPS lebih umum ditemukan di Amerika. Gejala yang biasa dialami antara lain demam, nyeri otot, kelelahan ekstrem (malaise), batuk, sesak napas, sakit perut, muntah, dan diare.
Jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini bisa menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, kerusakan jaringan paru, tekanan darah rendah, gangguan detak jantung, hingga kegagalan sistem pernapasan.
(aau/aau)