Intip Harga Taksi Terbang EHang yang Bakal Dicoba di IKN

Intip Harga Taksi Terbang EHang yang Bakal Dicoba di IKN

Ridwan Arifin - detikKalimantan
Kamis, 26 Jun 2025 12:31 WIB
Penumpang berada di dalam taksi udara saat uji terbang berpenumpang EHang 216 S di PIK 2, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025).Kendaraan taksi udara tanpa awak kemudi dengan tenaga baterai listrik tersebut mampu menempuh jarak terbang hingga 30 kilometer, waktu terbang 18-25 menit serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam dan regulasi pengoperasiannya sedang dalam proses penerbitan oleh Kementerian Perhubungan agar dapat terbang legal di Indonesia. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/agr
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Balikpapan -

EHang 216 S merupakan layanan taksi udara secara otonom untuk jarak pendek. Dikutip dari detikOto, EHang 216 S sudah mengudara perdana dengan membawa manusia di Indonesia.

Taksi terbang ini digadang-gadang menjadi solusi atas kemacetan lalu lintas. EHang 216 S merupakan layanan taksi udara secara otonom untuk jarak pendek. Di Indonesia, EHang 216 masih dalam konteks uji terbang penumpang terbatas, belum untuk operasi penumpang komersial.

Rudy Salim, Executive Chairman dari Prestige Aviation menyebut rencana taksi terbang ini bakal diuji coba di Jakarta. Selain itu ada pula kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur yang direncanakan menjadi lokasi implementasi taksi udara ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi kita mau coba juga di IKN ke depannya," kata dia di Phantom Ground Park PIK 2, Kab. Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025).

Sebagai kendaraan tanpa awak kemudi, Ehang 216 dioperasikan melalui pusat komando dan kendali AAV (Autonomous Aerial Vehicle) yang berada di darat menggunakan jaringan 4G/5G sebagai saluran transmisi nirkabel berkecepatan tinggi untuk berkomunikasi dengan lancar dengan pusat komando dan kendali.

Ehang 216 S telah mendapat sertifikasi untuk mengangkut penumpang pertama di dunia. Sertifikat Tipe itu dikeluarkan secara resmi oleh Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (Civil Aviation Administration of China/ CAAC).

Rudy mengatakan harga dari EHang ini tergantung dengan nilai tukar dollar. Harganya bisa tembus Rp 8,6 miliaran (kurs 1 US Dollar = Rp 16.283).

"Sebenarnya 535 ribu USD, sudah termasuk pajak kurang lebih. Karena di Indonesia pajaknya berbeda dengan negara lain, ada PIB, PPh, PPN, PPNBM," kata Rudy.

"Kalau negara asalnya sekian, di sini berbeda. Sama seperti mobil Ferrari, kemapa di luar harganya Rp 1 M di Indonesia Rp 3 M kali 3 karena kena PPNBM 190 persen, PIB 50 persen, PPH 11 persen, dan sebagainya. Jadi ini yang membedakan dengan negara luar," sambung Rudy.

Rudy bahkan menyebut biaya operasional sewanya bahkan disebut lebih murah dari helikopter. Biaya satu kali penerbangan EHang 216 S diperkirakan hanya sekitar Rp 500 ribu. Sebagai pembanding, untuk durasi terbang yang sama menggunakan penyewaan helikopter, biayanya bisa menyentuh puluhan juta rupiah.

"Sekali penerbangan kurang lebih 30 km jarak maksimum. Itu maksimum penerbangan kurang lebih 25-30 menit," kata Rudy.

"Sekali nge-charge, dia kan pakai baterai. Kurang lebih 500 ribu. Jadi kalau pakai helikopter 30 menit mungkin 50 juta. Misalnya ya, kemana gitu Rp 50 juta 30 menit. Kalau pakai EHang ini cuman 500 ribu. Jadi murah sekali dan ini memang menjadi urban mobility transportation," tambah dia.

Rudy menjelaskan EHang 216 S mampu terbang sejauh maksimal 30 km dalam satu kali pengisian daya, dengan durasi penerbangan sekitar 25-30 menit. Oleh karena itu, konsep transportasi udara ini memang disiapkan untuk rute-rute pendek dalam kota, bukan antarkota.

Waktu terbang mencapai 18-25 menit, serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam. EHang 216-S ditenagai baterai, dilengkapi dengan 16 baling-baling dan motor.

"Artinya memang bukan buat antar kota. Bukan buat Jakarta Bandung, bukan Jakarta Bogor. Buat dari Pantai Indah Kapuk ke Plaza Senayan, Senayan ke Pondok Indah. Pondok Indah ke mana? Jakarta Barat, dari Jakarta Barat ke Jakarta Timur," ucap Rudy.

"Buat di dalam kota, bukan antar kota. Memang transportasi dalam kota," tambah dia.

EHang 216 S mengandalkan tenaga listrik dan tidak membutuhkan pilot karena sistemnya otonom. Rudy menambahkan ekosistem pendukung seperti landing pad, charging station, atau bahkan battery swapping area juga sedang dirancang agar operasional lebih efisien.

"Nanti ke depannya mungkin kita akan taruh beberapa landing area, landing pad, lalu nge-charge landing page atau switch baterai, dan sebagainya, masih kita pikirkan untuk ekosistem ke depannya," kata Rudy.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads