Duh! Tower Komunikasi Tertinggi di Krayan Belum Beroperasi Sejak 2016

Duh! Tower Komunikasi Tertinggi di Krayan Belum Beroperasi Sejak 2016

Oktavian Balang - detikKalimantan
Kamis, 12 Jun 2025 21:01 WIB
Tower komunikasi di Desa Binuang, Krayan, yang belum dioperasikan sejak 2016.
Tower komunikasi di Desa Binuang, Krayan, yang belum dioperasikan sejak 2016. Foto: Dok. Istimewa
Nunukan -

Warga Desa Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), mengeluhkan kondisi tower komunikasi milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara yang tak kunjung beroperasi sejak dibangun pada 2016 atau 9 tahun lalu.

Tower setinggi 73 meter, yang diklaim tertinggi di Krayan, kini terbengkalai, dikelilingi rumput tinggi dan kabel-kabel berantakan, memicu kemarahan warga yang mendambakan akses internet.

Tokoh pemuda setempat, Frans Jhonson (44), menyuarakan kekecewaan warga melalui foto dan video yang memperlihatkan kondisi memprihatinkan tower tersebut. Ia mempertanyakan komitmen Pemprov Kaltara untuk mengoperasikan tower yang seharusnya menjadi tulang punggung konektivitas antardesa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika tidak difungsikan, bongkar saja," tegas Frans kepada detikKalimantan, Kamis (12/6/2025).

Menurut Frans, warga telah menghibahkan lahan untuk pembangunan tower dengan harapan mendapat akses internet guna mendukung pendidikan, sosial, dan pemerintahan.

Namun, hingga 2025, janji WiFi gratis untuk sekolah dan kantor pemerintahan tak kunjung terealisasi. Akibatnya, Desa Binuang sebagai ibu kota Kecamatan Krayan Tengah masih bergantung pada sinyal dari desa tetangga, Long Padi dan Ba Liku.

"Kami ingin akses internet seperti daerah lain. Semua di desa kini berbasis internet, tapi kondisi kami memprihatinkan," keluh Frans.

Warga menilai tower ini vital untuk konektivitas di Krayan dan mendesak Pemprov segera mengoperasikannya atau menyediakan BTS mini yang aktif.

"Fisiknya besar, tapi mangkrak," tambahnya.

Kepala Bidang Aplikasi Informatika Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian (DKISP) Kaltara, Deddy Harryady menjelaskan bahwa tower di Desa Binuang dibangun akhir 2016 berdasarkan aspirasi masyarakat melalui DPRD Provinsi.

Pasca-pembangunan, Pemprov berupaya menyediakan Base Transceiver Station (BTS) dengan menggandeng operator seluler, tapi terkendala syarat minimal 1.000 pengguna. Pada 2022, DKISP mencoba pengadaan repeater untuk menangkap sinyal dari tower terdekat melalui lelang, tetapi tidak ada perusahaan yang berminat.

Koordinasi dengan Telkomsel Tarakan pada akhir 2022 juga buntu karena kondisi geografis Binuang yang dikelilingi gunung dan perbukitan, menyulitkan penangkapan sinyal. Selain itu, ketiadaan listrik 24 jam di Binuang menjadi hambatan operasional BTS.

"Kabel fiber optik belum bisa digunakan karena akses jalan belum tembus. Solusi memungkinkan adalah BTS berbasis satelit," tambahnya.

Deddy menegaskan bahwa Pemprov berkomitmen menghadirkan jaringan di Binuang, meski operator seluler enggan masuk karena pertimbangan profit. Gubernur Kaltara telah menyurati Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) serta Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) pada 17 April 2025, meminta agar tower dimanfaatkan.

"Mudah-mudahan ada hasil," pungkas Deddy.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads