Prihatin masih menimpa masyarakat wilayah Krayan. Seperti diketahui, dampak banjir dan longsor masih tersisa hingga Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara terancam lumpuh total akibat kerusakan sejumlah infrastruktur.
Hal ini menyorot kesedihan warga setempat, termasuk Ketua Mahasiswa Lundayeh Kota Tarakan, Ajeng Wulan Sari. Sebagai putri asli Krayan, Ajeng melihat akses jalan, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di daerahnya yang masih jauh dari kata memadai.
"Kalau sekarang ramai dibicarakan soal akses jalan, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di Krayan, saya rasa itu penting untuk disuarakan. Ini bukan isu baru, tapi sudah lama kami rasakan," ujar Ajeng, Senin (9/6/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengenang masa kecilnya saat harus berjalan kaki ke sekolah di tengah hujan. Ajeng kecil saat itu harus berhadapan dengan jalanan berlumpur dan rusak parah, yang membuat kendaraan bermotor tak bisa melintas.
"Saat ini, jalan yang sudah diaspal baru di wilayah Long Bawan. Sementara kecamatan lain di Krayan belum sepenuhnya tersentuh," tambahnya.
Ajeng juga menyoroti keterbatasan akses di lima kota/kabupaten di Kaltara, terutama dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Menurut dia, daerah asalnya itu masih cukup tertinggal.
"Anak-anak di kota sudah pakai laptop, tapi di Krayan masih pakai papan tulis manual. Tenaga pendidik kurang, akses ke sekolah jauh, dan fasilitas sekolah juga minim," ungkapnya.
Kondisi tersebut membuat mahasiswa Krayan berencana menggelar aksi protes untuk menyuarakan aspirasi kepada pemerintah daerah dan pusat. Ia menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam melihat kondisi Krayan yang terabaikan.
"Kami sedang mempersiapkan aksi. Waktunya belum ditentukan, tapi dalam waktu dekat akan kami siapkan," kata Ajeng.
"Jika kami diam, tidak akan ada perubahan. Aksi ini untuk mendorong pemerintah memberikan perhatian lebih," lanjutnya.
Menurut dia, mahasiswa Krayan dan Dayak merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kondisi tanah kelahiran mereka. Ajeng berharap pemerintah tidak lagi memandang Krayan sebagai daerah pinggiran, melainkan bagian tak terpisahkan dari Indonesia.
"Ini bukan hanya soal pembangunan fisik, tapi juga keadilan dan martabat masyarakat perbatasan yang sering diabaikan," ucap dia.
Ia menginginkan generasi muda Krayan tak lagi harus berjalan berkilo-kilo meter hanya untuk menuju sekolah. Ajeng juga menyinggung agar nasib wilayah Krayan dapat perhatian.
"Kami hanya ingin pemerintah memberikan perubahan agar Krayan lebih bermartabat dan maju. Jangan hanya saat pemilu mereka datang meminta suara. Kami ingin bukti nyata dari janji-janji mereka," ucap dia.
"Kami akan suarakan hak masyarakat Krayan. Waktu pastinya belum ditetapkan, tapi kami sedang mempersiapkan langkah ini," sambungnya.
(aau/aau)