Dampak longsor dan banjir yang terjadi di Nunukan, masih menjadi pilu bagi masyarakat wilayah Krayan Selatan. Desa Long Layu, Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terancam lumpuh total akibat kerusakan sejumlah infrastruktur yang vital.
Sejak beberapa hari yang lalu, landasan Bandara Long Layu rusak parah hingga tidak dapat digunakan hingga kini. Belum lagi aliran listrik tidak stabil, dan akses jalan darat terhambat.
Camat Krayan Selatan, Oktovianus Ramli menyebut kerusakan landasan berdampak pada penerbangan domestik tujuan Tarakan, Malinau, dan Nunukan. Selain bandara, akses jalan darat dari Long Layu menuju Lembudud juga dalam kondisi buruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oktovianus menyebut ada anggaran untuk perbaikan jalan, tetapi realisasinya bergantung pada kualitas kontraktor. "Jika kontraktor tidak berkualitas, hasil perbaikan jalan juga tidak maksimal," ujarnya.
Belum lagi dengan kerusakan mesin listrik di Desa Long Layu, yang memperparah kondisi warga di wilayah perbatasan ini. Kondisi listrik di Long Layu saat ini tidak stabil, sering kali padam.
Terkini, sejak 4 Juni 2025 Krayan Selatan mengalami pemadaman listrik total. Hal ini disebabkan karena mereka kehabisan pasokan bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik.
"Sudah tiga malam kami hidup tanpa penerangan. Jalan rusak, sinyal tak ada, laporan tak tersampaikan. Harapan kami pelan-pelan redup seperti nyala lilin," katanya, Sabtu (7/6/2025).
Jaringan internet juga mati, kecuali bagi warga yang menggunakan perangkat Starlink dengan daya aki. Kondisi ini berdampak pada 13 desa di dua klaster, yaitu Long Layu (8 desa) dan Pa Upan (5 desa), yang kini terisolasi.
Ia menambahkan, mobil pengangkut BBM terjebak di jalan berlumpur sejak Jumat (7/6) dan belum sampai ke Long Layu hingga kini. Kondisi ini juga mengganggu pelayanan kesehatan, karena pesawat belum sepenuhnya bisa diandalkan untuk evakuasi medis.
Warga terpaksa menggunakan alat seadanya untuk kebutuhan rumah tangga. Oktovianus mengaku warga sudah lama mengalami kondisi tersebut tetapi keluhan mereka kerap tidak didengar.
Ia mendesak pemerintah untuk segera memperhatikan infrastruktur di Long Layu, terutama bandara. Jika tidak segera ditangani, Desa Long Layu berisiko terisolasi total dari dunia luar.
Oktavianus menyatakan pihaknya telah berulang kali bersurat ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, namun belum mendapat respons memadai.
"Kami berharap tindakan darurat secepatnya dari provinsi. Semua tergantung PUPR Kaltara untuk mengeksekusi perbaikan jalan," katanya.
Warga Long Layu kini hanya bisa berharap agar pemerintah segera bertindak. Perbaikan infrastruktur, baik bandara, jalan, maupun listrik menjadi kebutuhan mendesak untuk mengembalikan aktivitas yang normal.
Sementara itu terbaru, pemerintah Kabupaten Nunukan telah memperpanjang status tanggap darurat bencana di Krayan Selatan hingga 5 Juli 2025. Perpanjangan selama satu bulan ini dilakukan untuk menangani kerusakan jalan, jembatan, dan tantangan logistik yang membuat wilayah ini lumpuh total.
"Kondisi jalan yang rusak parah menghambat distribusi BBM, sehingga PLN tidak beroperasi. Kami berharap penanganan cepat dari provinsi agar aktivitas masyarakat kembali normal," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Arif Budiman.
(aau/aau)