Tidur Berselimut Terpal, Menjaga Mimpi Jadi TNI di Tengah Keterbatasan

Tidur Berselimut Terpal, Menjaga Mimpi Jadi TNI di Tengah Keterbatasan

Oktavian Balang - detikKalimantan
Sabtu, 19 Apr 2025 11:42 WIB
Di tengah belantara Krayan, Kalimantan Utara, seorang remaja bernama Andre Setiawan (17) menunjukkan perjuangannya. Lulusan SMA ini berjibaku dengan lumpur dan medan sulit agar bisa mengumpulkan uang untuk mengejar mimpi menjadi prajurit TNI.
Dalam salah satu perjalanan, kelelahan membuatnya tertidur di tengah jalan/Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Nunukan -

Di tengah belantara Krayan, Kalimantan Utara, seorang remaja bernama Andre Setiawan (17) menunjukkan perjuangannya. Lulusan SMA ini berjibaku dengan lumpur dan medan sulit agar bisa mengumpulkan uang untuk mengejar mimpi menjadi prajurit TNI.

Andre bukan pemuda biasa. Ia bekerja sebagai kru angkutan barang dan penumpang di wilayah Krayan, sebuah daerah perbatasan yang terkenal dengan medan ekstremnya.

Tugasnya tak ringan. Selain mengangkat barang, ia juga kerap menjadi penggali tanah saat mobil yang ditumpanginya terjebak lumpur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap 10 meter mobil nyangkut, gali lagi, begitu sepanjang perjalanan," ujar Andre, mengisahkan perjalanan panjang dari Long Bawan ke Krayan Tengah yang memakan waktu tiga hari dua malam.

Kondisi jalan berlumpur di hutan belantara tak jarang membuatnya kelelahan. Baik fisik maupun mental.

"Siapapun akan down di kondisi jalan seperti ini, apalagi di tengah hutan," katanya.

Bahkan, di sela-sela menggali jalan, Andre mengaku pernah menitikkan air mata karena lelah. Namun, tekadnya tak goyah.

"Karena tugas, saya harus jalankan sebaik-baiknya," tegasnya.

Di tengah belantara Krayan, Kalimantan Utara, seorang remaja bernama Andre Setiawan (17) menunjukkan perjuangannya. Lulusan SMA ini berjibaku dengan lumpur dan medan sulit agar bisa mengumpulkan uang untuk mengejar mimpi menjadi prajurit TNI.Selain mengangkat barang, ia juga kerap menjadi penggali tanah saat mobil yang ditumpanginya terjebak lumpur/ Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Mimpi Besar di Tengah Keterbatasan

Kini, Andre tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti tes Tamtama PK TNI AD 2025 di Nunukan. Proses pendaftaran tak mudah baginya. Di wilayah perbatasan, akses internet sulit didapat. Ia harus merogoh kocek Rp 20 ribu per hari untuk membeli voucher pulsa sekali pakai guna mengakses situs resmi rekrutmen TNI AD.

"Internet di sini susah, biaya juga jadi kendala," ungkapnya.

Tak ingin membebani orang tua, Andre mengandalkan tabungan dari hasil kerjanya sebagai kru angkutan. Untuk ke Nunukan, ia memperkirakan butuh Rp 600 ribu buat transportasi udara, belum termasuk biaya berkas, makan, dan sewa kos.

"Saya sudah pikirkan dari jauh hari. Setelah lulus sekolah, langsung kerja jadi kru untuk nabung," tuturnya.

Orang tuanya sempat tak setuju dengan pekerjaan Andre yang berat. Andre merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia tak pernah kehabisan akal demi mengejar cita-citanya menjadi prajurit infanteri.

"Untuk mencapai sesuatu, kita harus berkorban," kata Andre.

Tidur Berselimut Terpal di Jalanan

Dalam salah satu perjalanan, kelelahan membuatnya tertidur di tengah jalan raya, hanya beralaskan tanah dan berselimut terpal kotor untuk melindungi tubuh dari dinginnya malam.

Di tengah hutan tanpa penerangan, potret itu menjadi simbol perjuangan seorang remaja dari tapal batas yang tak menyerah meski dihadapkan pada keterbatasan. Cita-citanya menjadi tentara telah ia pupuk sejak SD. Pilihan menjadi infanteri bukan tanpa alasan.

"Saya suka berburu di hutan, jadi merasa cocok," ujarnya sederhana.

Ia hanya ingin mengabdi untuk negara, tanpa mimpi muluk-muluk. Dengan ongkos terbatas, Andre nekat terbang ke Nunukan, membawa tekad kuat untuk lolos tes.




(sun/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads