Tradisi Pisungsung Jaladri Jadi Ajang Dispar Promosi Wisata Bantul

Tradisi Pisungsung Jaladri Jadi Ajang Dispar Promosi Wisata Bantul

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 11 Jun 2024 16:18 WIB
Suasana upacara adat bekti pertiwi pisungsung jaladri di kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Selasa (11/6/2024).
Suasana upacara adat bekti pertiwi pisungsung jaladri di kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Selasa (11/6/2024).Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Ratusan orang berpakaian adat Jawa mengikuti upacara adat bekti pertiwi pisungsung jaladri di kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul. Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul menyebut upacara tersebut bagian dari menggenjot wisata budaya di Bumi Projotamansari.

"Jadi bagaimana event-event budaya itu tidak hanya semata-mata untuk pelestarian budaya tapi juga memiliki potensi daya tarik wisata," ucap Kepala Dispar Bantul, Saryadi, pada Selasa (11/6/2024).

"Sehingga diharapkan ada kolaborasi, sinergi antara budaya dan pariwisata yang akhirnya bisa menambah daya tarik wisata," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Pengurus Kalurahan Budaya Parangtritis, Kamri Hadi, menjelaskan upacara adat bekti pertiwi pisungsung jaladri tahun ini mengusung tema 'lestarining budaya, kinaryo sarono manunggaling nusa bangsa'. Di mana semua itu sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan atas nikmat yang diberikan kepada warga Pedukuhan Mancingan, Parangtritis, Kretek, Bantul.

"Jadi ini merupakan upacara adat yang setiap tahun dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa karena telah memberikan anugerah, baik kepada petani, nelayan, pedagang dan penyedia jasa wisata di Mancingan," katanya kepada wartawan di Parangtritis, Kretek, Bantul.

ADVERTISEMENT

Sedangkan nama bekti pertiwi pisungsung jaladri, Kamri menyebut ada makna tersendiri. Menurutnya, bekti adalah berbakti dan pertiwi itu bumi atau tanah.

"Jadi berbakti kepada bumi karena telah memberikan hasil pertanian yang melimpah kepada warga Mancingan," jelasnya.

Warga berpakaian adat Jawa saat mengarak uba rampe berupa hasil bumi dari Pantai Parangtritis ke Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Selasa (11/6/2024).Warga berpakaian adat Jawa saat mengarak uba rampe berupa hasil bumi dari Pantai Parangtritis ke Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Selasa (11/6/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Sedangkan pisungsung jaladri terdiri dari dua makna. Di mana pisungsung adalah pemberian dan jaladri bermakna laut.

"Sehingga pisungsung jaladri itu semacam syukur kepada laut yang telah memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat Mancingan," ucapnya.

Terkait rangakaian upacara tersebut, Kamri menyebut sebelumnya berlangsung acara kenduri di delapan RT. Selang sehari, masyarakat berkumpul di joglo Pariwisata Parangtritis untuk memanjatkan doa secara bersama-sama kepada Tuhan.

"Setelah itu warga melakukan kirab sambil membawa uba rampe menyisir Pantai Parangtritis menuju Pantai Parangkusumo. Di Parangkusumo uba rampe didoakan bersama lalu dilabuh ke laut selatan," katanya.

Selain sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan, upacara adat tersebut juga sebagai bentuk pelestarian budaya. Apalagi Mancingan ini merupakan salah satu tujuan wisata di Bantul dan Kalurahan Parangtritis sudah berlabel sebagai Kalurahan budaya.

"Sehingga ini bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan diharapkan nanti Tuhan menambah kenikmatan kepada warga Mancingan, Parangtritis, Kretek, Bantul," ujarnya.




(cln/ams)

Hide Ads