Mencicipi Sego Gurih Sekaten Jogja, Konon Bisa Bikin Awet Muda

Jogja -

Ada kuliner yang identik dengan gelaran Hajad Dalem Sekaten Keraton Jogja untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah sego gurih.

Diketahui, rangkaian acara Hajad Dalem Sekaten digelar di kompleks Masjid Gedhe Kauman, Kota Jogja sejak Jumat (29/8) lalu. Sementara puncak acaranya digelar Jumat (5/9) besok dalam prosesi Garebeg Maulud Dal 1959.

Pantauan detikJogja di kompleks Masjid Gedhe Kauman, pukul 12.30 WIB, Kamis (4/9), sudah banyak penjual sego gurih yang berada di lokasi tersebut. Beberapa lapak pedagang sego gurih juga tampak didatangi para pembeli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya lapak miliki Febri (39), warga Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja. Febri mengaku hanya berjualan saat ada Hajad Dalem Sekaten saja.

"Saya jualannya pas ada hajatan aja kalau nggak ada kita nggak jualan, soalnya jarang yang nyari juga kalau hari biasa," ujar Febri saat ditemui detikJogja di lokasi hari ini.

"Saya jualan sebelum mulai (proses) pas Jumat minggu lalu. Terus paling selesai jualan tiga hari nanti setelah Garebeg besok," lanjutnya.

Sego gurih sendiri memiliki cita rasa yang hampir sama dengan nasi uduk pada biasanya. Hanya saja, terdapat racikan khusus yang membuatnya berbeda dengan nasi uduk. Sego gurih ini dipadukan dengan rebon, bumbu pecel ditambah koya, kedelai hitam dan putih, tempe kering, telor dadar atau suwir, sambal krecek, suwiran ayam, serta lalapan.

Lapak sego gurih saat Hajad Dalem Sekaten menghiasi kompleks Masjid Gedhe Kauman, Kota Jogja, Kamis (4/9/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Febri menyebut racikan tersebut memiliki arti khusus. Namun, pada umumnya sego gurih sendiri memiliki arti ngalap berkah jelang prosesi Garebeg Hajad Dalem Sekaten.

"Kalau dulu katanya kalau makan nasi gurih untuk ngalap berkah, buat awet muda. Mitosnya seperti itu. Kalau makna untuk setiap racikan pasti ada, tapi saya nggak tahu secara detailnya, mungkin bisa ditanyakan dengan abdi dalem (Keraton) atau orang yang sudah sepuh," ungkapnya.

Febri cukup antusias berjualan sego gurih di Hajad Dalem Sekaten pada tahun ini. Namun, dia mengakui jika antusias dari pembeli atau pedagang lainnya mulai menurun.

"Kalo asli orang Jawa cukup banyak yang datang (makan) ke sini, karena tahu mitosnya dan ada doanya kan. Tapi kalo orang luar biasanya bingung, terus nyoba-nyoba sambil tanya-tanya (ke penjual)," kata Febri.

"(Paling banyak pembeli) Tetap dari Jogja sendiri, tapi kebanyakan orang dulu-dulu dan masih mencari sego grurih. Kalau anak muda kalau nggak dikenalin budaya Jogja sepertinya nggak paham," tutupnya.

Untuk harga per porsinya sangat terjangkau. Pembeli cukup membayar Rp 15 ribu saja sudah bisa menikmati gurihnya nasi uduk dengan berbagai campuran hidangan yang menggoda.

Sementara itu, Amelia (27) salah satu pembeli asal Gunungkidul juga mengaku hampir setiap tahunnya menyantap sego gurih saat Hajad Dalem Sekaten. Alasannya, karena sego gurih sendiri cukup sulit ditemukan, dan hanya ada saat momen Sekaten saja.

"Nggak selalu (tiap tahun), tapi kalau pas lagi senggang saya turun ke sini (Jogja) untuk cari sego gurih. Karena nggak setiap saat ada juga kan," ujar Amelia saat ditemui di kesempatan yang sama.

"Karena dari kecil saya diajak bapak saya kalau Sekaten itu makan (sego gurih). Katanya sih ada doa-doanya, atau mitosnya juga ada tapi saya nggak ngerti. Cuma bagi saya pribadi, nggak afdol aja nggak makan sego gurih pas Sekaten," tutupnya.