4 Hal Diketahui soal Masuk Angin dari Guru Besar Antropologi UGM

Round-Up

4 Hal Diketahui soal Masuk Angin dari Guru Besar Antropologi UGM

Tim detikJogja - detikJogja
Selasa, 17 Jun 2025 07:05 WIB
ilustrasi kerokan
Ilustrasi masuk angin. Foto: iStock
Jogja -

Dosen Antropologi Kesehatan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Prof. Dr. Atik Triratnawati menjelaskan bahwa masuk angin menjadi sebuah fenomena antara bidang medis dan budaya, terkhusus budaya Jawa. Dia menyebut bahwa masuk angin merupakan fenomena budaya.

Hal itu merupakan hasil penelitian yang tertulis dalam desertasinya. Penelitiannya itu mengungkap bahwa masuk angin merupakan fenomena budaya.

"Orang Jawa punya konstruksi budaya terkait dengan masuk angin bahwa masuk angin diakibatkan tubuh terlalu dominan, terlalu kebanyakan kemasukan angin. Sehingga sehat itu harmoni antara panas dan dingin," ujar Atik saat dihubungi detikJogja, Senin (16/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan Penyakit Medis

Atik menyebut, istilah masuk angin berkembang dalam budaya atau masyarakat tertentu. Maka, dia menyebut, masuk angin masuk dalam kategori fenomena budaya.

"Rasa sakit dan penyakit itu dibentuk oleh komunitas tempat penderita itu merasakan sakit. Sehingga label sakit, penyembuhannya, gejala, recovery, dan sebutan-sebutan khusus itu dipengaruhi oleh budaya si penderita," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Maka penyakit menurut fenomena sosial budaya itu penyakit dilihatnya dari sisi si sakit, apa yang dirasakan si sakit, apa yang dikonstruksikan penyakitnya itu oleh si sakit. Pendeknya semua basisnya itu dari pasien dan komunitasnya. Karena pasien dibentuk oleh komunitas," jelasnya

Dia juga mengatakan masuk angin tak tercatat sebagai penyakit resmi di dunia medis modern. Dalam medis, gejala-gejala masuk angin lebih mengerucut ke penyakit flu.

"Karena masuk angin itu tidak ada di dalam kamus medis modern. Jadi tidak ada penyakit masuk angin, kata dokter. Adanya common cold atau flu. Sehingga dokter menyembuhkan masuk angin dengan obat flu atau obat common cold, panas dingin itu," tuturnya.

Padahal, orang Jawa memiliki konstruksi tentang masuk angin yang berbeda dengan flu. Sehingga orang-orang tak mengobati masuk angin dengan obat flu atau obat penurun panas.

Dosen Antropologi FIB UGM Prof. Dr. Atik Triratnawati saat pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Antropologi Kesehatan di Balai Senat UGM, Selasa (10/6/2025).Dosen Antropologi FIB UGM Prof. Dr. Atik Triratnawati saat pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Antropologi Kesehatan di Balai Senat UGM, Selasa (10/6/2025). Foto: Dok UGM

Masuk Angin dalam Antropologi

Atik turut menjabarkan tiga jenis penyakit dalam antropologi kesehatan seperti magico religious model, kedua biomedical model, ketiga holistik model. Masuk angin sendiri masuk model holistik.

"Masuk angin itu masuk yang holistik, bukan yang magico religious. Jadi yang tradisional itu ada dua, tetapi khusus masuk angin itu yang holistik atau unsur panas dingin, yang dominan. Jadi nggak ada kaitannya dengan disihir atau diguna-guna," ungkapnya.

3 Jenis Masuk Angin

Atik menjelaskan ada tiga jenis masuk angin. Yakni masuk angin ringan, berat, dan kasep.

"Jadi masuk angin ringan itu gejalanya seperti kembung, panas, dan pegal-pegal.Masuk angin berat ada tambahan dua gejala, mutah dan mencret. Kalau masuk angin kasep itu kelas yang paling tinggi. Itu gejalanya tidak dirasakan oleh penderita, tapi penderita tiba-tiba mengalami shock karena sesak napas," jelasnya.

Masuk angin kasep disebut merupakan serangan jantung. Dalam risiko tertinggi, penderita bisa tidak tertolong.

"Kalau orang medis menyebut serangan jantung, itu kasep. Tidak pernah dirasakan, tidak pernah dikerok, tidak pernah diobati, tapi dipakai kerja terus. Akhirnya gejala itu akan datang tiba-tiba dalam bentuk serangan jantung. Biasanya tidak tertolong," ungkap Atik.

Penanganan Masuk Angin

Untuk penanganan dari tiga jenis masuk angin tersebut bermacam-macam. Ati menyebut terdapat beberapa penanganan sederhana hingga medis untuk mengobati masuk angin.

"Banyak pengobatan sederhana untuk menggantikan kerokan. Misalnya minum kopi panas, jahe panas, the panas, terus leren atau berhenti, istirahat. Bisa juga pijat, itu cara sederhana. Karena kalau kerokan itu dia nyeri. Begitu dipijat seluruh tubuh, suhu turun dan sembuh," tuturnya.

Sementara untuk masuk angin kasep harus dibawa ke ke tenaga medis. Sebab, jika tak ditangani bisa berujung mematikan bagi penderita.

"Kalau kasep, bisa diselamatkan, tapi harus medis modern atau ke dokter. Tapi karena orang awam, biasanya kaget, pasien dibiarkan ya bablas. Umumnya meninggal nggak ada yang terselamatkan," jelas Atik.

"Tapi kalau orang pemahaman cukup, paham medis tradisional dan modern. Waktu serangan itu atau sesak napas, langsung dilarikan ke rumah sakit. Di IGD itu ada pertolongan pertama untuk serangan jantung. 15 menit pertama itu menentukan sembuh tidaknya pasien," pungkasnya.




(afn/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads