Ikan Wader Terancam Punah, Begini Saran Pakar UGM demi Kelestarian

Ikan Wader Terancam Punah, Begini Saran Pakar UGM demi Kelestarian

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Jumat, 04 Okt 2024 15:33 WIB
Ikan wader
Ikan wader. Foto: Getty Images/iStockphoto/prasom99
Jogja -

Populasi ikan wader semakin menurun dan terancam punah karena habitatnya yang tercemar. Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ir Djumanto memberi imbauan kepada masyarakat untuk menjaga populasi ikan wader agar tidak punah.

Djumanto menjelaskan bahwa ikan wader terancam punah karena penurunan kualitas air yang disebabkan oleh limbah buangan. Karena itu, dia meminta agar masyarakat andil dalam mengelola limbah.

"Masyarakat harus andil dalam mengelola limbah. Sejak dari rumah, limbah harus diperlakukan dengan tepat misal dipisah atau dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle)," kata Djumanto saat dihubungi detikJogja, Jumat (4/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini harus selalu digaungkan ke masyarakat kita sehingga limbah 60-70 persen bisa dimanfaatkan," tegas Djumanto.

Dia menambahkan, jika kondisi perairan terus tercemar, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan ikan wader bisa punah.

ADVERTISEMENT

"Kalau dalam waktu 10 tahun kondisi air rusak, jangankan ikan, kita juga nggak bisa hidup. Kalau diprediksi berapa lama tergantung kita, apakah kita membiarkan kualitas air menurun. Terjadinya kepunahan sangat tergantung dengan perilaku kita," ungkap Djumanto.

Namun, menurut Djumanto, masyarakat saat ini mulai sadar akan isu lingkungan dengan melakukan gerakan membersihkan sungai. Selain itu, pembuatan tempat pemijahan ikan juga sudah mulai ada.

"Beberapa sekelompok masyarakat sudah menjaga lingkungannya seperti membersihkan sungai dan limbah-limbah. Dengan begitu, ikan-ikan dengan sendirinya datang. Karena ikan itu akan mencari tempat yang cocok untuk dia," kata dia.

"Memperbaiki tempat-tempat pemijahan bagi ikan-ikan. Kalau dibuat tempat pemijahan tentu secara alami rekrutmen atau bertambahnya anakan cukup tinggi. Ini bisa menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan dan bisa membuatkan rumah bagi ikan-ikan untuk tumbuh dan berkembang biak," sambung Djumanto.

Lebih lanjut, jika di daerah-daerah tertentu sudah tidak ada populasi ikan wader, maka bisa dilakukan penebaran kembali bibit ikan wader dari tempat lain. Ikan wader sendiri termasuk cepat dalam berkembang biak.

"Pada daerah-daerah yang sudah habis atau populasi ikan tidak ada lagi bisa dilakukan dengan penebaran kembali. Karena perkembangbiakan ikan wader itu tergolong cepat," ujar Djumanto.

Ikan Wader Terancam Punah

Keberadaan ikan wader saat ini terancam punah karena populasinya yang semakin menurun. Faktor penyebab penurunan populasi ikan wader adalah habitatnya yang tercemar.

Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ir Djumanto, mengungkapkan habitat ikan wader di perairan sungai atau air tawar mulai turun kualitas airnya.

"Ikan wader ini termasuk kelompok ikan dari keluarga siprinide/cyprinidae yang habitatnya di perairan sungai atau perairan tawar. Ikan wader lebih suka di perairan berpasir atau berkerikil yang relatif dangkal kurang dari satu meter," ujar Djumanto saat dihubungi detikJogja, Jumat (4/10).

"Namun, populasinya terancam punah karena habitatnya banyak menerima limbah buangan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air. Misal limbah organik rumah tangga seperti kapur, ini bisa menurunkan parameter kimia perairan," ungkap dia.

Djumanto mengatakan, berdasarkan hasil pengamatannya pada komunitas ikan di beberapa lokasi menunjukkan adanya penurunan jumlah populasi ikan wader.

Lebih lanjut, menurut Djumanto, penurunan populasi ikan wader tidak secara masif, namun gradual selama beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan serta pencemaran sungai oleh limbah rumah tangga.

"Saya tidak mengamati populasi ikan wader secara runtut waktu pada satu lokasi. Namun dari hasil pengamatan komunitas ikan di beberapa lokasi menunjukkan adanya penurunan," papar Djumanto.

Djumanto menambahkan, selain limbah, faktor penyebab penurunan populasi ikan wader adalah berkurangnya kadar oksigen saat musim kemarau.

"Lalu di musim kemarau ini hujan masih jarang dan oksigen masih sangat rendah. Itu bisa menyebabkan anoksia atau kondisi oksigen sangat berkurang," kata dia.

"Oksigen berkurang dan banyak bahan organik ini menyebabkan kandungan amonia cukup tinggi, apalagi amonia ini beracun dan bisa mematikan organisme termasuk ikan," jelas Djumanto.

Selain itu, Djumanto turut menyinggung soal penangkapan non selektif dengan menggunakan alat-alat yang tidak ramah lingkungan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan perkembangbiakan ikan wader.

"Penangkapan yang seringkali non selektif, dalam hal ini ada beberapa alat tangkap yang saya masih sering temui itu tidak ramah lingkungan. Saya tidak bisa jelaskan alat-alat apa yang digunakan. Tapi dia menangkap ikan-ikan dari ukuran kecil ke besar dan ini menyebabkan berkurangnya induk-induk ikan," kata Djumanto.

"Kalau induk berkurang maka pemijahan (berkembang biak) ikan akan mengalami penurunan," tegas dia.

Faktor terakhir yang menyebabkan penurunan populasi ikan wader adalah alih fungsi lahan. Semakin bertambahnya populasi manusia menyebabkan alih fungsi lahan seperti danau atau waduk menjadi pemukiman.

"Alih fungsi lahan seperti perubahan kolam menjadi bangunan yang menyebabkan volume air berkurang. Apalagi di musim kemarau itu seringkali sungai-sungai di Jawa kekeringan. Kalau air tidak ada bagaimana ikan bisa hidup?" pungkas Djumanto.




(rih/aku)

Hide Ads