Jadi Pembicara di detikcom Goes to FEB UGM, Alfito Cerita Bisnis-Tren Media

Jadi Pembicara di detikcom Goes to FEB UGM, Alfito Cerita Bisnis-Tren Media

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 13 Sep 2023 11:02 WIB
Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom, Alfito Deannova saat mengisi workshop Trend Media Business di lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom, Alfito Deannova saat mengisi workshop Trend Media Business di lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng.
Sleman -

Workshop digital media journalism dalam rangka detikcom Goes to Campus berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM) hari ini. Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom, Alfito Deannova menjelaskan soal bisnis hingga tren media saat ini.

Alfito mengatakan saat ini perkembangan media sudah sangat pesat. Di mana saat ini media digital menjadi pemuncaknya.

Di sisi lain, yang menjadikan media digital menjadi peringkat pertama adalah jumlah pengguna internet di Indonesia. Menurut survei tahun 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga saat ini masyarakat condong membuka platform YouTube ketimbang TV. Padahal, masyarakat masih mengandalkan TV untuk mendapatkan informasi.

"Jadi kalau misal orang bilang tidak nonton TV karena TV tidak keren, tapi orang Indonesia masih mengandalkan TV untuk mendapatkan informasi. Karena apa? Karena gratis. Jadi orang Indonesia itu masih mengandalkan TV karena gratis," katanya saat menjadi pembicara di detikcom goes to FEB UGM, kampus FEB UGM, Sleman, Rabu (13/9/2023).

ADVERTISEMENT
Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom, Alfito Deannova saat mengisi workshop Trend Media Business di lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom, Alfito Deannova saat mengisi workshop Trend Media Business di lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Sehingga, dari sisi bisnis, media TV masih mendapatkan iklan. Akan tetapi, merujuk e-Marketer, nominal iklan untuk media digital terus mengalami peningkatan.

"Dari sisi nominal media digital terus tumbuh ya, sementara TV tumbuh juga tapi tidak terlalu besar. Koran juga sudah menunjukkan turun, majalah juga, radio juga. Tapi koran menurut saya juga akan ada di titik di mana dia akan stabil," ucapnya.

Fito menganalogikan platform media saat ini seperti sepeda. Menurutnya, sepeda merupakan alat transportasi namun setelah ada motor, mobil dan transportasi lainnya merubah sedikit fungsi dari sepeda.

"Sama saja saya menganalogikan sepeda, sepeda itu kalau zaman dulu adalah alat transportasi, tapi setelah ada motor, mobil, setelah ada yang lain-lain. Jadi sepeda tidak akan hilang sama sekali, tapi dia berubah fungsi dari alat transportasi menjadi alat hobi atau olahraga," ujarnya.

"Jadi sama seperti TV, koran dan radio, TV itu akan di posisi plato, di titik tertentu tetap ada iklannya, bisa hidup, bisa tumbuh tapi tidak akan hilang sama sekali," imbuh Fito.

Terlepas dari hal tersebut, Fito menjelaskan bahwa pesatnya perkembangan media digital membuat detik terus menambah kanal. Seperti dahulu untuk mendapatkan berita ekonomi masyarakat bisa mengakses detikFinance.

"Nah, sekarang kita punya detikProperti, detikHikmah yang di dalamnya ada ekonomi syariah. Lalu ada detikRegional yang jumlahnya saat ini ada delapan," katanya.

Hal itu yang membuat detik saat ini menjadi media digital nomor satu di Indonesia. Mengingat dalam sehari ada jutaan orang pembaca di detik

"detik adalah media digital nomor satu di Indonesia. Rata-rata sehari pembaca kita 6 hingga 6,5 juta," katanya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....

Fito juga menjelaskan, untuk bertahan di media digital harus bisa membuka banyak pintu masuk bagi pengakses berita. Fito mencontohkan, perbedaan media TV dan media digital.

"Waktu saya kerja di TV, cara kerja di TV simpel aja, buat program yang bagus, serius, profesional, berstandar baik dan tayangkan di TV, pertarungannya program bagus dan jelek. Di digital tidak semudah itu, karena cara masuk orang berbeda-beda," ucapnya.

Artinya, untuk mencari berita masyarakat masih mengutamakan Google dan tidak langsung mengakses portal berita. Dari hasil pencarian itu, pencari berita pasti membuka urutan teratas pada hasil pencarian.

"Karena itu kita perlu men-direct (mengarahkan langsung). Jadi orang cari berita detikcom," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads