Kota Jogja lekat dengan sejarah kedirgantaraan di Indonesia. Sejarah itu kini bisa disaksikan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla), Depok, Sleman. Lokasi Muspusdirla pun memiliki kisah yang menarik untuk disimak.
Tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi pesawat dan artefak militer, Muspusdirla juga menjadi ruang edukasi yang merekam perkembangan teknologi penerbangan dan perjuangan TNI AU utamanya di masa pascakemerdekaan.
Sebelum menempati lokasi sekarang yakni di dalam Kompleks Pangkalan Udara Adisutjipto, ternyata Muspusdirla sudah dua kali berpindah tempat. Pertama, Kepala Staf Angkatan Udara kala itu, Roesmin Noerjadin menggagas dibangunnya museum dirgantara.
"Dulu berdiri di Jakarta, tanggal 4 April 1969, dulu di jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, markas komandon wilayah udara 5 di Jakarta," jelas Kasi konservasi Muspusdirla, Letkol Sus Ambar Rejiyati saat ditemui detikJogja di Muspusdirla, Kamis (20/11/2025).
Pada masa itu, kata Sus Ambar, museum berfungsi sebagai tempat dokumentasi operasi udara dan penghormatan terhadap tokoh-tokoh TNI AU. Seiring bertambahnya koleksi, di tahun 1970-an muncul dorongan untuk memindahkan museum ke Jogja.
Pemilihan Jogja sebagai lokasi museum karena hubungan historikal yang erat dengan sejarah kelahiran dan perkembangan TNI Angkatan Udara.
"Kemudian di tahun 1978, bergeser ke Jogja di Kesatrian Akademi Angkatan Udara Jogja. Jadi pindah, kebetulan belum terlalu banyak koleksi waktu itu," terang Ambar.
Kemudian di tahun 1982, muncul pemikiran dari TNI AU untuk memindahkan museum ke gedung yang lebih representatif yang dipusatkan di Jogja. Hal ini guna mengumpulkan Semua benda sejarah yang kala itu masih terbagi di Jakarta dan Jogja.
Dipilihlah lokasi yang saat ini menjadi Muspusdirla yang kita kenal sekarang. Gedung di atas lahan seluas 4,2 hektare dengan luas bangunan mencapai 8.765 meter persegi ini resmi menjadi museum pada 29 Juli 1984 diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Sukardi.
"Tahun 82 itu merintis operasi boyong. 29 Juli 1984 diresmikan. Sebenarnya gedung ini bekas pabrik gula di era Belanda, namanya Pabrik Gula Wonocatur tahun 1905. Lalu tahun 1942 oleh Jepang gedung ini dibuat gudang logistik. Setelah kita merdeka, digunakan juga untuk gudang logistik," pungkas Ambar.
Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"
(apl/dil)