- Ciri Khas Rumah Adat Jogja 1. Atap Tajug yang Menyerupai Gunung 2. Struktur Persegi dan Saka Guru 3. Konsol Bahu Dhanyang di Kotagede 4. Pengaruh Eropa dalam Detail Konsol
- Struktur Rumah Adat Jogja dan Fungsinya 1. Pendopo 2. Pringgitan 3. Dalem atau Griyo Ageng 4. Gandok 5. Gadri
- Filosofi Rumah Adat Jogja 1. Keseimbangan dengan Alam 2. Nilai Ketuhanan 3. Makna dalam Penataan Ruang 4. Simbol Keselarasan Peran Laki-Laki dan Perempuan 5. Pengajaran Sopan Santun 6. Perpaduan Nilai Tradisi dan Kreativitas 7. Tatanan yang Menjaga Keharmonisan
Rumah adat Jogja mencerminkan nilai budaya masyarakat Jawa yang tertata dan penuh makna. Bangunan ini dirancang dengan susunan ruang yang fungsional sekaligus simbolis, menciptakan keseimbangan antara manusia, alam, dan nilai spiritual. Warisan ini masih bertahan dan dikenali hingga sekarang karena kekuatan filosofinya.
Rumah ini dikenal dengan nama Joglo. Ciri paling menonjol terlihat dari bentuk atap bertingkat dan struktur tiang utamanya. Meskipun tampak sederhana dari luar, rumah Joglo menyimpan susunan ruang yang diatur dengan pertimbangan sosial dan spiritual pemiliknya.
Dalam artikel ini, kamu akan menemukan penjelasan lengkap tentang ciri khas, fungsi, struktur, hingga filosofi rumah adat Jogja. Mari kita simak selengkapnya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ciri Khas Rumah Adat Jogja
Rumah adat Jogja atau Joglo memiliki struktur arsitektur yang khas dan mudah dikenali. Berikut ini adalah sejumlah ciri khasnya yang dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan DIY.
1. Atap Tajug yang Menyerupai Gunung
Atap rumah Joglo memiliki bentuk khas bernama tajug, yakni gabungan dari dua atap segitiga dan dua atap trapesium. Bentuk ini menyerupai gunung yang menjadi simbol penting dalam budaya Jawa.
2. Struktur Persegi dan Saka Guru
Rumah Joglo biasanya berbentuk dasar persegi dengan empat tiang utama di bagian tengah rumah yang disebut saka guru. Tiang ini berfungsi sebagai penyangga utama atap.
3. Konsol Bahu Dhanyang di Kotagede
Di wilayah Kotagede, rumah Joglo memiliki konsol penyangga atap bernama Bahu Dhanyang. Konsol ini berbentuk unik dengan ukiran khas yang membedakannya dari rumah Joglo di wilayah lain.
4. Pengaruh Eropa dalam Detail Konsol
Seiring waktu dan masuknya pengaruh kolonial, beberapa rumah Joglo di Kotagede mengganti Bahu Dhanyang dengan konsol berbahan besi. Namun, sebagian besar rumah tradisional masih mempertahankan bentuk aslinya.
Struktur Rumah Adat Jogja dan Fungsinya
Dikutip dari artikel ilmiah berjudul Arsitektur Bangunan Rumah Tradisional Jawa, rumah adat Jawa termasuk yang banyak ditemukan di Kampung Kauman Jogja memiliki pola dasar yang seragam di semua lapisan masyarakat. Perbedaan hanya terlihat dari segi kelengkapan ruang, detail hiasan, dan luas bangunan. Semakin tinggi status sosial pemiliknya, maka semakin lengkap pula ruang-ruang yang ada.
Meski begitu, setiap bagian rumah tetap mencerminkan tatanan nilai dan kearifan budaya Jawa yang mendalam. Berikut ini susunan struktur rumah adat Jawa beserta fungsi masing-masing ruangnya.
1. Pendopo
Pendopo berada di bagian paling depan dan berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu atau kegiatan bersama masyarakat. Ciri khas pendopo adalah bangunannya yang terbuka tanpa dinding. Atapnya bisa berbentuk joglo, limasan, atau kampung. Letak yang berada di depan menunjukkan sifatnya yang umum dan terbuka.
2. Pringgitan
Pringgitan adalah ruang di antara pendopo dan dalem. Tempat ini biasanya digunakan untuk pertunjukan wayang kulit saat ada hajatan. Selain itu, pringgitan juga menjadi ruang transisi dari area publik menuju area privat. Dalam beberapa rumah, pringgitan bisa tidak ada. Jika demikian, biasanya pendoponya pun absen.
3. Dalem atau Griyo Ageng
Dalem adalah inti dari rumah adat Jawa dan menjadi tempat tinggal utama keluarga. Ruangan ini memiliki posisi paling sakral dan terhormat, biasanya dengan lantai yang lebih tinggi dari bagian lainnya. Di dalamnya terdapat tiga ruang penting yang disebut sentong:
- Sentong tengah, tempat untuk semedi atau pemujaan, dikenal juga sebagai pasren.
- Sentong kiwo, tempat menyimpan pusaka dan benda penting.
- Sentong tengen, digunakan sebagai ruang tidur kepala keluarga atau orang tua.
4. Gandok
Gandok merupakan bangunan tambahan yang berada di kanan (gandok tengen), kiri (gandok kiwo), atau belakang (gandok mburi). Ruang ini biasa digunakan untuk kamar tidur anggota keluarga atau tamu. Gandok mburi sering berfungsi sebagai pawon atau dapur.
5. Gadri
Gadri adalah ruang pelengkap yang biasa digunakan sebagai tempat makan atau tempat duduk santai bagi anggota keluarga. Meskipun bukan bagian utama, keberadaan gadri memberi nuansa keakraban dalam kehidupan rumah tangga.
Filosofi Rumah Adat Jogja
Dirangkum dari artikel ilmiah berjudul Rumah Tradisional Joglo dalam Estetika Tradisi Jawa tulisan Slamet Subiyantoro, rumah adat Jogja, khususnya bentuk joglo, dibangun berdasarkan pemikiran masyarakat Jawa yang dalam. Setiap bagian rumah mengandung nilai dan makna. Susunan ruang, bentuk atap, hingga posisi tiang utama, semuanya dirancang untuk menciptakan keselarasan antara manusia, alam, dan kehidupan spiritual.
1. Keseimbangan dengan Alam
Arah rumah biasanya menghadap ke selatan atau utara. Arah ini tidak dipilih sembarangan, tetapi didasarkan pada kepercayaan terhadap kekuatan alam seperti laut selatan dan hutan utara. Bentuk pendhapa yang terbuka dan atap tinggi memungkinkan udara mengalir dengan baik. Kehadiran tanaman di sekitar rumah juga berfungsi menjaga udara tetap bersih dan segar.
2. Nilai Ketuhanan
Empat tiang utama di tengah rumah, dikenal sebagai saka guru, menjadi pusat struktur bangunan. Titik ini dipahami sebagai titik awal hubungan manusia dengan Tuhan. Atap rumah yang bertingkat tiga melambangkan tiga lapisan kehidupan: dunia atas, tengah, dan bawah. Arah susunan usuk dan ornamen di atap semuanya menunjuk ke atas sebagai pengingat untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
3. Makna dalam Penataan Ruang
Ruang dalam rumah tidak dibagi secara sembarangan. Pendhapa digunakan untuk menerima tamu dan bersifat terbuka. Bagian dalem yang berada lebih dalam menunjukkan ruang pribadi yang lebih tenang. Senthong, terutama senthong tengah, dianggap suci dan menjadi tempat perenungan. Perjalanan dari luar ke dalam rumah mencerminkan perjalanan manusia dalam menjalani hidup menuju ketenangan batin.
4. Simbol Keselarasan Peran Laki-Laki dan Perempuan
Penempatan patung loro blonyo di senthong tengah melambangkan pasangan suami istri. Kehadiran dua figur ini menjadi simbol keselarasan dan keutuhan dalam keluarga. Penataan ruang juga membedakan sisi kiri dan kanan untuk perempuan dan laki-laki sebagai bagian dari tatanan kehidupan yang dihargai dalam budaya Jawa.
5. Pengajaran Sopan Santun
Pintu masuk ke ruang dalem dibuat rendah. Setiap orang yang masuk harus menunduk sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, struktur lantai rumah dibuat bertingkat. Hal ini mengajarkan nilai unggah-ungguh, yaitu kesadaran tentang posisi dan sikap yang pantas dalam kehidupan sosial.
6. Perpaduan Nilai Tradisi dan Kreativitas
Bentuk rumah joglo merupakan hasil dari perpaduan nilai-nilai budaya yang berkembang di Jawa. Pengaruh Hindu, Buddha, dan Islam menyatu dalam satu rancangan yang harmonis. Rumah joglo tidak hanya menunjukkan fungsi hunian, tetapi juga menjadi karya budaya yang lahir dari kemampuan berpikir, menyesuaikan, dan mencipta.
7. Tatanan yang Menjaga Keharmonisan
Penataan ruangan yang simetris, seperti pendhapa dan dalem yang saling berhadapan, atau posisi pintu dan jendela yang seimbang, bertujuan menciptakan keteraturan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, keteraturan membantu menjaga suasana yang tenteram. Setiap bagian rumah ditempatkan dengan pertimbangan nilai-nilai etika, estetika, dan sosial.
Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai rumah adat Jogja, termasuk ciri khas hingga filosofinya. Semoga bermanfaat!
(par/par)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM