Cerita Kampung Polowijan Tempat Abdi Dalem Keraton Jogja Penyandang Disabilitas

Anandio Januar, Jihan Nisrina - detikJogja
Jumat, 08 Sep 2023 11:06 WIB
Kampung Polowijan kompleks Keraton Jogja. Foto diunggah pada Kamis (7/9/2023). Foto: Anandio Januar/detikJogja
Jogja -

Di kompleks Keraton Jogja dahulu terdapat kampung-kampung khusus dihuni oleh para abdi dalem. Nama kampung itu disesuaikan dengan keahlian atau ciri masing-masing abdi dalem.

Salah satunya adalah Kampung Polowijan yang terletak di Kelurahan Kadipaten. Tapi detikers tahu nggak sih kalau kampung ini dahulu dihuni oleh para abdi dalem khusus penyandang disabilitas?

"Kampung Polowijan dulunya memang tempat tinggal Abdi Dalem Polowijan atau abdi dalem yang terdiri dari orang-orang bertubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, dan beberapa kelainan fisik lainnya," terang Lurah Patehan, Gunawan (45) saat dihubungi oleh detikJogja, Rabu (6/9/2023).

Dengan kondisi fisik itu, mereka juga dipanggil sebagai Cebolan Abdi Dalem yang diambil dari kata 'cebol' atau berarti pendek. Mereka diangkat sebagai Abdi Dalem Polowijan oleh Raja Keraton Jogja, Sultan Hamengku Buwono.

Dikutip dari artikel jurnal berjudul Disabilitas dalam Budaya Jawa, para Abdi Dalem Polowijan mendapatkan peran istimewa dengan berjalan di belakang putra mahkota selama perayaan Grebeg. Ini merupakan simbol naungan kasih sayang dari Sultan dan menunjukkan bahwa Abdi Dalem Polowijan siap memberikan pengabdian mereka kepada negara. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh warga sekitar Kampung Polowijan yang pernah melihat pelaksanaan upacara tersebut.

"Waktu saya masih kecil, setiap upacara Grebeg ada Abdi Dalem Polowijan yang mengikuti Manggolo Yudho. Manggolo Yudho itu komandan, pasukan prajurit," cerita Adi (40), salah seorang warga di daerah Njeron Beteng.

Pada umumnya, peran atau tugas Abdi Dalem Polowijan di istana adalah sebagai pendamping raja. Mereka juga berperan sebagai penasihat, penghibur, hingga pelawak dan menjadi bagian dari upacara-upacara adat penting, seperti penobatan Sultan menjadi raja. Dalam upacara-upacara, mereka biasanya memakai busana tradisional berupa kain merah yang dihiasi dengan motif bunga dan sabuk besar, bertelanjang dada tanpa ada penutup kepala, dan menggunakan hiasan rambut dari bulu atau bunga.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.




(rih/aku)

Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Foto