Pakar UGM Wanti-wanti Perang Dagang Bakal Bikin Rupiah Makin Ambyar

Pakar UGM Wanti-wanti Perang Dagang Bakal Bikin Rupiah Makin Ambyar

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Selasa, 01 Apr 2025 21:22 WIB
Illustrasi Rupiah Terhimpit Dollar
Illustrasi Rupiah Terhimpit Dollar (Foto: Rachman Haryanto)
Jogja -

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bakal menerapkan tarif impor ke semua negara yang rencananya diumumkan besok. Hal ini diprediksi bakal berdampak buruk kepada Indonesia, terutama bikin nilai rupiah makin ambyar.

Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), I Wayan Nuka Lantara, menyebut perang dagang ini bakal berakibat buruk bagi perekonomian dunia. Menurutnya, spiritnya bukan perdagangan normal, namun dijadikan ajang unjuk kekuatan jual beli antara produk, dan jasa antarnegara.

"Ini pasti melibatkan kekuatan ekonomi dunia. Kalau pusatnya di barat Amerika dan timur di China. Net impor Amerika kan memburuk dibanding China, sehingga kalau tidak dilakukan tindakan ekstra atau perang dagang itu maka yang rugi Amerika," ujar Wayan saat dihubungi detikJogja, Selasa (1/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya mereka menerapkan tarif yang ekstrem, mem-banned produk-produk China. Kalau perang berdampak negatif. Kalau negara di-banned negara lain maka dia akan switch ke negara lain," sambungnya.

Wayan menyebut Indonesia menjadi salah satu yang terdampak dari perang dagang ini. Apalagi situasi internal Indonesia juga sedang tidak baik-baik saja.

ADVERTISEMENT

"Itu akan semakin memperparah apa yang kita pahami secara domestik. Fundamental kita kan nggak baik-baik aja, ini tidak hanya indikator ekonomi, tapi penegakan hukum dan politik. Itu yang tidak kondusif," jelas Pengamat Perbankan, Keungan, dan Investasi UGM itu.

Rupiah Jadi Satu-satunya yang Melemah se-ASEAN

Maka itu, kebijakan Trump itu dinilai bakal melemahkan kondisi ekonomi Indonesia. Wayan mengatakan hal ini bisa berdampak ke segala sektor seperti deflasi, PHK, dan melemahnya Rupiah.

"Jangankan di investor asing, di investor lokal juga ada kekhawatiran. Beberapa indikator pelemahan ekonomi, deflasi, PHK, belum lagi ada risiko protes masyarakat yang gelombangnya mulai terasa karena ada produk RUU TNI. Ini kan situasi politik internal yang tidak kondusif," tururnya.

"Sekarang ketika itu ditambah isu eksternal geopolitik perang dagang, maka yang terjadi seperti sekarang rupiah itu melemah satu-satunya di Asia Tenggara, sementara yang lain menguat," tegas Wayan.

Menyinggung rupiah yang melemah menyentuh Rp 17 ribu, Wayan mengatakan kondisi saat ini merupakan yang terburuk di sepanjang sejarah. Angka ini bisa makin melemah saat perang dagang besok.

"Saya lihat tadi sore mendekati Rp 17 ribu, ini sesuatu yang memburuk. Kita melihat situasi tetangga kita. Rupiah itu tidak hanya melemah di US Dollar aja tapi Euro dan mata uang lain sekitar 2-5 persen," ucapnya.

"Kalau US sendiri kenapa Ringgit, Dollar Singapura nggak, mereka malah menguat meski hanya 2 persen. Ini sesuatu yang aneh. Di titik ini saja kita sudah terburuk di sepanjang sejarah sampai Rp 17 ribu," tambah Wayan.

Untuk mengatasi hal tersebut, Wayan mengatakan harus ada gebrakan ekstrem dari pemerintah. Yaitu untuk memunculkan trust atau kepercayaan masyarakat kepada rupiah.

"Saya kira nilai tukar juga masalah trust. Selama tidak ada gebrakan yang memunculkan trust positif ini harus agak ekstrem. Kalau selama ini isunya stabilitas ekonomi, politik dan hukum. Itu yang selalu menjadi sorotan," kata dia.

Butuh Gebrakan dari Pemerintah

Wayan pun kembali mengingatkan pentingnya membuat gebrakan kebijakan untuk mengantisipasi makin anjloknya nilai tukar rupiah.

"Saya kira sulit dengan alasan rupiah melemah tanpa ada fondasi yang kuat, karena logika demmand supply sederhana. Kenapa rupiah melemah karena orang-orang lebih prefer US Dollar atau mata uang asli daripada rupiah. Ketika permintaan dolar meningkat ya wajar kita mengeluarkan rupiah lebih banyak untuk mendapatkan satu dolar. Kenapa muncul ketidakpercayaan terhadap mata uang lokal karena ada kondisi internal dalam negeri yang membuat orang tidak yakin seperti sebelumnya, sehingga harus memperbaiki itu," pesan Wayan.




(ams/ams)

Hide Ads