Kisah Windarno Eks Cleaning Service yang Sukses Bikin Kopi Suroloyo Mendunia

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Sabtu, 13 Jul 2024 18:55 WIB
Kisah sukses Windarno mengenalkan Kopi Suroloyo khas Kulon Progo. Foto diunggah Rabu (10/7/2024). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja)
Kulon Progo -

Selain geblek, Kulon Progo juga punya sajian khas yang tak kalah kondang yaitu Kopi Suroloyo. Namun siapa sangka, merek kopi yang sudah mendunia ini rupanya dikembangkan oleh mantan cleaning service bernama Windarno.

Mas Win, begitulah pria 39 tahun itu biasa disapa. Perawakannya pendek, berkulit gelap, dan selalu nampak ceria. Sifatnya yang supel membuat warga Dusun Keceme, Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo ini mudah akrab dengan orang-orang baru.

Hal itu pula yang membuat Kedai Kopi Suroloyo milik Mas Win selalu ramai dikunjungi pembeli. Dalam sehari, kedai yang sudah berdiri sejak 2012 silam di kawasan Objek Wisata Puncak Suroloyo itu bisa melayani hingga 250 cangkir kopi per harinya.

"Sehari kalau pas ramai kayak gini bisa 150 cangkir. Kalau biasa weekday ya kisaran 60-an. Kadang pas weekend bisa tembus 250 cangkir. Karena mayoritas yang ke sini pasti pesan double, minuman nonkopi sama tentunya Kopi Suroloyo," ungkap Mas Win saat ditemui detikJogja di Kedai Kopi Suroloyo, kawasan wisata Puncak Suroloyo, Samigaluh, Kulon Progo, Selasa (9/7/2024).

Mas Win dan Kopi Suroloyo memang dua entitas yang tak bisa terpisahkan. Berkat sosoknya, kopi yang semula hanya dikonsumsi kalangan lokal itu bertransformasi jadi merek besar buruan para pecinta kopi di Nusantara bahkan mancanegara.

Mas Win pula yang jadi penggerak para petani kopi di kawasan Suroloyo agar mengubah pola penjualan dari semula langsung dipasarkan dalam kondisi mentah menjadi wujud olahan. Langkah ini ditempuh agar petani bisa memperoleh harga jual yang lebih tinggi.

"Petani kopi di sini dulunya langsung menjual ke tengkulak ketika biji kopi masih hijau. Padahal kalau ijo itu dulu harganya cuma Rp 18 ribuan, nah kalau yang sudah diolah dalam artian sudah warna merah bisa Rp 30 ribuan ke atas, bahkan sekarang bisa tembus Rp 90 ribu," ucapnya.

"Sekarang memang masih ada yang jual langsung ke tengkulak, tapi tak sebanyak dulu. Ini juga berkat Peran Kelompok Tani Sido Rukun (Kelompok petani kopi Suroloyo) juga," imbuhnya.

Kopi Suroloyo sendiri telah mendapatkan peringkat 6 nasional dalam ajang kompetisi kopi nasional di Jakarta tahun 2014 dan 2018. Sementara Mas Win, pernah diganjar penghargaan dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki pada 2022. Penghargaan diberikan berkat kiprah Mas Win dalam pengembangan Kopi Suroloyo dan pemberdayaan masyarakat sekitar Suroloyo.

Kisah sukses Windarno mengenalkan Kopi Suroloyo khas Kulon Progo. Foto diunggah Rabu (10/7/2024). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja

Cleaning Service Banting Setir Jadi Petani Kopi

Perkenalan Mas Win dengan Kopi Suroloyo memiliki cerita tersendiri. Semua itu berawal ketika dirinya masih bekerja sebagai petugas kebersihan atau cleaning service di salah satu klinik kecantikan di Jogja pada 2009 silam.

"Awalnya itu dulu saya kan kerja di Natasha, bagian cleaning service punya Dokter Fredi," ungkap bapak tiga anak ini.

Bekerja jauh dari rumah mengharuskan Mas Win untuk ngekos. Namun, kehidupan di kosan justru membuat pola hidup Mas Win berantakan. Kesehatannya menurun akibat kerap mengonsumsi makanan yang serba instan, ditambah kegemarannya mengonsumsi kopi pabrikan.

Puncaknya, kesehatan Mas Win kian memburuk hingga harus dirujuk ke rumah sakit. Oleh dokter, ia divonis menderita asam lambung, maag, hingga peradangan.

"Saya pernah opname di RSUD Wates selama seminggu gara-gara asam lambung, maag, chikungunya hingga radang. Itu disebabkan karena kebanyakan makan instan dan kopi sachetan," ujarnya.

Setelah dinyatakan sembuh, Mas Win mendapat saran dari dokter tempatnya bekerja untuk mengubah pola hidup agar lebih sehat, termasuk dalam mengonsumsi minuman kegemarannya, kopi.

"Saya dikasih saran katanya Mas Win kalau mau bisa ngopi lagi kopinya yang sehat dan benar," ucapnya.

Dari situlah Mas Win mulai beralih ke kopi yang diolah secara manual. Di kala waktu senggang, Mas Win selalu menyempatkan diri untuk ke kedai kopi di seputaran Jogja. Mungkin hampir semua kedai kopi di Jogja waktu itu pernah ia coba.

"Nah 2009 saya mulai main ke coffe shop Jogja, tapi kan zaman segitu belum terlalu banyak ya, paling sering ke Blandongan. Pernah juga jauh-jauh ke Temanggung cuma buat ngopi," terangnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.




(aku/rih)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork