Tingkat pemesanan hotel di seantero Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama libur Lebaran disebut baru mencapai 70 persen, dengan capaian tertingginya berada di kawasan Malioboro. Data tingkat hunian ini merupakan reservasi pada periode 9 sampai 15 April 2024.
"Data yang masuk per hari ini, periode tgl 9-15 April itu 70 persen, tapi itu se-DIY. Wilayah tengah Malioboro sekitarnya itu sudah 95,8 persen per hari ini, hampir 100 persen," kata Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi detikJogja, Selasa (2/4/2024).
Angka ini, lanjut Deddy, cenderung lebih baik daripada okupansi selama puasa. Dia memaparkan untuk okupansi hotel berbintang kisaran 30 sampai 50 persen. Sementara untuk hotel non bintang kisaran 10 hingga 25 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rata-rata akumulasi semua 50, tapi tidak sampai 60 persen untuk puasa. Kalau libur Lebaran ya lebih baik karena sudah 70 persen. Kalau target kemarin tidak muluk-muluk, disepakati 90 persen," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Tingginya angka okupansi kawasan Malioboro memiliki alasan tersendiri. Ini karena mayoritas pemesannya adalah wisatawan yang terfokus di kawasan Kota Jogja. Sehingga hanya mencari penginapan atau hotel di sekitar kawasan Malioboro.
"Tapi kami memprediksi reservasi itu merupakan masuk biasanya, tanpa reservasi datang ke Jogja. Reservasi hotel datang ke Jogja muter-muter cari hotel yang dekat dengan kota, khususnya Malioboro," paparnya.
Dari data yang sama, Deddy menuturkan belum semua hotel di DIY terisi. Tercatat hingga saat ini hotel di Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul dan Bantul masih memiliki kamar. Sementara untuk kawasan Kota Jogja dan Kabupaten Sleman mayoritas hampir penuh terisi.
"Data terakhir ketersediaan kamar itu masih di 3 Kabupaten. Jadi masih Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul itu masih tersedia kamar. Tapi itu tadi reservasi sudah mencapai 70 persen rata-rata," katanya.
Berdasarkan catatan ini, Deddy menyarankan agar wisatawan memilih hotel di luar kawasan Kota Jogja dan Kabupaten Sleman. Dengan tujuan agar mendapatkan kamar hunian selama libur Lebaran.
Deddy menuturkan masih banyak wisatawan yang belum memanfaatkan fitur reservasi. Sehingga kerap mendapatkan hotel yang tidak sesuai. Dalam kasus ini adalah besaran bujet yang disiapkan para wisatawan.
"Reservasi hotel datang ke Jogja muter-muter cari hotel yang masih kosong. Ini yang harus kita informasikan ke calon wisatawan. Yang mau stay di Jogja itu menghindari kemacetan dan ketersediaan kamar lebih baik reservasi di hotel yang ia akan pilih sesuai bujetnya. Ini saran dari PHRI," ujarnya.
Dia meyakini tingkat okupansi hotel di DIY tahun ini lebih baik. Ini karena masa libur Lebaran lebih panjang. Sehingga sangat memungkinan wisatawan menginap lebih lama. Tercatat dari 9 April hingga 15 April 2024.
"Kita harapkan periode 9 sampai 15 kan cutinya panjang. Kalau dulu (tahun 2023) hanya tiga hari nggak salah, ini sampai 5 hari," katanya.
Reservasi Bukber Sepi
Berbanding terbalik dengan okupansi kamar, tingkat reservasi buka bersama (bukber) justru turun. Deddy menyebutkan pada Ramadan 2023, tingkat reservasi antara 85 hingga 90 persen. Sementara untuk Ramadan tahun ini kisaran 70 persen hingga 80 persen.
"Bukber mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Yang dulu kita bisa bukber capai 85 sampai 90 persen, saat ini baru 70 persen sampai 80 persen, menurun ini. Per harinya iya ketersediaan bukber menurun dibanding tahun lalu," curhatnya.
Deddy menduga menurunnya daya beli menjadi penyebab utama. Selain itu juga naiknya sejumlah harga bahan pokok. Alhasil berimbas pula pada paket buka bersama yang ditawarkan.
Penurunan reservasi, lanjutnya, berbeda untuk setiap hotel dan restoran. Setidaknya penurunan mencapai kisaran 5 persen hingga 30 persen dibandingkan Ramadan 2023. Padahal paket ini digadang-gadang menjadi salah satu penopang operasional hotel dan restoran.
"Yang signifikan itu daya beli masyarakat turun, karena bahan pokok naik, otomatis harga per pax di hotel maupun resto juga naik. Kecuali hotel maupun resto yang ada harga di bawah Rp 50 ribu itu masih bagus," ujarnya.
(apu/ahr)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka