Ada begitu banyak tokoh yang berperan penting dalam peristiwa pembacaan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1982. Satu di antaranya Soegondo Djojopoespito yang bertindak sebagai Ketua Kongres Pemuda II. Lantas, seperti apa biografi Soegondo Djojopoespito?
Apabila mengingat sejarah Hari Sumpah Pemuda yang ditetapkan pada tanggal 28 Oktober setiap tahunnya, sebagian orang mungkin akan mengingat ikrarnya. Melalui ikrar tersebut para pemuda dengan lantang menyatakan dirinya sebagai bangsa Indonesia, meski berbeda-beda latar belakang.
Dengan adanya Sumpah Pemuda juga mampu menumbuhkan semangat persatuan bagi bangsa Indonesia, termasuk demi menggapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Di balik hadirnya Sumpah Pemuda ini ternyata ada beberapa tokoh penting di dalamnya. Satu di antaranya adalah Soegondo Djojopoespito.
Dirinya bertindak sebagai ketua dalam Kongres Pemuda II yang turut menjadi orang pertama yang membacakan teks Sumpah Pemuda. Nah, buat kamu yang penasaran seperti apa sosok Soegondo Djojopoespito, mari simak profilnya berikut ini.
Poin Utamanya:
- Soegondo Djojopoespito, lahir di Tuban tahun 1905, dikenal sebagai Ketua Kongres Pemuda II yang memimpin lahirnya ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
- Soegondo tumbuh bersama semangat nasionalisme melalui organisasi kepemudaan bernama PPPI.
- Ada berbagai tokoh penting dalam Sumpah Pemuda seperti Mohamamd Yamin dan masih banyak lagi yang mampu menjadi pemersatu pemuda dari berbagai organisasi daerah demi cita-cita Indonesia merdeka.
Siapa Soegondo Djojopoespito?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Soegondo Djojopoespito adalah salah satu tokoh penting dalam Sumpah Pemuda. Menurut buku 'Soegondo Djojopoespito: Hasil Karya dan Pengabdiannya' oleh Sri Sutjiatiningsih, Soegondo Djojopoespito lahir di Tuban pada tanggal 22 Februari 1905 silam.
Dikenal sebagai sosok yang ditunjuk mengisi posisi Ketua Kongres Pemuda II, ternyata Soegondo Djojopoespito telah lama menekuni organisasi kepemudaan di Indonesia yang berperan besar dalam Kongres Pemuda II. Tercatat dirinya pernah tergabung diamanahi sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Soegondo lahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai penghulu di kampung halamannya. Tak hanya sang ayah, kakek dari Soegondo juga pernah menekuni bidang pekerjaan sebagai penghulu. Kendati begitu, sejak kecil Soegondo telah tinggal bersama dengan pamannya.
Sebagai sosok yang secara aktif menggeluti organisasi kepemudaan di Indonesia, Soegondo bisa dibilang mendapatkan pendidikan yang cukup. Dijelaskan dalam buku yang sama, Soegondo telah menekuni pendidikan dengan bersekolah di HIS yang terletak di Tuban, lalu lanjut di Mulo yang ada di Surabaya. Setelah menyelesaikan pendidikannya tersebut, dirinya kembali melanjutkan ke AMS yang ada di Jogja.
Nah, pada kesempatan inilah Soegondo tinggal di rumah Ki Hajar Dewantara. Selama tinggal di Jogja, Soegondo mulai mengenal tentang politik yang bersinggungan dengan partai-partai tertentu, termasuk Serikat Islam dan PKI. Namun, pada saat itu Soegondo belum menaruh minat pada bidang politik.
Setelah itu, Soegondo kembali melanjutkan hidupnya dengan tinggal di Bandung. Di sana dirinya menjadi Kepala Sekolah Taman Siswa dan membentuk keluarga kecil. Selama menjadi kepala sekolah, Soegondo telah berpindah dari Bandung, lalu ke Semarang, dan pernah juga tinggal di Jakarta.
Peran Penting Soegondo Djojopoespito sebagai Tokoh Sumpah Pemuda
Lantas, bagaimana peran Soegondo Djojopoespito dalam peristiwa Sumpah Pemuda? Ternyata hal ini bisa terjadi lantaran dirinya memiliki wawasan kebangsaan yang cukup baik. Soegondo adalah sosok yang menyukai buku dan gemar membaca. Bahkan dirinya melanjutkan pendidikan hingga tingkat tinggi.
Dijelaskan dalam buku 'Smart and Sincere: 10 Mutiara Pencerahan Menghadapi Perubahan Lingkungan Internal dan Eksternal Bisnis' karya Sammy Kristamuljana, Soegondo pernah menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Hukum di Batavia. Di sana dirinya bisa memiliki akses untuk membaca majalah Indonesia Merdeka, yang mana memiliki aturan yang cukup ketat bagi pemerintah Hindia Belanda.
Terdapat bacaan yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia yang mampu menginspirasi Soegondo bersama dengan teman-temannya. Nah, hal inilah yang membawa mereka membentuk Perhitungan Pelajar Pelajar Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai PPPI.
Keberadaan PPPI inilah yang mampu memberikan sumbangsih terhadap lahirnya Sumpah Pemuda, terutama sebagai bagian dari hasil Kongres Pemuda II. Dikatakan PPPI berperan dalam mempersiapkan kongres tersebut.
Beberapa pemuda Indonesia yang merupakan lulusan Belanda diajak untuk menjadi penasihat. Berkat adanya para pemuda inilah pemerintah Hindia Belanda bisa dinegosiasi agar Kongres Pemuda II bisa diselenggarakan.
Rapat Kongres Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Pada hari pertama, Kongres Pemuda digelar di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond. Soegondo Djojopoespito yang bertindak sebagai ketua PPPI ditunjuk untuk memimpin rapat Kongres Pemuda II saat itu.
Pada tanggal 27 Oktober 1928 disampaikan mengenai harapan agar kongres tersebut bisa memperkuat semangat persatuan, terutama di dalam hati para pemuda. Tak hanya itu saja, disampaikan juga tentang arti dan juga hubungan persatuan dengan para pemuda Indonesia.
Selanjutnya, rapat kembali digelar pada 28 Oktober 1928 yang dilaksanakan di Gedung Oost-Java. Kali ini pendidikan menjadi topik penting yang dibahas. Pada kesempatan ini pula pendidikan ditekankan sebagai hal yang penting untuk dilakukan, baik di rumah maupun sekolah.
Kemudian rapat ketiga digelar di tanggal yang sama, yaitu 28 Oktober 1928. Di dalam rapat kali ini ditekankan tentang makna nasionalisme dan demokrasi bagi bangsa Indonesia. Pada rapat kali ini, lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan. Namun, hanya sebatas instrumental dengan biola saja karena mencegah adanya larangan dari pemerintah Hindia Belanda.
Keputusan Kongres Pemuda II menyepakati adanya ikrar Sumpah Pemuda. Di dalam buku 'Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI' oleh Dr Abdurakhman, SS, MHum dan Arif Pradono, SS, MIKom, naskah Sumpah Pemuda dirumuskan oleh Muhammad Yamin. Kemudian Soegondo Djojopoespito selaku Ketua Kongres Pemuda akhirnya menyetujui rumusan tersebut.
Setelah disetujui, naskah Sumpah Pemuda yang dilengkapi dengan hasil Kongres Pemuda II dibacakan oleh Soegondo Djojopoespito untuk pertama kalinya. Inilah bunyi naskah Sumpah Pemuda yang kita kenal selama ini:
"Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda
Selain Soegondo Djojopoespito, ada beberapa tokoh Sumpah Pemuda lainnya yang tak kalah memberikan kontribusi penting terhadap lahirnya Sumpah Pemuda itu sendiri. Mereka tidak hanya berasal dari panitia Kongres Pemuda II, tapi juga sosok lainnya yang turut andil dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda II.
Dihimpun dari buku 'Horizon IPS' oleh Drs Sudjatmoko Adisukarjo, dkk, 'Pendidikan Kewarganegaraan' karya Slamet, dkk., hingga 'Sejarah Pergerakan Nasional' oleh Fajriudin Muttaqin, dkk., berikut beberapa tokoh penting Sumpah Pemuda.
1. Wage Rudolf Supratman
Meskipun tidak bertindak sebagai panitia Kongres Pemuda II, Wage Rudolf Supratman punya peran penting dalam lahirnya Sumpah Pemuda. Ini dikarenakan sosoknya tengah mengalunkan instrumen lagu 'Indonesia Raya' pada saat kongres tersebut digelar. Wage Rudolf Supratman lahir pada 9 Maret 1903.
Dirinya sempat menekuni beberapa profesi. Sebut saja wartawan, pekerja di perusahaan dagang, hingga akhirnya dikenal sebagai pencipta dan komposer musik. Lagu 'Indonesia Raya' dikumandangkan pertama kali pada 28 Oktober 1928 bertepatan dengan Kongres Pemuda II.
2. Muhammad Yamin atau Mohammad Yamin
Selanjutnya, ada juga Mohammad Yamin yang bertindak sebagai sekretaris Kongres Pemuda II. Mohammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatra Barat pada 28 Agustus 1903 silam. Sebagai sosok yang cerdik dan punya pengetahuan tinggi, Mohammad Yamin menjadi bagian dari organisasi Jong Sumatranen Bond.
Mohammad Yamin memiliki peran yang penting dalam Kongres Pemuda II. Ini lantaran dirinya punya kemampuan yang sangat baik dalam menyampaikan pendapat melalui pidato-pidatonya. Terlebih lagi naskah Sumpah Pemuda dirumuskan oleh Mohammad Yamin.
3. M Sartono
Sebagai sosok yang turut menyampaikan pidatonya dalam Kongres Pemuda II, M Sartono punya keinginan yang kuat untuk mengajak para pemuda agar terus berjuang. Terutama secara teratur menguatkan pergerakan pemuda dan juga kebangsaan Indonesia.
Semangat dan pidato yang disampaikan oleh M Sartono sempat ditegur oleh wakil pemerintah Hindia Belanda yang hadir dalam kongres tersebut. Namun, M Sartono tak gentar dan terus menyampaikan pidatonya sampai selesai.
4. Purnomowulan
Serupa dengan M Sartono, Purnomowulan juga turut menyampaikan pidatonya dalam kongres tersebut. Namun, Purnomowulan hanya bisa berbahasa Belanda saja. Oleh karena itu, Mohammad Yamin yang memiliki keterampilan berbahasa Belanda membantu menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam pidatonya, Purnomowulan menyoroti pendidikan di Indonesia yang perlu diperbaiki. Bahkan jika memungkinkan, pendidikan Indonesia perlu memiliki sistem sendiri.
5. S. Mangunsarkoro
Menyusul M. Sartono dan Purnomowulan, ada juga S. Mangunsarkoro yang turut menyampaikan pandangannya di dalam kongres ini. Sama halnya dengan Purnomowulan, S. Mangunsarkoro turut menekankan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Ini dikarenakan pendidikan perlu dibiasakan kepada anak. Ini pekerjaan para orang tua, baik di rumah maupun sekolah, untuk membekali anak-anak dengan pendidikan.
6. Ramelan
Kemudian pidato dalam Kongres Pemuda II juga diisi oleh Ramelan. Sosoknya menyebut tentang gerakan kepanduan bagi bangsa Indonesia. Dirinya mengemukakan tentang gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Tak hanya dilakukan oleh para pemuda saja, gerakan kepanduan juga perlu dilatih sejak dini kepada anak-anak. Termasuk untuk menciptakan kedisiplinan dan kemandirian kepada mereka untuk terus berjuang.
7. Mr Sunario
Sebagai penasihat bagi panitia Kongres Pemuda II di tanggal 28 Oktober 1928, Mr Sunario turut menjadi pembicara. Di dalam kongres tersebut Sunario membacakan makalah dengan judul Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.
Secara lantang Sunario membela para pemuda yang terlibat dalam pergerakan yang menitikberatkan terhadap persatuan. Bahkan dirinya turut menegaskan kongres ini berlangsung atas persatuan dan kecintaan terhadap Indonesia.
8. JH Pangemanan
Selanjutnya, terdapat JH Pangemanan yang turut menyampaikan pandangannya di dalam kongres. Dirinya menyatakan pentingnya pandu bagi bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari organisasi Perkumpulan Minahasa, JH Pangemanan menyoroti tentang gerakan Pramuka yang mengajarkan anak-anak disiplin dan juga mandiri.
Kemudian dirinya juga menyoroti tentang persaudaraan dalam organisasi pandu dan juga gerakan kepanduan menjadi bagian dari makna kepanduan yang tak bisa dilepaskan begitu saja. Oleh sebab itu, kepanduan menjadi hal yang penting bagi bangsa Indonesia.
9. Tokoh-tokoh Lain
Selain beberapa tokoh yang sudah disebutkan sebelumnya, ada juga tokoh penting Sumpah Pemuda lainnya yang berasal dari organisasi kepemudaan dan memberikan andil dalam berlangsungnya kongres. Sebut saja RM Djoko Marsaid dari Jong Java yang bertindak sebagai Wakil Ketua Kongres Pemuda.
Lalu ada Amin Sjarifuddin dari Jong Batak Bond sebagai Bendahara, Djohan Mohammad Tjai dari Jong Islamieten Bond, Senduk dari Jong Celebes, R Katja Soengkana dari Pemuda Indonesia, Rochajni Soe'oed dari Pemuda Kaum Betawi, hingga Johanes Leimena dari Jong Ambon.
Itulah tadi rangkuman profil Soegondo Djojopoespito dan tokoh-tokoh penting lainnya dalam Sumpah Pemuda. Semoga menambah wawasan baru bagi kamu, ya.
Simak Video "Video: Momen Festival Lampion Jadi Hujan Api di Bantul"
(sto/apl)