Rara 'pawang hujan' muncul di Malioboro, saat warga hendak menyaksikan kirab kereta kuda Keraton Jogja, kemarin. Begini jawabannya saat ditanya apakah tengah 'bertugas' di Jogja.
Pantauan detikJogja, Rabu (22/10/2025) Rara tampak berjalan dari arah selatan menuju halaman gedung DPRD DIY yang merupakan titik mula kirab. Ia tampak mengenakan kebaya hijau dan kain jarik.
Kehadiran Rara di kerumunan menyedot atensi warga maupun wisatawan yang turut menyaksikan kirab. Beberapa di antara warga tampak berfoto dengan Rara, ada pula yang mewawancarainya untuk konten media sosial.
Selain meladeni permintaan berfoto warga, Rara juga sibuk mengunyah cilok yang sedari awal dibawanya. Ia juga tampak menenteng teh hangat yang dibungkus gelas plastik lengkap dengan sedotannya.
Hal unik lain yang Rara lakukan, sebelum pasukan kirab keluar ke Jalan Malioboro, ia tampak menyalakan dupa. Kemudian mengeluarkan cawan kuningan yang menjadi ciri khasnya. Bibirnya tampak komat-kamit seperti tengah melantunkan doa.
Namun kegiatan itu hanya ia lakukan sebentar saja. Selebihnya, Rara tampak khidmat menyimak rombongan kirab yang melintas di depannya. Saat ditanya mengenai tujuannya pergi ke Jogja, begini jawaban Rara.
"Nggak (bertugas jadi pawang hujan), aku memang lagi di Jogja, tiap aku ulang tahun pasti aku ke Jogja," ujar Rara singkat saat ditanyai detikJogja soal tujuannya ke Jogja, Rabu (22/10/2025).
Untuk diketahui, kirab kereta Keraton Jogja ini digelar dalam rangka peringatan Tingalan Dalem Taun atau ulang tahun dalam tahun Jawa, raja Keraton Sri Sultan Hamengku Bawono X. Dua kereta kuda milik Keraton Jogja yang berusia lebih dari seabad akan tampil dalam kirab ini.
Adalah Kereta Kyai Landower dan Kereta Permili yang selama ini tersimpan rapi di Museum Wahanarata. Kepala Museum Wahanarata RM Pradiptya Abikusno mengatakan dua kereta ini sudah lebih dari satu dekade tidak dikeluarkan.
"Sudah lebih dari 12 tahun lebih ya, kereta tidak keluar dari kagungan dalem Museum Wahanarata. Di tahun ini alhamdulillah kita diberikan palilah dari Ngarsa Dalem untuk menggunakan kereta," jelasnya saat ditemui di Museum Wahanarata, Selasa (21/10).
Kereta Kyai Landower sendiri merupakan kereta buatan Spyker, Belanda, tahun 1900. Kereta ini juga pernah digunakan oleh Gusti Pangeran Haryo Purubaya sebelum bertakhta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Sedangkan untuk kereta Premili, dibuat sekitar tahun 1880 oleh G. Barendse di Semarang. Kereta ini merupakan kereta istimewa yang mampu membawa sepuluh hingga dua belas penumpang.
"(Pemilihan kereta) karena memang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan karena untuk beksa dan ini istilahnya bukan untuk keluarga dan lain sebagainya. Makanya kita menggunakan Premili dan Landower," papar pria bergelar KRT Condrokusumo ini.
"Untuk kereta Landower akan dinaiki dua orang, dari Bupati Tumenggungnya Trunojoyo, kemudian untuk kereta Premili nanti akan dinaiki enam orang para pamucal (pelatih) beksa Trunajaya. Masing-masing untuk landower empat kuda, untuk Permili juga empat kuda," sambungnya.
Selain kirab, juga ada Pergelaran Beksan Trunajaya yang menjadi satu rangkaian acara Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono X. Kirab akan dimulai pukul 16.00 WIB dari Gedung DPRD DIY ke Pagelaran Keraton Jogja.
"Kirab sendiri nanti akan dimulai dengan kereta Landower, kemudian diiringi dengan pemusik dari Bregodo Kraton, kemudian dilanjutkan oleh penunggang kuda dari Beksan Trunajaya, kemudian dilanjutkan dari kolaborator Bregodo Masyarakat," urainya.
"Akan ada 60 kuda dalam kirab besok (hari ini), delapan akan menarik kereta, 52 lainnya akan ditunggangi," ungkapnya.
Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"
(apu/aku)