PBB merilis sejumlah perusahaan yang terlibat dalam genosida Israel di Gaza. Berikut daftar perusahaan itu, mulai dari bidang kemiliteran hingga pariwisata.
Dilansir detikFinance, laporan itu berjudul From Economy of Occupation to Economy of Genocide di laman resmi PBB tentang situasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Palestina. Daftar perusahaan itu terdapat dalam laporan.
Adapun laporan tersebut merilis hasil penyelidikan tentang sejumlah perusahaan besar pendukung invasi Israel di Palestina. Namun pemerintah seakan tidak mengupayakan intervensi soal keterlibatan perusahaan itu.
"Terlalu banyak entitas korporasi yang telah mengambil untung dari ekonomi Israel melalui pendudukan ilegal, apartheid, dan sekarang, genosida. Keterlibatan yang terungkap dalam laporan ini hanyalah puncak gunung es; mengakhirinya tidak akan terjadi tanpa meminta pertanggungjawaban sektor swasta, termasuk para eksekutifnya," tulis laporan tersebut, dikutip Kamis (3/7/2025).
Berikut daftar terbaru perusahaan yang terlibat dalam genosida di Palestina:
1. Militer
a. Lockheed Martin
Perusahaan penyuplai jet tempur F-35 itu berbasis di Amerika Serikat (AS). 1600 perusahaan dari sejumlah negara seperti perusahaan asal Italia, Leonardo S.p.A, yang terlibat dalam produksi dan perawatan pesawat tempur F-35 Israel berafiliasi dengan Lockheed Martin.
Adapun F-35 itu dapat membawa bom besar yang digunakan dalam konflik di Gaza. Israel mengebom Gaza dengan menggunakan F-35 dan F-16 sehingga mengakibatkan kerusakan besar dan menyebabkan banyak korban jiwa.
Israel merupakan yang pertama menggunakan F-35 untuk pertempuran pada 2018 berdasarkan laporan tersebut. Israel juga memanfaatkan dengan masif pesawat itu pada 2025.
Keberadaan dua jet tempur itu vital bagi angkatan udara Israel. Pesawat tersebut bisa membawa dan menembak secara signifikan seperti bom GBU-31 JDAM seberat 2000 pon. Sementara F-35 dapat membawa lebih dari 18.000 pon bom sekaligus.
"Pasca Oktober 2023, F-35 dan F-16 telah menjadi bagian penting dalam melengkapi Israel dengan kekuatan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menjatuhkan sekitar 85.000 ton bom, membunuh dan melukai lebih dari 179.411 warga Palestina dan meluluhlantakkan Gaza," tulis laporan tersebut.
b. Elbit Systems dan IAI
Drone, hexacopter, dan quadcopter disuplai oleh dua perusahaan itu selama invasi ke Gaza. Kolaborasi dengan sejumlah lembaga seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga dijalin oleh perusahaan tersebut selama dua dekade terakhir.
c. FANUC Corporation
Mesin robotik produksi senjata seperti untuk IAI, Elbit Systems, dan Lockheed Martin, dipasok oleh perusahaan asal Jepang itu.
d. AP Moller
Adapun peran AP Moller adalah mendukung militer di lapangan dengan melakukan pengawasan biometrik, jaringan pos pemeriksaan berteknologi tinggi, "tembok pintar", pengawasan pesawat nirawak, komputasi awan, kecerdasan buatan, dan analisis data
2. Teknologi
Bagaimana perusahaan teknologi mendukung terjadinya penindasan di Palestina pun dijabarkan dalam laporan tersebut. Infrastruktur disiapkan oleh sejumlah perusahaan teknologi melalui integrasi pengumpulan data massal dan pengawasan. Mereka pun meraup keuntungan dari tempat pengujian unik teknologi militer yang ditawarkan wilayah Palestina.
Pengembangan anak perusahaan dan berbagai pusat penelitian serta pengembangan di Israel didorong oleh AS. Israel mengklaim kebutuhan keamanan memicu perkembangan tak tertandingi dalam layanan penjara dan pengawasannya yang berupa jaringan CCTV, pengawasan biometrik, jaringan pos pemeriksaan berteknologi tinggi, 'tembok pintar' dan pengawasan drone, komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan analisis data yang mendukung personel militer di lapangan.
a. NSO Group
Perkembangan perusahaan teknologi Israel itu disokong infrastruktur dan strategi militer. Adapun Mantan anggota unit 8200 mendirikan NSO Group. Pembuatan perusahaan itu dilakukan untuk mengawasi ponsel pintar secara rahasia seperti spyware Pegasus yang digunakan untuk mengawasi aktivis Palestina dan dilisensikan secara global untuk menargetkan para pemimpin, jurnalis, dan pembela hak asasi manusia.
b. IBM
Operasi perusahaan itu berlangsung sejak 1972 di Israel. Fokus IBM adalah untuk melatih personel militer atau intelijen di bidang teknologi dan usaha rintisan.
Operasi dan peningkatan basis data pusat Otoritas Kependudukan, Imigrasi, dan Perbatasan (PIBA) dilakukan IBM Israel sejak 2019. Dari hal itu, IBM memungkinkan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan data biometrik oleh pemerintah tentang warga Palestina, dan mendukung rezim perizinan diskriminatif Israel.
"Sebelum IBM, Hewlett Packard Enterprises (HPE) mengelola basis data ini dan anak perusahaannya di Israel masih menyediakan server selama masa transisi. HP telah lama mengaktifkan sistem apartheid Israel, memasok teknologi ke COGAT, layanan penjara, dan polisi. Sejak HP terpecah menjadi HPE dan HP Inc. pada 2015, struktur bisnis yang tidak transparan telah mengaburkan peran tujuh anak perusahaan mereka yang tersisa di Israel," tulis laporan tersebut.
(dil/apl)