Seorang oknum dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), diduga mencabuli sejumlah mahasiswinya. Para korban memutuskan melapor usai menonton Walid, tokoh utama dalam serial Bidaah asal Malaysia.
Perwakilan Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, menuturkan aksi terduga pelaku sudah berlangsung empat tahun terakhir.
"Ada yang dilakukan tahun 2021, 2022, 2023, 2024 juga ada," kata Joko saat ditemui Selasa (20/5/2025), dilansir detikBali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joko menerangkan korban kekerasan seksual dosen itu merupakan tujuh mahasiswi penerima beasiswa Bidikmisi. Dugaan pencabulan itu dilakukan pelaku di lingkungan asrama UIN Mataram.
Pelaku Manipulasi Korbannya
Joko menjelaskan, pelaku menjalankan aksinya dengan modus manipulasi emosional. Para korban selalu dibujuk agar menganggapnya sebagai sosok orang tua mereka.
"Sehingga kemudian, dia bisa memanipulasi (korban) untuk kemudian anak-anak (mahasiswi) itu mau menuruti apa yang menjadi kemauan dari si pelaku," ujarnya.
Pencabulan yang dilakukan pelaku, tutur Joko, mulai dari mencium, meraba, hingga meminta korban melakukan tindakan seksual tertentu.
"Kejadiannya di ruang asrama. Ada yang malam hari (kejadiannya), (korban) disuruh tidur di salah satu tempat, terus melakukannya (pencabulan)," lanjutnya.
Joko menyebutkan tidak ada ancaman langsung yang dilakukan pelaku. Namun, para korban takut menolak karena posisi pelaku yang memiliki jabatan di asrama.
"Tidak ada (ancaman), lebih ke manipulasi korban. Korban juga ketakutan (beasiswa) dicabut meskipun dia (pelaku) tidak melakukan secara langsung (ancaman mencabut beasiswa bidikmisi)," kata Joko.
Melapor Usai Menonton Bidaah
Joko melanjutkan, para korban akhirnya bersedia mengungkapkan kasusnya usai menonton film Bidaah. Mereka disebut terinspirasi usai menontonnya.
"Jadi, karena menonton film Walid (pemeran laki-laki film Bidaah), akhirnya kemudian ada keberanian untuk dia berani melapor," paparnya.
Joko berkata, sebenarnya para korban sudah menyampaikan pencabulan tersebut ke birokrasi kampus. Namun, laporannya tidak ditindaklanjuti, membuat korban akhirnya mengadukan kekerasan seksual itu ke koalisi.
Dikatakan Joko, beberapa korban ada yang statusnya aktif sebagai mahasiswi. Ada juga yang sudah lulus.
"Korban ini, ada yang sudah menjadi alumni dan masih aktif menjadi mahasiswi. Sementara, yang hari ini kami bawa (untuk diperiksa) baru tiga orang. Besok Kamis (22/5) ada dua lagi," jelasnya.
Polisi Selidiki
Kasus dugaan pencabulan tersebut sudah dilaporkan ke Polda NTB pada Selasa. Dirreskrimum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat membenarkan adanya laporan tersebut.
"Saat ini korban masih diinterogasi," ujar Syarif saat dihubungi detikBali.
Syarif menambahkan, pihaknya belum bisa menjelaskan detail modus yang dilakukan pelaku lantaran kasus masih dalam tahap penyelidikan.
"Masih penyelidikan," bebernya.
detikBali telah menghubungi Kasubag Humas UIN Mataram, Sapardi, untuk mengonfirmasi kasus ini. Namun hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan