Niat dan Tata Cara Puasa Syaban Beserta Keutamaannya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 30 Jan 2025 20:06 WIB
Ilustrasi puasa. Foto: Freepik
Jogja -

Selama Syaban berlangsung, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunnah Syaban. Sebelum mulai menunaikan amalan ini, cari tahu dulu niat, tata cara, dan keutamaan puasa Syaban, yuk!

Dalam sistem penanggalan Hijriah, Syaban diapit oleh dua bulan istimewa, yakni Rajab dan Ramadhan. Pada bulan ini terdapat amalan yang bisa dilakukan umat Islam untuk meraih keutamaan yang berlimpah, yaitu menunaikan puasa sunnah.

Nah, berhubung kalender sudah menunjukkan dimulainya Syaban 1446 Hijriah, pelajari niat, tata cara, dan keutamaan puasa Syaban melalui uraian berikut ini!

Niat Puasa Syaban

Tentunya, detikers sudah paham betul bahwasanya setiap ibadah mesti dilandasi niat. Niat sendiri letaknya ada di dalam hati dan tidak perlu diucapkan. Disadur dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah oleh Hari Ahadi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan:

فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَقُولُ قَبْلَ التَّكْبِيرِ شَيْئًا ية لا فِي الطَّهَارَةِ وَلَا فِي الصَّلَاةِ وَلا في ال وَلَا أَمَرَ أَحَدًا أَنْ وَلَمْ يَكُنْتَ بِاليَّةِ لَا ولا في الحج. يتلفظ بالنية.. وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ مُسْتَحَبًّا لَفَعَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَعَلِمَهُ الْمُسْلِمُونَ.

"Nabi Muhammad, beliau sebelum bertakbiratul ihram tidak membaca apapun, beliau juga tidak melafalkan niat baik sebelum bersuci, sebelum sholat, sebelum berpuasa, sebelum berhaji, maupun ibadah-ibadah lain. Para Khulafaur Rasyidin juga demikian. Nabi Muhammad pun tidak pernah memerintahkan pada seorang pun untuk melafalkan niat. Seandainya melafalkan niat adalah hal yang dianjurkan maka tentunya sudah dilakukan oleh Nabi dan pasti itu diketahui oleh umat Islam." (Majmu' al-Fatawa, XXII/221-222)

Namun, ada juga pendapat yang menyebut hukum membaca niat sebagai sunnah. Bila detikers mengikuti pendapat kedua dan berniat mengerjakan puasa sunnah Syaban, begini lafalnya sebagaimana dikutip NU Online:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnati Sya'bana lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Syaban esok hari karena Allah SWT."

Tata Cara Puasa Syaban

Dikutip dari laman resmi NU Lampung, puasa sunnah Syaban dikerjakan dengan cara yang sama dengan puasa-puasa lain, meliputi:

  • Berniat. Niat ini dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawal. Dengan catatan, bila dilakukan pada siang hari, belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
  • Makan sahur. Disunnahkan makan sahur sebagaimana ajaran Rasulullah SAW.
  • Melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala pembatal-pembatalnya.
  • Saat berpuasa, detikers juga mesti menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa, seperti berkata kotor.
  • Berbuka saat Matahari terbenam atau waktu maghrib.

Keutamaan Puasa Syaban

Dengan menjalankan puasa Syaban, artinya detikers sudah mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Pasalnya, Nabi Muhammad SAW diketahui paling banyak mengerjakan puasa pada bulan Syaban ketimbang bulan-bulan lain.

Diambil dari buku Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah oleh Abu Ubaidah Yusuf dan Abu Abdillah Syahrul Fatwa, Aisyah RA berkata:

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ, وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Artinya: "Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah mengetahui beliau lebih banyak berpuasa daripada di bulan Syaban." (HR Bukhari no 1969 dan Muslim no 782)

Dalam riwayat lain:

كان أحبَّ الشُّهور إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أن يصومه شعبان ، بل كان يصله برمضان

Artinya: "Bulan yang paling disukai oleh Rasulullah SAW untuk beliau isi dengan puasa ialah Syaban. Bahkan beliau menyambung puasa Syaban dengan Ramadhan." (HR Abu Dawud no 2431, an-Nasa'i no 2350, dan Ahmad no 25548)

Larangan Puasa Syaban

Sebelum mengerjakan puasa Syaban, ada sejumlah larangan yang perlu detikers ketahui. Dirujuk dari buku Kumpulan Artikel Sya'ban dan Ramadhan oleh Ammi Nur Baits, ada sebuah hadits dari Abu Hurairah RA yang melarang seseorang berpuasa jika pertengahan Syaban sudah tiba.

Di sisi lain, ada juga hadits riwayat Aisyah yang justru menyatakan Nabi Muhammad SAW berpuasa dua bulan berturut-turut, yakni Syaban dan Ramadhan. Sekilas, kedua hadits ini tampak bertentangan.

Menurut Imam al-Qurthubi, detikers bisa menyikapi kedua hadits ini dengan kompromi. Begini penjelasan lengkapnya:

"Tidak ada pertentangan antara hadits yang melarang puasa setelah memasuki pertengahan Syaban dengan hadits yang menceritakan bahwa Nabi SAW menyambung puasa Syaban dengan puasa Ramadhan. Kompromi memungkinkan untuk dilakukan. Dengan memahami bahwa hadits larangan puasa adalah untuk orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa sunnah, sementara keterangan untuk rajin puasa di bulan Syaban dipahami untuk orang yang memiliki kebiasaan puasa sunnah, agar tetap istiqomah dan menjalankan kebiasaan baiknya sehingga tidak terputus." (Aunul Ma'bud, 6: 330)

Selain larangan di atas, ada juga larangan lain yang menyatakan bahwa seorang muslim tidak boleh berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan tiba. Diambil dari buku Fikih Puasa karya Sofyan Chalid bin Idham Ruray, haditsnya berbunyi:

لا تقدموا رمضان يصوم يوم ولا يومين إلا رجل كان يصوم صَوْمًا، فَلْيَصُمه

Artinya: "Janganlah mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka silakan ia berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA)

Demikian pembahasan lengkap mengenai niat dan tata cara puasa Syaban plus keutamaannya. Jangan lupa diamalkan, ya, detikers!



Simak Video "Video Pangeran William soal Perubahan Iklim: Ancaman Ini Semakin Dekat"

(par/ahr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork