Kenapa Israel Menyerang Lebanon? Ini Sejarah dan Kronologinya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 02 Okt 2024 17:43 WIB
Ilustrasi Israel menyerang Lebanon. Foto: AP/Hussein Malla
Jogja -

Belakangan ini, wilayah Timur Tengah sedang mengalami prahara panas yang terjadi antara Palestina dengan Israel. Belum selesai konflik tersebut, kini pecah pergolakan lainnya antara Israel dan Lebanon. Berikut ini sejarahnya.

Dirujuk dari Washington Post, baru-baru ini, militer Israel mengklaim telah melakukan serangan terbatas yang terarah terhadap Hizbullah di Lebanon selatan pada Senin, 30 September 2024. Pihak Israel menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk membersihkan infrastruktur militer di sepanjang perbatasan untuk menghilangkan ancaman kepada penduduk Israel.

Bahkan, dikutip dari Aljazeera, Israel tampaknya bersiap untuk menggunakan 'segala cara' yang dipunya untuk menyerang Hizbullah. Selain itu, Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel, menjelaskan bahwasanya fase baru perang Israel-Hizbullah akan dimulai lagi.

"The next phase in the war against Hezbollah will begin soon (fase berikutnya dalam perang melawan Hizbullah akan segera dimulai)," jelasnya dalam pertemuan para kepala dewan lokal di Israel Utara, dikutip detikJogja pada Rabu (2/10/2024).

Sebelumnya, konflik antara Israel dengan Lebanon sejatinya telah terjadi sejak pertengahan abad ke-20 silam. Langsung saja, di bawah ini detikJogja siapkan sejarah ringkas perang Israel-Lebanon berdasarkan kronologi tahun terjadinya.

Sejarah Konflik Israel-Lebanon: Bermula sejak 1948

Diringkas dari Reuters, Aljazeera, The Conversation, dan Britannica, kronologi pertarungan antara Israel dan Lebanon bisa dilihat melalui paparan berikut:

1948-1949

Pada 29 November 1947, PBB membagi wilayah mandat Inggris di Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab. Hal ini langsung memicu konflik antara orang-orang Yahudi dan Arab di wilayah tersebut. Lalu, pada 15 Mei 1948, Israel menyatakan berdirinya negara mereka.

Keesokan harinya, gabungan pasukan dari Mesir, Yordania, Irak, Suriah, dan Lebanon melakukan perlawanan. Pasukan gabungan tersebut berhasil menduduki Palestina bagian selatan dan timur, wilayah yang tidak diberikan kepada orang Yahudi oleh pembagian PBB.

Dalam perkembangan selanjutnya, Israel berhasil memukul mundur serangan pasukan Arab yang terjadi berulang kali. Pada awal 1949, Israel melakukan gencatan senjata terpisah terhadap negara-negara Arab tersebut. Akibat perang ini, banyak orang Palestina yang terpaksa mengungsi.

1968

Pada tahun ini, Israel menghancurkan sejumlah pesawat penumpang di Bandara Beirut. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas serangan terhadap pesawat Israel oleh pasukan perjuangan Palestina. Selain itu, dengan berpindahnya PLO (Palestine Liberation Organisation) ke Lebanon, konflik di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon semakin memanas.

1973

Selama tahun-tahun 1970-an, gerilyawan Palestina melakukan serangkaian aksi serangan. Israel kemudian melakukan aksi balasan terhadap target-target di Lebanon sehingga menyebabkan banyak warga Lebanon menyelamatkan diri.

Di samping itu, pada 1973, pasukan Israel dalam penyamaran melakukan penembakan yang mengakibatkan tewasnya tiga pimpinan gerilya Palestina di Beirut. Hal ini dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan atlet Israel di Olimpiade Munich 1972.

1978

Israel melakukan invasi ke Lebanon selatan sekaligus mendirikan zona pendudukan sempit terhadap gerilyawan Palestina. Padahal, sebelumnya, PBB telah membentuk pasukan penjaga perdamaian bernama Unifil yang akan memastikan penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Lebanon.

Israel yang telah mengumumkan gencatan senjata pada 21 Maret 1978 mengingkari janjinya dan menetapkan 'zone of security'. Zona ini kemudian diberikan kewenangannya kepada milisi lokal Kristen setempat bernama Tentara Lebanon Selatan (South Lebanon Army/SLA).

1982

Israel kembali menginvasi Lebanon dalam operasi bernama 'Operation Peace for Galilee'. Kali ini, pasukan Israel bergerak maju hingga Beirut. Dalam invasi ini, ribuan pejuang Palestina terpaksa dievakuasi lewat laut usai pertempuran berdarah selama 10 minggu.

Selain itu, kekejian juga terjadi di Kamp Pengungsi Palestina Sabra dan Shatila. Di sana, ratusan warga sipil dibantai oleh milisi Kristen yang diperbolehkan masuk oleh Pasukan Israel. Dalam kekosongan politik akibat ditinggalkan PLO, Hizbullah dibentuk untuk melawan invasi Israel.

1983-1985

Pada 1983, dengan meningkatnya korban IDF (Israel Defence Forces) akibat serangan gerilya, Israel mundur ke selatan Sungai Awali. Perkembangan selanjutnya, yakni pada 1985, Israel mundur lebih jauh lagi kembali ke zona keamanan yang tetap dipertahankan.

1993

Israel mengeksekusi 'Operation Accountability' pada 1993 yang diklaim bertujuan menyerang Hizbullah secara langsung. Di samping itu, operasi ini bertujuan untuk menekan pemerintah Lebanon untuk turun tangan ikut campur dalam urusan Hizbullah.

1996

Hizbullah terus-menerus melakukan serangan terhadap pasukan Israel di Lebanon Selatan. Israel membalas dengan meluncurkan operasi kedua untuk menyerang Hizbullah, yakni 'Operation Grapes of Wrath'. Akibat operasi yang berlangsung selama 17 hari ini, lebih dari 200 orang tewas, termasuk setidaknya 106 warga sipil di Kompleks PBB Qana.

2000

Akibat serangan Hizbullah yang terus meningkat, baik dengan alat peledak rakitan maupun penembak jitu, Israel mengundurkan diri dari wilayah Lebanon Selatan. Hal ini juga dilakukan akibat tidak populernya pendudukan Israel di Lebanon dan protes keras warga sipil Lebanon.

2006

Pada 12 Juli 2006, Pasukan Hizbullah menyergap patroli IDF, menewaskan tiga tentara dan menculik dua orang. Sebagai balasan, Israel melakukan serangan udara dan tembakan artileri terhadap infrastruktur sipil Lebanon, diikuti dengan invasi darat ke Lebanon Selatan.

Menanggapi situasi tersebut, Hizbullah mengirimkan roket-roketnya ke Israel Utara dan melancarkan perang gerilya terhadap IDF. Perang ini berkecamuk selama 33 hari dan baru berakhir pada 14 Agustus 2006.

Diperkirakan, perang ini menyebabkan 1/200-1.300 warga Lebanon dan 61-158 warga Israel tewas. Selain itu, pengungsian besar-besaran juga dilakukan, baik oleh penduduk Israel Utara, maupun Lebanon Selatan.

2023-2024

Yang terbaru, pada Oktober 2023, Hizbullah melancarkan serangan roket ke Israel. Tujuannya adalah mendukung Gaza yang kala itu tengah dibombardir Israel. Eskalasi tingkat tinggi yang terjadi antara Israel dan Lebanon menyebabkan banyak penduduk sipil yang belum bisa kembali ke rumah mereka.

Nah, itulah sejarah ringkas konflik antara Israel dan Lebanon yang telah memanas sejak 1948 silam. Semoga informasinya bermanfaat.



Simak Video "Serangan Besar-besaran Israel ke Lebanon Tewaskan 492 Orang"

(par/cln)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork