Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? Ini Tahapan Berdasarkan Siklus Hidrologi

Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? Ini Tahapan Berdasarkan Siklus Hidrologi

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Rabu, 25 Sep 2024 08:29 WIB
Ilustrasi hujan
Ilustrasi hujan. Foto: Getty Images/iiievgeniy
Jogja -

Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang sering kita jumpai. Namun, pernahkah kamu berpikir bagaimana proses terjadinya hujan hingga butiran air tersebut turun ke bumi, detikers?

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Ternyata, hujan dapat terjadi setelah melalui proses atau siklus yang cukup panjang, dimulai dari penguapan, kondensasi, pembentukan awan, dan presipitasi.

Penasaran bagaimana hujan bisa terjadi? Mari simak penjelasannya yang dihimpun dari Buku Saku Klimatologi: Iklim dan Cuaca Kita terbitan BMKG dan laman Balai Pusdataru PC Provinsi Jawa Tengah berikut ini, detikers!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses Terjadinya Hujan

Menurut siklus hidrologi, proses terjadinya hujan terbagi ke dalam empat tahap utama yang dimulai dengan evaporasi dan berakhir dengan presipitasi. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Evaporasi (Penguapan)

Proses siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari permukaan bumi, seperti lautan, sungai, dan danau. Sumber utama energi untuk proses ini adalah matahari, yang memanaskan air sehingga berubah menjadi uap air. Tidak hanya dari badan air, uap air juga berasal dari tanaman melalui proses yang disebut transpirasi.

ADVERTISEMENT

Uap air yang dihasilkan dari proses ini akan naik ke atmosfer. Karena uap air lebih ringan daripada udara di sekitarnya, uap air akan terus bergerak ke atas menuju lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung secara terus-menerus, menciptakan kelembapan yang cukup untuk langkah berikutnya dalam siklus hidrologi.

2. Kondensasi

Setelah uap air mencapai lapisan atmosfer yang lebih tinggi, suhu di sekitarnya menjadi lebih dingin. Uap air yang bertemu dengan suhu yang lebih rendah ini mengalami kondensasi, yaitu proses perubahan dari gas (uap) menjadi cairan (tetesan air). Proses kondensasi ini menghasilkan embun atau titik-titik air kecil yang pada akhirnya bergabung membentuk awan.

Awan terbentuk ketika titik-titik air hasil kondensasi berkumpul dalam jumlah yang cukup besar. Semakin tinggi titik embun, semakin banyak embun yang terbentuk dan semakin padat awan yang dihasilkan. Kondensasi merupakan tahap penting yang menandakan persiapan uap air untuk kembali ke bumi sebagai hujan.

3. Pembentukan Awan

Setelah terjadi kondensasi, angin memainkan peran penting dalam menggerakkan awan-awan yang terbentuk. Awan-awan ini akan bergerak menuju area dengan tekanan udara yang lebih rendah. Selama perjalanan ini, awan-awan tersebut dapat bertemu dan bergabung, membentuk awan yang lebih besar dan lebih padat.

Awan yang semakin besar dan kelabu menandakan bahwa butiran air di dalamnya semakin banyak dan berat. Pembentukan awan ini adalah indikasi bahwa siklus hidrologi semakin mendekati tahap akhir, yaitu presipitasi atau hujan.

4. Presipitasi (Hujan)

Ketika awan-awan sudah cukup besar dan titik-titik air di dalamnya semakin berat, mereka tidak lagi dapat ditahan di udara. Akibatnya, butiran-butiran air ini akan jatuh ke permukaan bumi sebagai presipitasi, yang kita kenal sebagai hujan. Hujan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti gerimis, hujan deras, atau bahkan salju, tergantung pada suhu dan kondisi atmosfer saat itu.

Presipitasi adalah tahap akhir dari siklus hidrologi, di mana air yang jatuh ke bumi dapat mengalir kembali ke lautan, meresap ke dalam tanah, atau diintersepsi oleh tanaman sebelum akhirnya menguap kembali. Proses ini menunjukkan bagaimana siklus air di bumi berlangsung secara terus-menerus dan berulang.

Tipe Hujan Berdasarkan Proses Pembentukannya

Dikutip dari buku Pemanenan Air Hujan Sebagai Alternatif Solusi Penyediaan Air oleh Ir Diah Novianti MA, hujan terbagi ke dalam empat tipe berdasarkan proses terjadinya. Apa saja? Mari kita simak penjelasannya!

1. Hujan Konvektif

Hujan konvektif terjadi karena perbedaan suhu antara permukaan tanah dan lapisan udara di atasnya. Ketika permukaan tanah memanas, udara di atasnya juga ikut memanas dan naik ke atmosfer. Ketika udara naik, suhunya menurun, menyebabkan uap air mengembun dan membentuk awan kumulus.

Awan kumulus yang terbentuk dari pengembunan uap air ini akan terus menumpuk kelembapan hingga titik-titik airnya tidak lagi dapat ditahan oleh awan. Ketika hal ini terjadi, hujan dengan intensitas tinggi turun di wilayah yang relatif kecil dan berlangsung cepat. Jika terjadi di atas lautan tropis, proses ini bisa memicu badai tropis.

2. Hujan Orografis

Hujan orografis terjadi ketika udara yang sarat dengan uap air bergerak ke arah pegunungan. Ketika udara ini bertemu dengan gunung, ia terpaksa naik ke ketinggian yang lebih tinggi. Saat udara naik, suhunya menurun, menyebabkan kondensasi dan pembentukan awan.

Kondensasi ini akhirnya menghasilkan curah hujan di sisi pegunungan yang menghadap angin. Jika suhu cukup dingin di ketinggian tersebut, presipitasi bisa turun dalam bentuk salju. Hujan orografis sering terjadi di daerah pegunungan, dan curah hujannya bisa sangat signifikan.

3. Hujan Frontal

Hujan frontal terjadi akibat pertemuan dua massa udara yang berbeda suhu, yaitu udara panas dan udara dingin. Ketika kedua massa udara ini bertemu, udara panas yang lebih ringan naik di atas udara dingin yang lebih berat. Proses ini menyebabkan kondensasi dan pembentukan awan yang besar.

Hujan frontal biasanya disertai badai petir dan kilat, dan dapat bertahan dari beberapa menit hingga beberapa jam. Jenis hujan ini sering terjadi di daerah lintang sedang, di mana pertemuan antara massa udara hangat dan dingin lebih umum terjadi.

4. Hujan Muson

Hujan muson terjadi karena angin muson yang bertiup antara Benua Asia dan Australia. Angin ini membawa banyak uap air ketika melewati lautan, terutama selama musim hujan. Ketika angin muson yang sarat dengan uap air ini mencapai daratan, ia menyebabkan pembentukan awan dan curah hujan.

Hujan muson sering terjadi di wilayah-wilayah seperti India, Asia Tenggara, dan beberapa kawasan lainnya. Curah hujan yang terjadi biasanya sangat besar dan berlangsung selama beberapa bulan, memberikan kontribusi besar terhadap musim hujan di wilayah-wilayah tersebut.

Jadi, sudah paham bagaimana proses terjadinya hujan kan, detikers? Semoga penjelasan di atas bermanfaat!




(par/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads