Biografi Ki Hadjar Dewantara Lengkap: Pendidikan, Perjuangan, Prestasinya

Biografi Ki Hadjar Dewantara Lengkap: Pendidikan, Perjuangan, Prestasinya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 01 Mei 2024 15:50 WIB
ilustrasi ki hajar dewantara
Ilustrasi Ki Hadjar Dewantara. Foto: Fuad Hasyim/detikcom
Jogja -

Nama Ki Hadjar Dewantara sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kendati demikian, tidak ada salahnya bagi kita untuk menyelami sosoknya lebih dalam lagi. Di bawah ini biografi Ki Hadjar Dewantara, lengkap dengan pendidikan hingga prestasinya.

Sebelum beranjak pada pembahasan utama, tahukah detikers bahwa ia termasuk pahlawan kemerdekaan? Dikutip dari situs Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumbar, Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 28 November 1959 melalui SK Presiden Nomor 305.

Tak hanya itu, tanggal lahirnya, 2 Mei, juga selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tujuannya adalah untuk menghargai dan mengenang jasa-jasa beliau bagi Indonesia, terkhusus di bidang pendidikan sebagaimana informasi dari situs resmi Dinas Pendidikan Pekanbaru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanpa berlama-lama lagi, di bawah ini telah detikJogja siapkan biografi singkat Ki Hadjar Dewantara, lengkap dengan pendidikan, perjuangan, dan prestasinya.

Biografi Ki Hadjar Dewantara

Dirujuk dari buku Ki Hajar Dewantara karya Suhartono Wiryopranoto dkk, bapak pendidikan Indonesia ini lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

ADVERTISEMENT

Dari namanya sudah terlihat, bahwa ia merupakan keturunan ningrat. Dalam skrispi berjudul Ki Hadjar Dewantara (1889-1959): Perjuangan dan Kiprahnya dalam Pendidikan karya Nur Aini, diketahui bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah cucu dari Paku Alam III. Ayahnya adalah Pangeran Ario Suryaningrat, sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Sandiah.

Sejak kecil, Ki Hadjar Dewantara telah belajar banyak hal. Di antaranya adalah seni sastra, gending, seni suara, dan agama Islam. Akibatnya, jiwanya menjadi lembut. Namun, di balik kelembutan itu, ia menentang dengan keras praktik kolonialisme dan feodalisme yang marak terjadi.

Pada 4 November 1913, Ki Hadjar Dewantara menikah dengan sepupunya, Raden Ajeng Sutartinah. Dari pernikahannya, ia dikaruniai enam orang anak. Kesemuanya adalah:

  1. Subroto Aryo Mataram
  2. Asti Wandasari
  3. Ratih
  4. Sudiro
  5. Bambang Sukowati
  6. Syailendra

Semasa hidupnya, Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan pendidikan bagi bangsanya. Ia terus berusaha sampai akhir hidupnya. Berbagai hukuman telah dideritanya demi kepentingan bangsa Indonesia.

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan, Ki Hadjar Dewantara menghembuskan nafas terakhirnya pada 28 April 1959. Jasadnya kemudian disemayamkan di Yogyakarta, tepatnya di Taman Wijaya Brata. Taman tersebut kini berstatus cagar budaya dengan nomor registrasi 3471131003.2.2016.8.

Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Sebagai seorang priyayi, Ki Hadjar Dewantara mendapat kesempatan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sekolah yang terletak di Kampung Bintaran ini, Ki Hadjar menempuh pendidikan selama tujuh tahun sebelum lulus.

Ia kemudian melanjutkan sekolah di sekolah guru atau Kweekschool. Dilihat dari dokumen yang disediakan repository IAIN Kudus, pada 1905, dr Wahidin Sudiro Husodo datang dan menawarkannya kesempatan beasiswa di STOVIA, sekolah dokter terkenal.

Ki Hadjar Dewantara menerima tawaran tersebut dan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Selain menimba ilmu, di STOVIA, Ki Hadjar juga mulai mengenal politik akibat pergaulannya dengan pelajar-pelajar lain. Lambat laun, rasa nasionalismenya terpupuk tinggi.

Namun, ia tidak lama menempuh pendidikan di STOVIA. Ki Hadjar dikeluarkan dan beasiswanya dicabut karena alasan sakit. Kendati demikian, selain sakit, alasan lain yang melatarbelakangi kejadian ini adalah politik.

Suatu ketika, Ki Hadjar Dewantara mendeklamasikan suatu sajak. Sajak tersebut mengisahkan Alibasyah Sentot Prawirodirjo sebagai seorang panglima perang. Oleh Multatuli, sajak itu diubah ke dalam bahasa Belanda. Akibatnya, ia dimarahi oleh direktur STOVIA dan kemudian dikeluarkan.

Ki Hadjar Dewantara baru menempuh pendidikan lagi pada tahun 1913-1919 tatkala dirinya diasingkan ke Belanda. Ia belajar dalam bidang pendidikan, jurnalistik, dan seni drama. Pada 1914 ia juga tercatat mengikuti sekolah percobaan Jan Ligthart dalam latihan penyelenggaraan sekolah tersebut.

Perjuangan Ki Hadjar Dewantara

  • Bidang Jurnalistik

Awal perjuangan Ki Hadjar Dewantara dimulai melalui bidang jurnalistik. Mulanya, ia bergabung sebagai pembantu harian di Sedyo Tomo dan surat kabar Midden Java.

Usai membaca tulisan-tulisannya, Douwes Dekker yang kagum, meminta Ki Hadjar untuk masuk ke De Express. Bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, ketiganya memberikan kritikan keras kepada pemerintah Belanda.

Selain De Express, Ki Hadjar juga menjadi anggota redaksi harian Kaoem Moeda, Oetoesan Hindia, Tjahaya Timur, dan Pusara. Bahkan, pada masa pembuangannya, Ki Hadjar aktif dalam menjadi redaktur majalah Hindia Putera dan De Indier.

Pada 1918, ketika masih menjalani masa pembuangan, Ki Hadjar Dewantara mendirikan kantor berita Indonesische Persbureau di Den Haag. Kantor ini didirikan dengan tujuan menjadi pusat pemberitaan untuk Indonesia. Ia juga berperan mengasuh majalah Het Tijdschirft yang berlokasi Bandung.

Dalam bidang jurnalistik, keahliannya berbahasa Belanda sekaligus mengolah kata, digunakan untuk mengkritik pemerintah Hinda-Belanda dengan keras. Kendati pesan yang disampaikan keras, ia berhasil menyusunnya dalam bahasa yang lembut nan santun.

  • Bidang Politik

Perjuangan Ki Hadjar Dewantara juga dilakukannya melalui partai politik. Usai bergabung pada Boedi Oetomo (1908) dan Sarekat Islam (1912), bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, Ki Hadjar mendirikan Indische Partij.

Partai ini menjadi partai politik yang didirikan pertama kali dan dikenal luas. Partai ini secara terang-terangan menyatakan tujuannya untuk memerdekakan Indonesia. Dalam perjuangannya, Indische Partij melakukan beberapa usaha, seperti:

  1. Memelihara nasionalisme dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan.
  2. Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras.
  3. Memperkuat ketahanan kaum Hindia untuk bila perlu mempertahankan tanah air dari serangan asing.
  4. Memperbesar pengaruh ekonomi bangsa Hindia.
  5. Melawan usaha-usaha yang bertujuan membangkitkan kebencian agama dan sektarisme.

Akibat kerasnya perjuangan dan kritikan dari Ki Hadjar, dirinya ditangkap dan dibuang ke Bangka. Namun, tidak lama kemudian, ia dikirim ke Belanda bersama istrinya. Di sana perjuangannya terus dilanjutkan hingga akhirnya kembali ke Indonesia pada 1921.

  • Bidang Pendidikan

Sejak 1921, perjuangan Ki Hadjar berubah lewat lapangan perguruan nasional. Awalnya, ia bergabung dengan kelompok studi bernama Slasa Kliwon yang dipimpin Pangeran Suryomentaram. Bersamanya, tergabung juga Subono, Prawirowiworo, hingga Suryo Putro.

Berdasarkan rapat studi kelompok tersebut, Ki Hadjar Dewantara ditugaskan untuk mendidik rakyat. Karenanya, pada 3 Juli 1922, ia mendirikan Perguruan Taman Siswa.

Melalui perguruan ini, Ki Hadjar mencurahkan tenaga dan pikirannya bagi rakyat pribumi. Setiap anak didiknya ditanamkan patriotisme, heroisme, dan kesanggupan berdikari. Ki Hadjar menerapkan tujuh asas di perguruan ini, yakni:

  1. Seseorang merdeka untuk mengatur dirinya sendiri dengan tetap mengingat kedamaian dan ketertiban.
  2. Asas kemerdekaan dalam cipta, rasa, dan karsa.
  3. Asas kebudayaan sendiri.
  4. Asas kerakyatan.
  5. Asas berhamba kepada sang anak.
  6. Asas kekeluargaan.
  7. Asas hidup hemat dan sederhana.

Hingga kini, Perguruan Taman Siswa masih berdiri kokoh di Kota Jogja. Tempat ini adalah monumen perjuangan yang akan selalu mengingatkan generasi penerus akan jasa Ki Hadjar Dewantara dan rekan-rekannya dalam memajukan pendidikan bangsa.

Prestasi Ki Hadjar Dewantara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Jika berbicara prestasi, ada banyak prestasi Ki Hadjar yang tidak dapat dituliskan satu per satu. Di antaranya adalah:

  1. Mendirikan Perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922
  2. Dilansir National Geographic Indonesia, oleh UNESCO namanya masuk sebagai 10 orang berpengaruh di dunia, khususnya dari bidang pendidikan.
  3. Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama (diangkat pada 1956)
  4. Mendapat gelar Pahlawan Nasional Indonesia
  5. Menciptakan konsep pendidikan modern di Taman Siswa

Nah, itulah biografi Ki Hadjar Dewantara, lengkap dengan pendidikan, perjuangan, dan prestasinya. Semoga menambah wawasan detikers sekalian, ya!




(cln/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads