- Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #1: Hari Raya Momentum Peningkatan Ketakwaan setelah Ramadhan
- Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #2: Lebaran, Momentum Petik Hikmah Ramadhan
- Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #3: Spirit Takwa Majukan Umat dan Bangsa
- Khutbah Idul Fitri Menyentuh Hati #4: Jaminan dari Allah setelah Puasa Ramadhan
- Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #5: Lewat Idul Fitri, Mari Kembali Mempererat Kesatuan Bangsa
Khutbah Idul Fitri akan dibawakan oleh imam usai sholat Id selesai dikerjakan. Biasanya, khutbah ini akan memakan waktu lima sampai sepuluh menit. Bagi yang membutuhkan, cek lima khutbah Idul Fitri 2024 yang menyentuh hati plus doanya di bawah ini.
Dikutip dari buku Fikih Zakat Fithri dan Sholat Idul Fithri karya Syahrul Fatwa dan Abu Ubaidah, adanya khutbah ini didasarkan pada hadits:
عَنَ ابْنِ عَبَاسٍ ، قَالَ: شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ رَسُوْلِ الله ﷺ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ, فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّوْنَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Dari Ibnu Abbas, ia berkata: 'Saya menyaksikan Ied bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua sholat lebih dahulu sebelum khutbah." (HR Bukhari no 962 dan Muslim no 884)
Materi yang dapat dibawakan pada khutbah Idul Fitri ini bermacam-macam. Di antaranya adalah masalah tauhid, syirik, aqidah, fiqih ibadah, dan lain sebagainya. Pun juga dapat membahas masalah kebangsaan yang sedang terjadi.
Tanpa berlama-lama lagi, simak lima khutbah Idul Fitri 2024 plus bacaan doanya berikut.
Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #1: Hari Raya Momentum Peningkatan Ketakwaan setelah Ramadhan
(sumber: tulisan KH Sholahudin al-Aiyub dalam situs resmi Majelis Ulama Indonesia)
الله أكبر (×9) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله الذي جعل عيد الفطر يوم الجائزة والثواب، يلبسُ فيه المسلمون أجمل الثياب؛ استعدادًا لزيارة الأهل والأحباب، التماسا لرضا رب الأرباب. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الملك التواب، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المصطفى المحبوب. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تبعهم من ماض وآت. أمَّا بعدُ،
فيا عباد الله! اتَّقوا الله وأطيعوا وكبِّروه تكبيرا.
Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,
Sejak tadi malam, gema takbir, tahlil, dan tahmid terdengar saling bersahutan memenuhi ruang angkasa, menyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
Menandai perpisahan kita dengan bulan istimewa, yaitu Ramadhan yang penuh kasih sayang (rahmah) dan ampunan (maghfiroh) Allah SWT, serta penebus api neraka ('itqun minan-nar).
Syukur Alhamdulillah, kita tahun ini masih berkesempatan bertemu dengan Hari Raya yang penuh berkah ini. Semoga amal ibadah yang kita jalankan selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT, dan kita dianugerahi kesehatan dan kekuatan serta keistiqamahan untuk menjalankan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia...
Idul Fitri merupakan fase akhir dari semua aktivitas ibadah selama Ramadhan.
Kesungguhan atau mujahadah yang kita lakukan dalam mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) selama Ramadhan ditutup dan disempurnakan dengan aktivitas di hari raya Idul Fitri.
Puasa, qiyamullail, tadarus Alquran, itikaf, sedekah, dan amal kebaikan lainnya merupakan upaya kita sebagai hamba untuk menggapai ridha Allah SWT dan upaya mendekatkan diri kepadaNya. Semoga aktivitas ibadah dan amal shaleh yang kita lakukan selama Ramadhan dapat mencuci dan membersihkan diri kita yang selama ini bergelimang dosa dan kesalahan.
Hari ini kita telah kembali menjadi fitri atau bersih, sebagaimana dulu kita dilahirkan oleh ibu kita. Karena itu hari raya ini disebut Idul Fitri, artinya kembali kepada fitrah manusia. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ... الحديث
Artinya: "Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih)...."
Oleh karenanya, di hari yang fitri ini, penting bagi kita untuk menyempurnakannya dengan bersilaturahim antarkerabat, antarteman dan sahabat, serta antar tetangga untuk saling memohon maaf dan saling memaafkan kesalahan dan kekhilafan. Sebab setiap anak manusia pasti mempunyai kesalahan, dan sebaik manusia adalah yang meminta maaf atas kesalahannya tersebut.
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاؤُوْنَ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ اَلتَّوَّابُوْنَ
Artinya: "Setiap manusia pasti punya kesalahan. Dan sebaik orang bersalah adalah yang meminta maaf".
Sebagai bagian dari penyempurnaan ibadah selama Ramadhan ada satu ibadah lagi yang disyariatkan untuk dilaksanakan di bulan Syawal ini. Yaitu puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.
Artinya: "Barangsiapa telah berpuasa Ramadhan kemudian menyusulinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka pahalanya seperti pahala puasa setahun."
Selain itu, di hari raya Idul Fitri ini juga menjadi momentum yang baik bagi kita semua untuk menghitung dan mengkalkulasi apakah ibadah yang kita lakukan telah kita resapi dengan baik, telah kita fahami dan internalisasi dengan seksama, sehingga tujuan disyariatkannya ibadah tersebut betul-betul membekas dalam diri kita dan teraktualisasi dalam kehidupan keseharian kita.
Setiap ibadah yang disyariatkan kepada kita, pasti ada tujuan di baliknya. Selain tujuan transendental, yaitu tujuan yang bersifat vertikal hubungan antara kita sebagai hamba dengan Allah SWT sebagai Dzat Yang Mahakuasa, juga ada tujuan yang lebih khusus, yaitu pembentukan karakter positif bagi orang yang menjalaninya sehingga ukuran keberhasilan sebuah ibadah bukan hanya diukur dari sisi peningkatan religiusitas saja, tapi juga diukur sejauh mana nilai ibadah tersebut tertransformasi dalam karakter pribadi yang termanifestasi dalam kehidupan keseharian.
Misalnya ibadah sholat. Banyak yang memahami sholat merupakan aktivitas rihlah ruhaniyah (aktivitas spiritual) semata, yang tidak ada hubungannya dengan dunia. Padahal jika ditilik di ayat yang menyatakan syariat sholat, didapat tujuan sholat yang tertulis (manshush) adalah agar sholat menciptakan karakter yang mencegah perbuatan keji dan munkar.
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ [العنكبوت: 45]
Artinya: "Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar."
Ayat tersebut jelas menyebutkan bahwa ukuran kesahihan sholat adalah apabila telah mengubah karakter seseorang yang melakukan sholat sehingga tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar. Hal itu dipertegas dengan sabda Nabi:
مَنْ لَمْ تَنْهَ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
Artinya: "Barangsiapa sholatnya tidak mengubahnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka tidak bertambah hubungan dia dengan Allah kecuali semakin jauh."
Hal yang sama juga berlaku untuk ibadah puasa. Bukan hanya untuk menempa dan menaikkan aspek spiritual, ibadah puasa juga memiliki tujuan spesifik, yaitu menjadi seorang yang muttaqin:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada umat terdahulu, supaya kamu bertakwa".
Ayat tersebut menyatakan secara jelas (manshush) bahwa output diwajibkannya puasa Ramadhan adalah agar orang yang menjalankannya menjadi pribadi bertakwa. Di ayat lain disebutkan tanda orang bertakwa.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ # والَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: "(orang bertakwa yaitu) Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."(QS Ali Imran : 134-135)
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia...
Ayat tersebut memberikan panduan pada kita untuk mengenali tanda orang bertakwa itu seperti apa. Ayat ini menyebut ada empat tanda:
Pertama, Karakter dermawan, atau terbiasa membantu orang lain, baik dalam keadaan berkecukupan atau sedang dalam kondisi kekurangan, baik dalam kondisi bahagia atau susah. (الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ).
Karakter dermawan yang konstan dan tidak berubah berdasarkan situasional seperti ini merupakan hal berat. Karena sudah menjadi fitrah manusia untuk mempunyai ikatan kuat dengan harta, apalagi yang diperoleh dengan cara susah payah.
Seseorang yang telah mampu mengeluarkan hartanya untuk membantu orang lain tanpa ada imbalan atau pamrih, maka itu merupakan tanda bahwa orang tersebut telah mampu menguasai perasaan dan nafsunya, yang secara naluriah senantiasa berusaha mempertahankan harta tersebut.
Orang yang telah memiliki karakter dermawan ini telah melewati pertentangan batin dalam dirinya. Ia telah mengalahkan nafsu serakahnya.
Perhitungannya tidak lagi menggunakan matematika kapitalis, bahwa harta yang dikeluarkan akan mengurangi hartanya. Ia telah menggunakan perhitungan matematika ilahiyah; bahwa harta yg diinfakkan untuk membantu orang lain pada dasarnya tidak berkurang, tapi justru akan bertambah. Karena Allah menjanjikan balasan yg berlipat ganda di dunia ini, ataupun di akherat kelak.
وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُه ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ (سبأ: 39)
Artinya: "Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya".
Kedua, karakter terbiasa menahan marah. (وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ). Marah merupakan kondisi psikologi yang terjadi ketika seseorang merasa kecewa, tertekan, atau terancam. Banyak cara untuk menyalurkan rasa marah, mulai dari cara yang sehat sampai tidak sehat. Marah yang tidak sehat biasanya ditandai dengan berteriak, mengkritik, atau berkelahi dengan orang lain.
Marah merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan fatal. Seseorang yang marah, maka akal sehatnya menjadi hilang dan mata batinnya tertutup sehingga apapun yg keluar darinya tidak akan dilandaskan pada akal sehat dan kejernihan hati.
Oleh karenanya, apabila sedang marah, sebaiknya berdiamlah, jangan mengambil keputusan apapun, lebih-lebih keputusan yang strategis. Tunggu sampai marahnya mereda. Jika memungkinkan, ambil wudhu dan laksanakan sholat. Ini berlaku untuk siapapun tidak memandang derajat sosial.
Di rumah tangga, saat ada masalah dengan pasangan hidup yang disebabkan oleh masalah apapun, segera berdiamlah, kunci mulut. Karena saat marah itu semua kebaikan pasangan akan hilang semua. Yang nampak hanyalah kejelekan dan kekurangannya. Maka tidak heran keretakan dalam rumah tangga biasanya diputuskan saat marah.
Jika terjadi perselisihan, ikutilah anjuran Rasulullah, yaitu tidak lebih dari 3 hari. Setelah itu segera lakukan rekonsiliasi. Begitu juga di ranah publik, tidak jarang permasalahan tertentu menyulut kemarahan.
Dan di saat marah itu mengambil keputusan yang strategis. Maka keputusan itu dapat diyakini tidak membawa kemaslahatan, karena diputuskan dengan tanpa kejernihan hati dan akal sehat.
Maka ayat ini mengingatkan, bahwa orang yang marah tapi dia bisa menahan dan menekan amarahnya itu, maka itu tanda termasuk orang yang muttaqin. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَظمَ غَيْظًا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى إِنْفَاذِهِ مَلَأَ اللهُ قَلْبَهُ أَمْنًا وَإِيْمَانًا
Artinya: "Barangsiapa mampu menahan amarahnya, sedang dia mempunyai kesempatan untuk menumpahkan amarahnya itu, maka Allah memenuhi hatinya dengan kedamaian dan keimanan." Di hadits lain Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ، لَكِنَّهُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
Artinya: "Orang yang kuat itu bukan yang jago berkelahi, akan tetapi orang yang mampu menahan diri di saat marah".
Ketiga, karakter pemaaf (وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ). Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki kesalahan pada orang lain, sedikit atau banyak, sesuai derajat kesalahannya.
Tidaklah mudah memaafkan kesalahan orang lain, apalagi jika kita dalam posisi yang jelas-jelas benar. Orang yang bertakwa tidak memedulikan itu, dia akan memaafkan kesalahan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
لَا يَكُونُ الْعَبْدُ ذَا فَضْلٍ حَتَّى يَصِلَ مَنْ قَطَعَهُ وَيَعْفُوْ عَمَّنْ ظَلَمَهُ وَيُعْطِي مَنْ حَرَّمَهُ
Artinya: "Seorang hamba tidak memiliki keutamaan sampai dia mampu tetap menyambung tali silaturrahim dari orang yang telah memutusnya, memberi maaf orang yang menzaliminya, dan memberi kepada orang yang menghalanginya".
Dalam kitab at-tafsir al-kabir disebutkan sebuah Riwayat sabda Nabi Isa 'alaihis salam:
لَيْسَ الْإِحْسَانُ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ، ذَلِكَ مُكَافَأَةُ، إِنَّمَا الْإِحْسَانُ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ.
Artinya: "Tidak disebut perbuatan baik jika kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik padamu. Itu semata imbal balik. Sesungguhnya perbuatan baik itu jika kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk padamu".
Keempat, cepat menyadari kesalahan dan segera memperbaiki diri.
(وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ).
Orang yang baik itu bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan. Karena setiap orang pasti pernah menjalani kesalahan.
Dalam kitab tafsir al-Kasyaf menyebutkan:
اَلْفَاحِشَةُ مَا يَكُونُ فِعْلُهُ كَامِلًا فِي الْقُبْحِ. وَظُلْمُ النَّفْسِ: هُوَ أَيُّ ذَنْبٍ كَانَ مِمَّا يُؤَاخِذُ الإِنْسَانُ بِهِ.
Artinya: "Arti al-fahisyah di ayat tersebut ialah aktifitas yang sepenuhnya tercela, sedangkan mendzalimi diri artinya kesalahan (kecil) yang berasal dari pergaulan antar manusia".
Orang yang baik itu orang yang segera sadar setelah menjalani dua atau salah satu dari dua jenis kesalahan itu, lalu segera bertaubat atas kesalahannya itu. Hal ini juga masuk dalam tanda orang bertakwa. Para ulama menyatakan:
لَيْسَ الصَّغَائِرُ بِالإِسْتِمْرَارِ # وَلَيْسَ الْكَبَائِرُ بِالإِسْتِغْفَارِ
Artinya: "Tidak ada namanya dosa kecil, jika dilakukan berulang-ulang. Dan tidak ada namanya dosa besar, jika segera diikuti permohonan ampun".
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia...
Empat karakter tersebut merupakan penjelasan Al-Quran tentang tanda-tanda ketakwaan. Siapa orang yang mampu menjadikannya sebagai karakter diri, dan diwujudkan dalam kehidupan keseharian, maka orang tersebut disebut orang bertakwa.
Puasa Ramadhan disebutkan oleh Al-Quran tujuannya ialah agar orang yang menjalankan puasa menjadi orang bertakwa, yang artinya memiliki empat karakter tersebut. Saat ini kita telah berada di hari raya Idul Fitri. Artinya kita telah menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Pertanyaannya apakah kita telah menjadi orang bertakwa, yaitu orang yang memiliki empat karakter di atas?
Dalam kesempatan yang baik ini, di hari yang fitri ini, saya mengajak kita semua untuk berusaha keras dengan sekuat tenaga untuk menjalankan empat karakter tersebut di kehidupan keseharian kita.
Hari-hari kita selepas Ramadhan kita upayakan untuk terus dihiasi dengan karakter terpuji (al-akhlak al-mahmudah) tersebut sehingga kita pantas disebut dengan orang yang bertakwa. Dan itu artinya puasa yang telah kita jalani selama Ramadhan telah mencapai tujuannya, sebagaimana disebut oleh Alquran al-karim.
بارك الله لي ولكم وتقبل الله صيامنا وصيامكم وجعلنا وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين والحمد لله رب العالمين.
اللهُ أَكْبَرُ، (x7 ) لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَاماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرْ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ! اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمْ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنْ، وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنْ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللّهُمَّ انْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْفَاجِرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. آمِيْنَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Baca juga: 5 Rukun Khutbah Idul Fitri, Apa Saja? |
Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #2: Lebaran, Momentum Petik Hikmah Ramadhan
(sumber: tulisan Ustadz M Tatam Wijaya dalam situs NU Online)
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
ad أَمّأَبَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ،صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمَ
Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah,
Tiada kata terindah yang layak terucap dari lisan kita pada kesempatan pagi hari ini selain Alhamdulillah. Puji dan syukur yang setinggi-tingginya kita panjatkan kepada Allah Dzat yang Maha Memberi nikmat, sekaligus mengantarkan kita hingga hari raya ini.
Setelah kita berjuang menahan haus dan lapar. Setelah kita berjihad melawan godaan nafsu dan syahwat. Akhirnya sampai di hari lebaran. Hari ketika diharamkan berpuasa dan diharuskan menikmati makanan.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam Habinana wa Nabiyyana Muhammad SAW. Sosok yang menjadi penghulu para nabi dan rasul. Nabi yang menjadi pembuka hidayah bagi umatnya. serta kepada para sahabatnya, para tabi'in, tabi tabi'in, hingga kepada kita semua yang senantiasa berharap diakui umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Khatib berpesan kepada diri pribadi dan jamaah Ied sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Atas perkenan-Nya, kita bisa berkumpul di tempat ini. Mengakhiri rangkaian ibadah Ramadhan, disertai dengan renungan bersama bagaimana kita meneruskan dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan yang baru saja kita lewati. Tujuannya agar kita semua memiliki orientasi yang jelas dalam melangkah ke depan.
Atas perkenan-Nya, kita bisa berkumpul di tempat ini. Mengakhiri rangkaian ibadah Ramadhan, disertai dengan renungan bersama bagaimana kita meneruskan dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan yang baru saja kita lewati. Tujuannya agar kita semua memiliki orientasi yang jelas dalam melangkah ke depan.
Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah,
Hikmah pertama, puasa Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah untuk umat Rasulullah agar dapat melipatgandakan pahala ibadah dan meraih bermacam-macam kebaikan. Sebagaimana diketahui, usia rata-rata umat Rasulullah itu hanya 60 tahunan.
Dengan adanya bulan Ramadhan, ibadah kita bisa menandingi ibadah umat-umat terdahulu yang usianya sampai ratusan tahun. Hal ini terjadi karena dilipatgandakannya ibadah umat Rasulullah di bulan Ramadhan, salah satunya melalui malam Lailatul Qadar. Allah berfirman dalam Surat Al-Qadar:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan."
Puasa memberi pelajaran bahwa Allah kuasa mengunggulkan suatu perkara di antara perkara-perkara yang lain. Dan bulan Ramadhan pun diunggulkan di antara bulan-bulan yang lain. Demikian halnya Allah mengunggulkan hamba-hamba-Nya di antara hamba-hamba yang lain. Sehingga tak heran kita mendapati ada manusia yang kaya, ada yang alim, ada yang tampan, dan seterusnya.
Di sisi yang lain, Allah juga kuasa menjadikan hamba-hamba sebaliknya dari keadaan itu. Artinya, bukan Allah tak kuasa membuat kaya semua hamba-Nya. Bukan Allah tidak kuasa memberi ilmu kepada semua hamba-Nya. Tapi di balik itu Allah memberikan keadilan dan hikmah yang luar biasa.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد
Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah,
Kedua, pelajaran penting lainnya dari Ramadhan adalah melahirkan hubungan dan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat hakikat hubungan dan rahasia itu kecuali Allah. Sehingga pantas tidak ada yang berhak membalas puasa kecuali Allah.
Sungguh, pelajaran Ramadhan yang satu ini sangat penting bagi kita untuk selalu mengaitkan segala sesuatu dengan Allah. Sehingga kita selamanya berhubungan dengan Allah, merasa dilihat dan diawasi oleh Allah.
Merasa diatur oleh Allah, merasa digerakkan oleh Allah, layaknya kita sedang berpuasa tak berani membatalkan puasa karena merasa dilihat Allah meski tak ada seorang pun yang melihat.
Intinya, segala sesuatu yang terjadi tak ada yang luput dari pengawasan dan ketentuan Allah. Begitu pula kita ibadah itu bukan karena makhluk, tetapi karena Allah. Sehingga harus merasa berada di hadapan Allah.
Selanjutnya, kita tidak berani berbuat dosa sebab merasa ditatap oleh Allah. Inilah ihsan, sebagaimana digambarkan Rasulullah saat ditanya malaikat Jibril.
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ؟، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: "Malaikat Jibril bertanya, "Wahai Rasulullah, apa artinya ihsan?" Beliau menjawab, "Ihsan itu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya. Kendati engkau tidak melihat-Nya, tetapi Dia selalu melihatmu," (HR. Ahmad).
Walhasil, pelajaran ini harus benar-benar dijiwai dengan menyadari bahwa ibadah kita hanya untuk Allah dan seperti berada di hadapan Allah. Kendati belum bisa merasa berada di hadapan Allah, sadarilah bahwa kita senantiasa ditatap oleh Allah.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد
Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah,
Ketiga, pelajaran Ramadhan adalah menyadarkan bahwa kewajiban berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan minum, hanya pada bulan Ramadhan.
Namun, puasa dari perkara yang haram itu sepanjang bulan bahkan seumur hidup. Jika selama puasa kita diperintah menahan diri dari perkara yang halal, maka apalagi perkara yang haram.
Nah, sesungguhnya puasa ingin memberi pelajaran kepada kita semua bahwa dalam segala hal tidak boleh berlebihan, termasuk dalam menikmati perkara yang halal. Ramadhan mengajarkan kita tentang kesederhanaan karena Allah tidak menyukai manusia yang berlebihan. Demikian sebagaimana yang diamanatkan dalam Al-Quran:
يا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya: "Wahai anak-cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang indah setiap (memasuki) masjid, juga makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan," (QS. Al-A'raf [7]: 31).
Malahan, dalam ayat yang lain, orang yang berlebihan itu diancam digolongkan ke dalam ahli neraka.
وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ
Artinya, "Sesungguhnya orang yang berlebihan mereka itu golongan ahli neraka," (QS. al-Mu'min [40]: 43).
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد
Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah,
Keempat, puasa memberi pelajaran bagi kita untuk menyantuni kaum dhuafa. Selama puasa kita menahan lapar dan belajar merasakan bagaimana laparnya orang-orang lemah. Sehingga di akhir Ramadhan, kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, infaq dan sedekah. Di antaranya untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada mereka.
Yang lebih penting lagi, zakat itu untuk membersihkan diri dari segala macam kotoran batin yang tak terlihat secara kasat mata. Sekaligus zakat juga menjadi penyulam dan penambal puasa kita dari perkara yang merusak kesempurnaannya. Dari zakat ini diharapkan mengingat bahwa dalam rezeki kita ada hak orang lain yang harus diberikan.
Ingatlah kisah Nabi Sulaiman, seorang nabi yang paling kaya di muka bumi. Di akhirat, ia masuk surga 500 tahun lebih lambat dari Nabi Isa yang merupakan nabi termiskin. Pasalnya, Nabi Sulaiman mesti menghadapi hisab semua hartanya.
Padahal, semua harta Nabi Sulaiman dipakai taat kepada Allah. Apalagi jika harta kita dipakai untuk maksiat. Sehingga, marilah di Ramadhan tahun ini, kita keluarkan harta seraya membersihkan diri.
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah, itulah sebagian pelajaran Ramadhan untuk kita cermati bersama. Insyaallah, masih banyak pelajaran lain yang dapat kita renungkan dan kita maknai.
Sekali lagi, kita jangan sampai melewatkan dan meninggalkan Ramadhan tanpa kesan. Harus ada nilai yang membekas dan pelajaran berarti bagi kita sebagai hasil gemblengan dan didikan Ramadhan.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba yang kembali kepada fitrah yang berarti kembali kepada kesucian dan ampunan dosa-dosa. Minal a'idin walfaizin.
Semoga kita termasuk hamba yang meraih kemenangan. Semoga amaliah kita selama Ramadhan diterima Allah SWT. Dan doa-doa yang kita panjatkan diterima-Nya. Amin ya robbal alamin. Amin ya mujibassailin.
جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ
اَللهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًاقَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النّاس اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #3: Spirit Takwa Majukan Umat dan Bangsa
(sumber: tulisan dr H Agus Taufiqurrohman, Mkes., SpS dalam situs Suara Muhammadiyah)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدَهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّين. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوااتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
الله أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
الله أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat Id rahimakumullah,
Hari ini kaum muslimin di segenap penjuru bumi menunaikan Idul Fitri. Dengan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid serta sholat idul fitri. Dalam suasana bahagia ini, marilah kita tingkatkan rasa syukur kepada Allah.
Salah satu bentuk perwujudan syukur adalah dengan menggunakan seluruh anugerah Allah untuk bekal amal saleh, untuk bekal beribadah. Sehingga semakin bányák nikmat yang kita terima mąką harus menjadi semakan taat.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi muslim yang baik dan benar, menjadi manusia yang selamat dunia akhirat. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti ajaran Rasulullah.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Hadirin yang berbahagia,
Pesan pertama, adalah untuk bertakwa di manapun berada. Setelah sebulan menjalankan ibadah Ramadhan, tentu Kita semua berharap agar Allah menerima seluruh ibadah kita dań dimasukkan kita kedalam golongan hamba Allah yang bertakwa. Yaitu golongan sebaik-baik umat sebagaimana di terangkan dalam firman Allah;
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya yang paling mulia di sisi allah di antara kamu adalah yang paling baik takwanya". (QS Al Hujurot: 13)
Begitu indah ibadah ramadhan. Kita serasa akrab dengan amal saleh, jauh dari dosa. Kita tersadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap, dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang.
Sholat malam kita, shadaqah kita, tadarus Al-Qur'an kita, semangat kita memakmurkan masjid serta upaya upaya kita mengasihi sesama. Ramadhan benar benar kita jadikan sebagai bulan menuju takwa. Ketika Ramadhan telah usai, maka hendaknya kita senantiasa teguh dan istiqamah di dalam kebaikan dan ketakwaan, dimanapun dan kapanpun.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berwujud bangunan yang indah dan megah, namun tiba tiba dia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana orang yang mengurai benang yang telah dipintalnya. Sebagaimana Allah firmankan;
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا ۗ
"Dan janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan benang benang yang telah dia pintal dengan kuat lalu dicerai beraikan kembali." (QS An-Nahl: 92)
Sebagai contoh sederhana, puasa Ramadhan melatih kita untuk senantiasa berperilaku jujur. Maka orang yang berpuasa dengan benar tidak mungkin akan menjadi pendusta, pencuri ataupun koruptor.
Saat ini rendahnya kejujuran menjadi keprihatinan kita semua. Bahkan di antara krisis moral yang melanda bangsa kita salah Satunya adalah hilangnya kejujuran pada sebagaian anak bangsa. Ketika orang yang kehilangan kejujuran itu menjadi pemimpin tentu ini akan sangat membahayakan bangsa yang kita cintai.
Mari kita simak sabda Nabi Muhammad SAW tentang kejujuran:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
"Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong" (HR. Muslim)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah sholat Id yang berbahagia,
Nasihat kedua, adalah agar kita mengiringi perbuatan salah dengan amal saleh, dengan kebaikan. Sebagaimana kita tahu, manusia memiliki potensi salah dan lupa. Tetapi Apabila terlanjur berbuat salah, maka terus bertaubat. Sebagai wujud pertaubatan yang sesungguhnya adalah tidak mengulangi perbuatan salah itu dan sisa hidupnya diisi dengan kebaikan. Sebagai firman Allah;
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS Ali-Imran: 135 ).
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah sholat id yang berbahagia,
Pesan yang ketiga, adalah senantiasa berakhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Dalam ajaran Islam keimanan dan ketakwaan haruslah membuahkan akhlak yang mulia. Dalam sebuah riwayat dikisahkan ketika sahabat bertanya kepada baginda nabi tentang siapakah mukmin yang paling baik;
وَعَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"
Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?" Rasulullah SAW. menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka."
Di dalam hadits lain yang Rasulullaah bersabda
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi).
Lulusan Madrasah Ramadhan adalah pribadi bertakwa dengan karekter yang mulia, dihiasai dengan kemuliaan akhlak. Orang bertakwa akan selalu berusaha berperilaku benar, berbuat jujur, adil, terpercaya, dan melakukan segala kebaikan dan kearifan untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan umat manusia keseluruhan.
Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa menjauhi hal-hal yang salah, buruk, dan tidak pantas dalam kehidupannya. Bagi kita yang menjalanai puasa dengan benar, maka harus menjadikan puasanya sebagai kekuatan ruhani untuk membentuk perilaku baik dan terjauh dari perangai buruk buah dari ketakwaan.
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukannya ajaran tentang pencerahan akhlak mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbuatan utama. Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya.
Perlu untuk kita sadarkan kembali dalam kehidupan yang seringkali paradoks. Dalam kenyataan agama tidak sepenuhnya menunjukkan konsistensi, sebaliknya terjadi hal-hal yang bertentangan antara nilai ajaran dengan perilaku pemeluknya.
Islam mengajarkan adil, ihsan, dan kasih sayang, namun para pemeluknya tidak jarang berbuat dhalim, keburukan, dan permusuhan. Islam mengajarkan kasih sayang, ta'awun, dan ukhuwah, namun pemeluknya berbuat permusuhan dengan sesama insan ciptaan Allah, bahkan dengan sesama muslim.
Begitu pula ada orang Islam rajin sholat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya secara intensif tetapi sikap dan tindakannya diwarnai amarah, kasar, buruk kata, kebencian, dan permusuhan. Islam masih sebatas ilmu dan ajaran verbal tetapi kurang dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Paradoks beragama seperti itulah yang termasuk beragama yang tidak mencerahkan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah sholat Id yang berbahagia,
Di era kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini, yang salah satunya ditandai peran media sosial secara masif, maka iman dan akhlak mulia benteng kita. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja.
Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Tanpa dilandasi akhlak mulia, medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan pun mulai terasa adanya peluruhan nilai-nilai utama ini. Politik uang, permusuhan, kebencian, ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain), provokasi, dan menghalalkan segala cara seakan legal dalam kehidupan politik di tubuh bangsa ini. Oleh karena itu sangat diperlukan pencerahan akal dan budi, agar kita semua bisa mewujudkan karakter utama sebagai aktualisasi takwa buah dari puasa Ramadhan.
Idul Fitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menghidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlak mulia. Menghidupkan kembali kasih sayang, saling menghormati sesama dan menjaga persatuan.
Dengan senantiasa menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan. Bahwa akhlak mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlak mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketakwaan.
Ketika setiap Muslim di negri ini -sebagai penduduk terbanyak- telah menerapkan karakter utama sebagi perwujudan iman dan takwa, niscaya Allah akan meberikan anugerahnya kepada bangsa kita. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran;
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
"Apabila penduduk suatu negeri benar benar beriman dan bertakwa, niscaya Aku bukakan kepadanya barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan karena perbuatannya." (QS Al a'rof : 96 )
Oleh karena itu, untuk menjadi sebuah bangsa yang maju tentunya tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata. Tetapi harus diikuti dengan pembangunan karakter utama.
Sebagaimana para pendiri bangsa ini selalu mengingatkan agar selalu memperhatikan keduanya. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Bangsa ini telah dikenal sebagai bangsa yang religius. Tentunya ini harus kita jaga, karena mulai ada yang ingin membawa agar agama dijauhkan dari proses menata bangsa, ditarik tarik ke arah sekuler. Menjaga agar tetap menjadi negara yang religius adalah pengamalan dari Pancasila.
Tentunya religiusitas yang kita inginkan adalah religiusitas yang mencerahkan dan memajukan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan akhlakul karimah -karakter utama- dalam kehidupan.
Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah semoga kita senantiasa diberi hidayah, sehingga di dalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar. Kita berdoa Semoga Allah menerima seluruh amal kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina dan berbagai belahan dunia yang kondisinya tidak menyenangkan, diberi keringanan dan pertolongan Allah. Kira berdoa agar saudara saudara kita yang sedang sakit atau mendapatkan cobaan berat lain diberi kesabaran dan ketabahan serta segera dibebaskan dari masalahnya.
Kita berdoa agar para pemimpin bangsa dan seluruh warga bangsa diberi petunjuk sehingga selalu menjaga tanah air dan bangsa dengan nilai-nilai utama, menjadi bangsa yang bermartabat, berkeadilan dan berkemakmuran.
الله أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمـُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمـُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ.
اللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسلِمِين وَاجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ.
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا... وَتُبْ عَلَينَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Khutbah Idul Fitri Menyentuh Hati #4: Jaminan dari Allah setelah Puasa Ramadhan
(sumber: tulisan Drs H Arpani, SH MH dalam situs Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Utara)
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدَ لله..... الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا الحاضرون (اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا)
Allahu akbar ... Allahu akbar ... Wa Lillahil Hamd.
Jamaah Sholat Idul Fitri rahimakumullah,
Puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat besar kepada kita semua pada hari ini, yaitu mempertemukan dengan hari raya Idul Fitri, setelah satu bulan penuh kita menjalankan ibadah puasa.
Sholawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan sholat Idul Fitri pada pagi hari ini, untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain Takwa kepada Allah SWT.
Jamaah Sholat Idul Fitri rahimakumullah,
Tidak terasa saat ini kita semua sudah memasuki bulan 1 Syawal, setelah berhasil melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan rangkaian ibadah lainnya selama satu bulan penuh. Menahan diri dari segala perbuatan yang bisa merusak nilai-nilai puasa.
Saat ini, sudah tiba saatnya bagi kita untuk merayakan kemenangan atas ibadah yang telah kita lakukan selama sebulan penuh, yaitu dengan merayakan hari raya Idul Fitri. Momentum pertama adalah dengan cara memperbanyak bacaan-bacaan takbir dan tahmid guna mengagungkan asma Allah, sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita berupa taufiq dan hidayahnya, sehingga kita telah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sempurna.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS Al-Baqarah ayat 185).
Jamaah Sholat Idul Fitri rahimakumullah,
Hari raya Idul Fitri dalam Islam selain dikenal dengan hari yang sangat agung, juga menjadi hari yang sangat dinanti-nanti kaum muslimin seluruh dunia, sebab pada hari ini Allah memberikan anugerah yang sangat banyak kepada kita semua, tidak hanya berupa pahala atas ibadah yang kita lakukan selama ini, namun Allah juga mengampuni semua dosa-dosa yang ada dalam diri kita.
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah SAW bersabda: Artinya, "Jika hari raya Idul Fitri telah tiba, para malaikat akan berbaris di pintu-pintu jalan sambil menyerukan: 'Wahai golongan umat Islam, segeralah berangkat kepada Tuhan Yang Maha Mulia. Dia akan menganugerahi kebaikan dan memberikan pahala yang sangat besar.
Sungguh, kamu telah diperintahkan untuk beribadah di malam hari, lalu kamu laksanakannya. Kamu diperintahkan berpuasa di siang hari, lalu kamu kerjakan. Kamu telah memenuhi seruan Tuhanmu, maka terimalah hadiahmu.
Kemudian ketika mereka sudah selesai menunaikan sholat (hari raya Idul Fitri), malaikat berseru kembali: "Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah mengampuni dosa-dosamu. Maka kembalilah keperjalanan hidup kalian selanjutnya, sebagai orang-orang yang memperoleh petunjuk." (HR At-Thabrani).
Jamaah sholat Idul Fitri rahimakumullah,
Manusia yang bebas dari ancaman neraka, ketaatannya bertambah, dan diampuni dosa-dosanya, hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Lebih dari itu, mereka pun disediakan surga. Allah berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ١٣٣
"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (QS Ali Imran ayat 133).
Itulah jaminan-jaminan yang akan Allah SWT berikan kepada kita semua yang telah berhasil menjalankan kewajiban puasa selama satu bulan Ramadhan, kemudian diakhiri dengan menunaikan sholat sunnah hari raya Idul Fitri.
Saat ini kita semua kembali menjadi hamba yang suci, kembali menjadi hati yang suci seperti kertas putih bersih tanpa noda sedikitpun, sehingga pada akhirnya kita telah mendapatkan ampunan dari-Allah SWT dengan predikat orang-orang yang muttaqin.
Demikianlah khutbah ini disampaikan dengan harapan Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah SWT. Semoga Allah menerima segala amal ibadah yang telah kita lakukan dan akan membawa kita kepada keselamatan baik di dunia maupun diakhirat nanti. Amin Yaa Rabbal 'alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ ِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ِ
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ِ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ِ
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ ِ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ِ
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ..... اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى... يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ ِ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِِ رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ.....اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرِْ
Khutbah Idul Fitri 2024 Menyentuh Hati #5: Lewat Idul Fitri, Mari Kembali Mempererat Kesatuan Bangsa
(sumber: buku Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan terbitan Ditjen Bimas Islam Kemenag)
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي أَرْسَلَهُ اللَّهُ إِلَيْنَا شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الظَّاهِرِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ الكرامُ، أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، فَقَدْ قَالَ الله تعالى في كتابه الكَرِيمِ، أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرحيم بسم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ : (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ) (الحُجُرَاتُ : ۱۰) وَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَدِيثِهِ الشَّرِيفِ : لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ) صَدَقَ اللَّهُ الْعَظِيمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ وَالشَّاكِرِينَ
Kaum Muslimin sidang jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia!
Syukur alhamdulillah, pagi ini kita masih diberikan kesempatan untuk merayakan Idul Fitri di tahun ini, setelah kurang lebih satu bulan penuh kita berpuasa sembari menahan hawa nafsu dari segala hal yang dapat membatalkan serta menghapuskan pahala puasa.
Kita berharap semoga semua ibadah Ramadhan yang sudah kita jalankan itu dırıdaı dan dibalasi dengan balasan terbaik oleh Allah SWT.
Kemudian sholawat beriringan salam tak lupa kita kirimkan buat Nabi Besar kita, Nabi Muhammad SAW, yang berkat petunjuk dan teladan yang beliau contohkan, kita dapat menyempurnakan keislaman dan keberımanan kita hingga hari ini. Semoga semua kita yang hadir di tempat ini diakui sebagai umat beliau dan pada saatnya nanti akan mendapatkan syafaatnya, Amien Ya Rabbal 'Alamin!!
Kaum muslımın jamaah sholat Ied hafizakumullah!
Melalui mimbar ied ini, khatib ingin mengajak para jamaah umumnya dan diri khatib pribadi khususnya agar kita senantiasa meningkatkan rasa iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Karena pada hakikatnya, bekal utama yang akan kita bawa menghadap Allah SWT nantinya tidak lebih dari dua hal tersebut saja. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat ke-197 yang berbunyi
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
"Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik perbekalan adalah ketakwaan (kepada Allah SWT)."
Selain itu patut juga untuk kita muhasabah pada hari ini, sudah sejauh mana nikmat yang Allah SWT berikan, kita gunakan untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Jangan sampai nikmat-nikmat Allah yang begitu banyaknya, justru kita gunakan untuk mendurhakai-Nya.
Amat besar kemarahan Allah terhadap seorang hamba yang setiap kali nikmat Allah bertambah kepadanya, namun dia gunakan untuk berbagai macam kemaksiatan dan kekufuran. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang pandai menyukuri nikmat-nikmat-Nya, selalu ıstıkamah dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya!!
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillah al-hamd!
Kaum muslimin jamaah sholat Ied yang berbahagia Tahun ini merupakan tahun terberat yang dihadapi oleh bangsa dan negara kita. Karena seperti yang kita ketahui bersama. Pada tahun ini bangsa kita telah menyelenggarakan sebuah pesta demokrasi lima tahunan serentak untuk memilih presiden dan para wakil rakyat yang nantinya akan mengelola negara ini.
Terberat yang kita maksud di sini bukan dalam hal pelaksanaannya, namun dari potensi perpecahan yang disebabkan oleh saling hujat antara para pendukung paslon yang berlaga di pemilu tersebut
Bahkan yang lebih parah dari itu, masing-masing pendukung tidak segan menyebut pihak yang berseberangan dengannya dengan sebutan-sebutan negatif yang tidak layak keluar dari mulut seorang yang mengaku sebagai muslim, seperti misalnya sebutan munafik, kafir, melabeli dengan nama hewan, dan sebagainya.
Padahal agama kita sudah jelas-jelas melarang memanggil orang lain dengan panggilan buruk yang tidak disukainya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat ke-11 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُن خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِرُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَرُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ .
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sebuah kaum (laki-laki) mencela kaum lainnya, karena boleh jadi mereka (yang dicela) lebih baik dari mereka yang mencela. Begitu juga perempuan terhadap perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan yang dicela lebih baik dari mereka yang mencela. Dan jangan suka mencela diri sendiri dan jangan juga memanggil dengan panggilan yang jelek, karena seburuk-buruk panggilan adalah panggilan "fasik" setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka tergolong sebagai orang-orang yang zalım."
Begitu juga Nabi kıta, Nabi Muhammad SAW dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya yang bersumber dari Abdullah ibn 'Amr menegaskan bahwa,
أَفْضَلُ الْإِسْلَامِ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Muslim yang paling baik itu adalah seorang muslim yang orang-orang muslim lainnya selamat dari pengaruh buruk lidah dan tangannya."
Kedua ayat dan hadis tersebut cukup menjadi bukti betapa Allah dan Rasul-Nya tidak menyukai adanya penghakiman secara sepihak dari seseorang kepada orang lain dengan alasan apapun, apalagi hanya sekedar perbedaan pandangan dalam hal keduniawian, pergaulan sehari-hari, ataupun politik seperti yang terjadi saat ini.
Khusus dalam persoalan yang terakhir ini, sudah seharusnya kita sebagai warga negara muslim Indonesia mencontoh nilai-nilai positif yang pernah dicontohkan oleh para ulama salaf dahulu dalam hal memilih pemimpin.
Perbedaan-perbedaan pandangan yang terjadi di antara mereka tidak lantas membuat persatuan dan kesatuan mereka menjadi rapuh ataupun bahkan hancur sama sekali, namun justru persatuan itu kembali mereka rajut setelah majlis musyawarah memutuskan siapa pemimpin mereka.
Sebut saja misalnya, proses pengangkatan pemimpin pertama umat Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Para ahli sejarah muslim seperti Ibnu Ishak, Ibnu Hisyam, dan al-Thabari menceritakan bahwa pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat Anshar berkumpul di Tsaqifah Bani Sa'idah untuk memusyawarahkan siapa tokoh yang akan menjadi pemimpin mereka setelah Nabi.
Mereka sepakat untuk mencalonkan Sa'ad ibn Ubadah, seorang tokoh dari suku Khazraj, sebagai pemimpin umat Islam setelah Nabi. Mendengarkan hal tersebut, beberapa orang darı kaum Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan lain-lain segera menyusul dan menyampaikan sikap mereka untuk mengangkat pemimpin dari kalangan suku Quraisy.
Akan tetapi usulan tersebut ditentang keras oleh sebagian kaum Anshar, yang salah satu di antaranya oleh Hubab ibn Munzir dan bersikukuh untuk mengangkat pemimpin dari kalangan Anshar. Tiba-tiba di saat perdebatan mulai memanas, Abu Bakar tampil sembari mengajukan dua calon pemimpin dari suku Quraisy, yaitu Umar ibn al-Khattab dan Abu Ubaidah, namun sayang keduanya tidak bersedia dan menolak secara halus usulan Abu Bakar.
Melihat suasana yang semakin rumit, Umar ibn al-Khattab pun segera berinisiatif dan menegaskan bahwa tidak ada yang lebih berhak menjadi pemimpin kecuali orang yang pertama kali beriman kepada Nabi dan orang yang Nabi percaya kepadanya untuk menggantikan beliau menjadi imam sholat ketika beliau tengah terbaring sakit, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq.
Secara spontan Umar pun membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam yang kemudian diikuti oleh beberapa sahabat lainnya secara berurutan, yaitu Basyir ibn Saad beserta para pengikutnya.
Melihat kondisi tersebut dan untuk menghindari perselisihan dengan kaum Anshar yang awalnya telah mencalonkan Saad ibn Ubadah sebagai pemimpin, Abu Bakar segera mengambil sikap
Beliau mencoba mendekati kaum Anshar dan melakukan pembagian tugas dan jabatan sembari berkata, "Nahnu al-Umara' wa Antum al-Wuzara" (Kami pemimpin dan kalian sebagai para menterinya).
Usulan tersebut diterima oleh kaum Anshar dengan lapang dada dan akhirnya bersedia membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin seluruh umat Islam. Mulai saat itu, mulailah beliau digelari dengan "Khalifatu Rasulillah", pengganti Rasulullah SAW Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillah al-hamd!
Kaum muslimin jamaah sholat Ied yang hafızakumullah!
Dari sepenggal kisah tersebut, dapat kita pahami bahwa perbedaan pendapat dalam persoalan politik adalah sebuah hal yang lumrah dan biasa. Hal tersebut karena masing-masing golongan mempunyai tokoh terbaik yang pantas diusulkan sebagai pemimpin. Baik Saad ibn Ubadah maupun Abu Bakar al-Shiddiq adalah dua tokoh terbaik dari golongan sahabat yang mewakili kaum Anshar dan Muhajirin.
Namun meskipun demikian tidak mungkin keduanya bisa menjadi pemimpin umat Islam secara sekaligus, harus ada salah satunya yang dipilih dan disepakati untuk menjadi pemimpin tunggal, sementara yang lain sebagai menteri yang akan membantunya dalam penyempurnaan tugas-tugasnya.
Sehingga pada akhirnya disepakatilah Abu Bakar sebagai pemimpin karena pengalaman dan kemampuan yang beliau miliki, sementara sahabat-sahabat yang lain dari golongan Anshar sebagai para menterinya.
Selain itu, pelajaran lain yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut adalah sikap mau bermusyawarah untuk menemukan keputusan bersama demi kemaslahatan yang lebih besar.
Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya kondisi umat Islam kala itu andai masing-masing golongan tidak bisa menahan diri dalam mengunggulkan calon pemimpin usulannya.
Bisa saja Islam hanya akan tinggal nama saja kalau masing-masing pihak sibuk memperjuangkan kepentingan kelompoknya saja. Kita bersyukur mempunyai para pendahulu yang lebih mengutamakan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadinya sebagai pemimpin.
Siapapun pemimpin yang ada, asalkan mempunyai kecakapan dan mampu mengemban amanah yang dibebankan kepadanya, maka ia layak untuk dipatuhi dan didengarkan intruksinya.
"Siapapun pemimpin yang ada, asalkan mempunyai kecakapan dan mampu mengemban amanah yang dibebankan kepadanya, maka ia layak untuk dipatuhi dan didengarkan intruksinya."
Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa sejarah kepemimpinan Islam pasca Abu Bakar tidak semulus dan selancar apa yang terjadi di masa tersebut. Sebut saja misalnya perselisihan yang sebenarnya bersifat politis terjadi antara Ali ibn Abi Thalib dengan Aisyah Perselisihan tersebut mengakibatkan meletusnya perang Jamal pada tahun ke-35 hijriah.
Begitu juga dengan perselisihan yang terjadi antara Ali ibn Abi Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan yang melatari terjadinya perperangan Shiffin pada tahun ke-37 hijriah.
Kedua perselisihan itu merupakan bukti nyata kalau perbedaan pandangan politik yang berakibat fatal juga pernah terjadi di masa dahulu. Namun bukan berarti hal tersebut bisa dijadikan sebagai legitimasi untuk mengulang peristiwa tersebut di masa sekarang.
Prinsip yang harusnya dipakai dalam membaca berbagai peristiwa tersebut adalah menjadikan semua penyebab perpecahan itu sebagai pelajaran dan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencegah segala potensi yang bisa menyebabkan munculnya peristiwa serupa terulang kembali di masa sekarang yang pada akhirnya hanya akan menguras tenaga dan pikiran kita untuk hal-hal yang kontra-produktif
Akan lebih baik jika masing-masing pihak bisa menjaga diri dan mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Betapa indahnya hidup kalau masing-masing kita bisa menerima perbedaan dan bisa menghargai tata aturan yang berlaku, sehingga persatuan dan kesatuan umat sebagai tujuan utama politik Islam dapat tercapai
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat untuk kita bersama, terlebih bagi kami yang menyampaikan. Amin ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ عَلَى الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِنَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الذِّكْرِ الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه لهوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ، فَاعْتَبِرُوا يَا أَولى الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
اللهُ أَكْبَرُ الله أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، الله أكبر كَبِيرًا وَالحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَالله أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ . هَدَانَا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آله وصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ، أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
فقد قال الله تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيم أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: ( وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ، إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكته يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمُ صل على سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وتابع بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. ) عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِبْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدُّكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.
والسَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاتُهُ
Demikian lima khutbah Idul Fitri 2024 yang menyentuh hati lengkap dengan bacaan doanya. Semoga bermanfaat, ya!
(apl/dil)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM