Dataran sepanjang 5.000 kilometer bernama Argoland disebut terpisah dari Australia Barat pada sekitar 155 juta tahun yang lalu. Sempat menghilang, benua itu kini ditemukan kembali.
Dikutip dari detikInet, Minggu (29/10/2023), perlu diketahui, benua di Bumi tidaklah stasioner atau tetap. Kondisi itu karena lempeng tektonik, selama jutaan tahun, mereka dapat bergabung satu sama lain untuk membentuk 'benua super' dan pecah satu sama lain untuk membentuk benua yang lebih kecil.
Sementara itu para ahli geologi telah lama mencurigai Argoland sebagai salah satu dari mikrokontinen ini meski bukti yang menunjukkan ke mana perginya benua itu masih sedikit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada bukti yang menunjukkan benua itu bergeser ke barat laut. Bukti itu yakni struktur dasar laut di Dataran Argo Abyssal, cekungan laut dalam yang ditinggalkan oleh pecahnya Argoland. Atas dasar hal itu kemungkinan besar berakhir di suatu tempat di wilayah yang sekarang disebut Asia Tenggara.
Peneliti menyebut tidak ada benua besar yang tersembunyi di bawah pulau-pulau tersebut, yang ada hanyalah pecahan benua kecil. Fakta itu membuat para peneliti dari Utrecht Universitas yang mencari nasib Argoland beralih ke geologi Asia Tenggara.
Mereka menggunakan model rekonstruksi dan data kerja lapangan dari beberapa pulau, termasuk Sumatra, Kalimantan, dan Kepulauan Andaman. Dan hasilnya ditemukan bahwa Argoland bukanlah sebuah benua tunggal yang koheren (berhubungan).
Benua itu mulai terpecah menjadi beberapa bagian sekitar 300 juta tahun yang lalu, membentuk apa yang para peneliti sebut sebagai 'Argopelago'.
"Situasi di Asia Tenggara sangat berbeda dengan tempat-tempat seperti Afrika dan Amerika Selatan, tempat sebuah benua hanya terpecah menjadi dua bagian. Argoland, terpecah menjadi banyak pecahan berbeda," jelas Eldert Advokaat, salah satu penulis studi tersebut, seperti dikutip dari IFL Science.
Ternyata, fragmen-fragmen tersebut kini tersembunyi di sebagian besar wilayah Indonesia dan Myanmar. Waktu kedatangan fragmen-fragmen itu juga pada waktu yang hampir sama.
Tim peneliti juga menemukan perpecahan Argoland dipercepat sekitar 215 juta tahun yang lalu. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa 'benua' menjadi begitu terfragmentasi dan mengapa menyatukan semua bagian menjadi lebih sulit bagi tim peneliti.
Advokaat mengatakan para peneliti berurusan dengan pulau-pulau informasi yang menyebabkan penelitiannya berlangsung lama. Butuh waktu tujuh tahun untuk para peneliti menyusun teka-teki tersebut.
Meski begitu, seperti yang dijelaskan oleh rekan penulis studi Douwe van Hinsbergen, penting untuk mengetahui bagaimana benua bisa hilang. Rekonstruksi sangat penting untuk memahami proses evolusi keanekaragaman hayati dan iklim atau untuk menemukan bahan mentah.
Bahkan pada tingkat mendasar, untuk memahami bagaimana gunung terbentuk.
"Atau untuk mengetahui kekuatan pendorong di balik lempeng tektonik, dua fenomena yang berkaitan erat," jelasnya.
Argoland bukan satu-satunya 'benua hilang' yang akhirnya ditemukan. Ada juga Zealandia yang ternyata memang nyata, dan benua Balkanatolia yang memiliki beragam satwa liar purba yang unik.
(sip/sip)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan